X: Obrolan Palsu

31 2 0
                                    


"Kok bisa bisu?" tanya temanku dengan bodohnya. Beruntung lewat direct message salah satu media sosial. Coba kalau dunia nyata, sudah kupukul ... tasnya.

Aku segera menjawab. "Perlu banget tau, hm?"

"Perlu dong. Siapa tahu kamu bohong," jawabnya sedetik kemudian.

"Kecelakaan, fine?"

Tulisan online di bawah namanya—sebenarnya nomor karena aku belum menyimpan kontaknya— berubah typing. "Fine, kita temenan! Aku tuli, Ren!"

"Hah?" balasku. Aku meneleponnya, tapi langsung ia tolak.

"Kamu bodoh? Kalau telepon gimana kita mau ngobrol? Aku gak bisa denger kamu, kamu juga gak bisa ngomong," omelnya lewat pesan yang penuh emoji.

"Berarti video call?"

"IYAA!!!" balasnya, segera foto profilnya memenuhi layarku. Disusul wajahnya yang tersenyum lebar. Aku baru pertama kali melihatnya.

"Halo!" sapanya, dengan jelas. Wajahnya lebar, mengenakan behel, dan ditelinganya terpasang alat bantu dengar.

Aku menjawab dengan gerakan tangan. "Hai juga."

Dia tertawa. "Seru ya kenal orang yang paham bahasa isyarat," ujarnya sambil menggerakkan tangannya konstan.

"Tapi, aku lebih suka ngobrol lewat chat," opiniku.

Dia mangguk-mangguk. "Sama, tapi kamu beda ya dari di chat. Aku lebih suka ngobrol tatap muka gini," selorohnya.

Biar kelihatan aslinya?, tulisku di selembarr kertas. Kemudian mengganti pengaturan kamera agar tulisannya tidak terbalik.

"Heum, kita semua kan palsu, Ansei."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kita Semua Pernah Melarikan DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang