8. Mayda Liyo?

5 4 2
                                    

"Selain dapat dijadikan sebagai pelajaran di masa mendatang, sebenarnya nikmat apalagi yang dapat diambil dari seorang mantan? Tentu saja nikmatnya kekecewaan dan nikmati hari-harimu yang suram!"

Happy reading 😚
Tandai kalo ada typo ya...

Tidak hanya Vanie yang penasaran perihal siapa gerangan yang memanggil namanya, tapi juga ketiga sahabatnya yang kini menatap bingung Vanie dan lelaki yang baru saja memanggil namanya.

"Lo Vanie, kan?" tanya lelaki itu memastikan.

"Iya. Ada apa ya, Kak?" tanya Vanie mengikutsertakan embel-embel kak, karna dulu Vanie pernah beberapakali melihat lelaki itu bersama dengan Kakak ospek lainnya.

"Lo dipanggil Zarel,"

"Kalo boleh tau... Ngapain, Kak?"

"Ntah. Emang random banget tuh orang!" ucap lelaki itu disertai kekehannya yang merdu menyapa indra pendengaran Vanie.

Vanie tampak menimang-nimang harus pergi menemui lelaki itu atau tidak. Kalau dipikir-pikir, untuk apa juga Zarel memanggil gadis itu?

Asik dengan pikirannya, Vanie dikejutkan kembali oleh suara lelaki yang bernama Liyo Dewalee itu. Bukan, bukan! Vanie sama sekali tidak mengenal lelaki ini. Hanya saja, tadi Vanie sempat melirik bad name lelaki itu.

"Udah, nggak usah dipikirin segitunya! Langsung aja temui dia di ruang TU."

Vanie dan teman-teman tampak bingung dengan segala pertanyaan di benak mereka. TU? Ngapain? Emangnya Vanie buat masalah? Atau jangan-jangan, karna panggilan Pak Bambang tadi? Tapi rasanya tidak mungkin.

"Selain masalah di kelas tadi, Lo buat masalah apa lagi, Van?" tanya There mewakili Septe dan Mayda.

"Gue juga nggak tau. Perasaan nggak ada deh." jawab Vanie sembari memikirkan kegiatannya hari ini mulai dari bangun tidur, sampai tadi dirinya dibantu Zarel ke tempat ini.

"Yaudah, samperin gih! Nggak usah takut kalo ngerasa nggak ngelakuin kesalahan. Apa perlu aku antar?" tanya Septe perhatian.

"Nggak usah deh. Biar gue aja, lagian bentar lagi bakal masuk." ucap Vanie yang dibalas anggukan kepala oleh Septe.

"Yuk, Kak!" ajak Vanie, namun lelaki itu tidak bergeming. Vanie menatap bingung Kakak kelasnya itu lantaran lelaki itu kini menatap Mayda dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. What, Mayda? Atau jangan-jangan, lelaki itu tertarik dengan sahabatnya yang unyu itu? Vanie terkikik geli dengan pemikirannya sendiri.

"Kakak mau disini?" tanya Vanie membuyarkan lamunan lelaki itu.

"Eh, nggak kok. Yuk gue anter!" ucap Liyo yang dibalas anggukan seadanya oleh Vanie. Selanjutnya, kedua remaja itu beranjak dari tempatnya menuju ruang tata usaha.

"Gue tinggal ya? Lo masuk aja langsung." ucap Liyo sesampainya di depan ruang TU.

"Iya, Kak. Makasih,"

Sebelum masuk, Vanie mengetuk pintu terlebih dahulu. Suatu tata krama yang selalu gadis itu ingat dan tanamkan dalam kehidupan sehari-hari.

"Masuk aja!" ucap Zarel dari dalam.

"Ngapain lo manggil gue?" tanya Vanie to the point setelah menelisik ruangan itu dan tidak menemukan keberadaan Ibu Roma—selaku tata usaha di sekolah ini.

"Nanti pulang sekolah bareng gue. Jam 14.15 Lo nggak nyampe parkiran, gue tinggal. Sekarang Lo bisa pergi!" ucap Zarel sukses mengundang amarah Vanie.

"Jadi Lo manggil gue kesini, cuma mau bilang itu doang?"

MIRACLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang