7. Cewek Bocor

17 4 0
                                    

"Akan tiba saatnya, dimana kamu akan mengucapkan kata terimakasih pada seseorang yang paling kamu benci."

Happy reading:))
Happy birthday.

Vote sebelum baca ya...

.

Setelah insiden memalukan itu, Vanie benar-benar mencoba untuk menghindar dari Zarel, tapi entah kesalahan apa yang ia perbuat sehingga takdir selalu ingin mempermalukan gadis itu di hadapan Zarel, seperti saat ini.

"Lo nggak bisa sedikit lebih cepat?"

"Gue rasa mata lo nggak katarak!" ucap Vanie tanpa merasa bersalah. Ia tetap mengumpulkan beberapa benda tulisnya dan memasukkannya ke kotak pensil.

"Lab ini mau kita pake!"

"Gue tahu!" ucap Vanie cepat lalu ia beranjak dari tempat itu, meninggalkan Zarel dan segala kekesalannya.

Sepeninggalan Vanie, Zarel meneliti tiap sudut di ruangan itu. Netra cokelat itu menangkap benda yang tidak asing di meja Vanie membereskan peralatannya tadi, benda itu adalah cepitan rambutnya berwarna biru muda.

Beberapa kali, Zarel melihat Vanie mengenakan pencepit rambut itu di kepalanya.

Tanpa pikir panjang, Zarel segera memasukkan benda tersebut ke dalam saku celana abu-abu miliknya.

"Cewek bocor yang ceroboh," gumam Zarel pelan.

Vanie berjalan setengah berlari di koridor. Ia heran kenapa teman sekelasnya yang lain tidak kelihatan? Mereka yang terlalu cepat atau Vanie yang terlalu lama?

"Yaudah lah, ngapain gue mikirin itu?"

"Ya Tuhan, semoga aja Pak Bambang belum masuk kelas." ucap Vanie merapalkan doanya.

Setibanya di depan pintu, Vanie yang bermodalkan keyakinannya langsung memasuki kelas bagitu saja, tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"Pak Bambang belum masuk—" Vanie menjatuhkan rahangnya tatkala melihat pak Harto yang barusan ia panggil Bambang  itu duduk di bangkunya.

"—kan?" Vanie benar-benar merutuki dirinya yang ceroboh kali ini.

"Gara-gara muzaer itu, gue jadi telat masuk kelas! Huaa Mama... Muka Pak Bambang serem banget sumpah!" ucap Vanie dalam hati. Ia sudah menutup rapat-rapat matanya karena tidak kuat dengan tatapan elang milik pak Harto.

"Vanie!" teriak pak Harto sukses membuat Vanie terlonjak kaget.

"I-iya pak,"

"Kenapa kamu telat?"

"I-itu pak... Abis dari lab. Sebelumnya kita praktek biologi," sebenarnya Vanie tahu kalau ini bukan alasan yang diinginkan oleh pak Harto.

Tapi apa yang bisa gadis itu katakan? Daripada dia diam? Itu merupakan pilihan yang buruk, karena pak Harto sangat membenci orang seperti itu.

"Apa hanya kamu yang ke lab?" tanya Pak Harto

"Tidak, Pak."

"Lalu kenapa hanya kamu yang telat masuk kelas?" tanya Pak Harto penuh selidik.

"Emm..." Vanie tidak mampu menjawab pertanyaan terakhir dari Pak Harto. Vanie meremas tangannya untuk mengurangi rasa gugupnya.

MIRACLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang