1.

493 24 5
                                    

Anye terbangun saat suara bising pedagang asongan saling bersahutan menawarkan dagangannya.

"Tahu, tahu,"

"Air dingin, lima ribu,"

"Telur puyuh, nasi bungkus,"

"Tahu, tahu,"

"Air dinginnya, Mbak? Kayaknya si Mbak pules banget tidurnya sampai gak sadar kalau sudah sampai terminal."

Anye meringis. Mengusap tengkuk lalu tolah - toleh pada kursi bus yang sudah kosong. Ternyata memang sudah sampai.

"Ini sudah sampai di Jakarta ya, mas?"

"Iya, Mbak. Ini sudah di Jakarta. Tuh liat, monas aja udah keliatan dari sini."

Anye mengikuti telunjuk mas pedagang yang terarah ke luar jendela bus. Benar, bangunan tinggi menjulang itu adalah monas. Ikonnya kota Jakarta.

Anye tersenyum tanpa sebab. Entah, rasanya senang sekali bisa sampai di Ibu kota dengan selamat. Tangannya sampai berkeringat dingin karena tidak sabar akan bertemu seseorang yang sudah sangat ia rindukan.

Padahal bertemu dengan orangnya saja belum, tapi memikirkan kalau mereka sekarang sudah berada di satu kota yang sama, menginjak tanah yang sama, melihat langit dari tempat yang sama, rasanya ...

"Kata artikel hallodok yang sering saya baca, setiap bangun tidur harus minum air putih dulu sebelum memulai aktifitas untuk mengeluarkan racun - racun dalam tubuh juga menjaga kesehatan dan kecantikan kulit. Selain itu juga bisa membantu metabolisme tubuh. Menekan asam lambung. Dan yang terakhir mencegah infeksi kandung kemih dan batu ginjal. Sok atuh minum air dulu."

Dia ini sebenarnya pedagang asongan atau sales air mineral, sih? Anye melirik sebotol air dingin yang disodorkan tepat didepan wajahnya.

"Ini, gratis atau beli?"

"Goceng."

Anyelir mengernyit. "Goceng itu berapa?"seprtinya pernah mendengar kata itu, tpi lupa artinya berapa rupiah.

"Oh, si Mbaknya pendatang ya? Bukan asli sini ya?"

Anye mengangguk.

"Goceng itu sepuluh ribu, sok atuh sepuluh ribu aja."

"Air aja sepuluh ribu?"pekik Anye nyaris berteriak. "Ini dirumah saya dua ribu lima ratus loh, mas. Masak iya harga disini lebih mahal daripada dirumah saya? Pabriknya kan disini."

"Pabriknya memang disini, tapi sumber mata airnya yang jauh. Di papua. Ya bayangin aja berapa ongkosnya dari papua kesini buat angkut air?"

Anye menggaruk pelipis bingung. Ingin sekali meladeni omongan pedagang asongan yang sok pintar itu tapi peluit dari luar berbunyi menandakan kalau bus ini sebentar lagi akan berangkat menuju tujuan selanjutnya.

"Jadi, saya bayar nih?"tanya Anye memastikan sambil membuka dompet.

"Goceng aja kok, Mbak. Gak mahal."

Gak mahal apanya. Dirumah bisa dapat beras sekilo itu. Hiks.

"Terimakasih,"pedagang itu sumringah mendapat selembar uang kertas warna ungu bergambar taman nasional Wakatobi. "Sini saya bantu barang bawaanya. Biar gak berat."

"Eh, gak usah, mas. Biar saya bawa sendiri aja,"kata Bibi Rahma jangan sekali - kali mempercayakan barang bawaan kita pada orang yang tidak di kenal. Apalagi di Jakarta, di tempat - tempat ramai seperti pasar dan terminal. Ingat, ini Jakarta. Kejahatan ada di mana - mana.

"Tenang aja, Mbak. Saya bukan orang jahat, kok. Saya bantu bawa sampai di tempat tunggu penumpang. Itung - itung ucapan terimakasih karena Mbak sudah beli dagangan saya,"pedangang itu nyengir lebar.

My Cinderella (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang