III: Antara dan Keberuntungannya

31 4 0
                                    


Orang-orang bilang, aku ini beruntung.
Kakakku lulusan terbaik kampus top negeri dan adikku adalah atlet badminton kebanggaan negara. Apalagi, kedua wajah mereka sedikit melebihi rata-rata.

Orang-orang bilang, aku ini beruntung.
Ayahku seorang jaksa dan warisan kakek tak pernah habis menghidupi kami.

Orang-orang bilang, aku ini beruntung.
Wajahku menawan, darahku percampuran dua bangsa, mataku bulat tak terlalu besar atau kecil, dan badanku ramping.

Orang-orang bilang, aku ini beruntung.
Nilaiku di atas rata-rata, selalu berdiri di atas podium peraih rank paralel, dan semua orang mengenalku.

Orang-orang bilang, aku ini beruntung.
Aku diterima di kampus yang sama dengan kakakku, dikenal baik oleh kating dan dosen, dan dimudahkan dalam segala urusan.

Orang-orang bilang, aku ini beruntung
karena aku wanita satu-satunya di keluargaku.

Oh, Antara, kau sungguh beruntung.
Kata mereka.

Tapi, aku tidak punya ibu.

Keluarga kami tidak seharmonis yang dikira.
Kakakku tukang mabuk dan sikapnya sangat buruk.
Adikku juga tak pernah pulang.
Begitu pula Ayahku.

Dan, kini masyarakat takut mendekatiku.

Karena aku adalah Antara.
Putri tunggal keluarga Phadawa.
Adik dari Awall dan kakak dari Akhier.

Anak dari Pak Tua pemecah bangsa,
adik dari penabrak lari yang menewaskan tiga kepala, dan
kakak dari atlet yang ternyata pengguna.

Tapi, Antara, kau sungguh beruntung.
Kini kau diterima kampus top di negeri seberang, setelah lulus kau akan meneruskan kesuksesan Ayahmu, dan kau akan menjadi wanita tersukses di negeri.

Oh, Antara, kau benar-benar beruntung.
Kau sungguh beruntung.
Kau sungguh beruntung.

Tidak.
Aku tidak seberuntung itu.
Aku hanyalah Antara, wanita berkepala dua, berhati kapas.

Aku takkan lulus dari kampus itu.
Aku takkan melanjutkan kesuksesan Ayah.
Aku takkan menjadi wanita tersukses apalah.

Karena aku akan bertemu dengan ibuku.

Terima kasih telah menumpahkan ribuan cat di hidupku, Kak Awal, Akhier, Ayah, teman-temanku, dan seluruh manusia yang tidak beruntung.

Sayonara.

——

Kita Semua Pernah Melarikan DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang