VIII: Kebohongan Publik

26 2 0
                                    


Orang tuaku selalu mengingatkan anaknya untuk tidak berbohong.

Semuanya berjalan lancar hingga umurku lima belas. Aku tahu, mereka sendiri berbohong.

Ayah bohong bahwa
dia tak sedih saat Nenek meninggal.
Ayah bohong bahwa
dia tak malu saat nilaiku bertinta merah.
Ayah bohong bahwa
dia tak lelah saat bekerja seminggu lamanya.
Ayah bohong bahwa
dia tak marah saat kakakku merokok.
Ayah bohong bahwa
dia tak kecewa saat Ibu menyembunyikan penyakitnya.

Lalu,
Ibu bohong bahwa
pria berotot yang datang tiga hari sekali adalah temannya.
Ibu bohong bahwa
Ayah senang dengan pekerjaannya.
Ibu bohong bahwa
dia tak masalah jika nilaiku tak sebagus temanku.
Ibu bohong bahwa
dia tak kecewa saat anaknya bukanlah lelaki.
Ibu bohong bahwa
dia tak lelah saat pekerjaan menumpuk.

Ibu dan Ayah bohong bahwa
mereka baik-baik saja.

Tapi, jika sandiwara ketidaktahuanku akan membuat mereka bahagia.

Maka aku akan tetap berbohong.

Kita Semua Pernah Melarikan DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang