"Nyatanya perpisahan dengan seseorang yang kita cintai akan sangat menyakitkan. Walau kejadiannya sudah lama, namun tetap sama sakitnya saat diungkit dan kembali ke ingatan."
Happy reading:))
Tap bintang dulu sebelum lanjut baca, yuk!Nggak bosan-bosannya aku ngingetin kalian, tandai kalo ada typo atau kejanggalan ya?🤗
***
Jam sudah menunjukkan pukul 17.40. Langit jingga menyapa nerta Zarel bersamaan dengan ingatan akan masa-masa kelam yang berputar bagai kaset rusak di benak lelaki itu.
Zarel mendongakkan kepalanya, guna menghalau air mata yang menggenang di pelupuk mata agar tidak terjun melewati pipi serta rahang tegas itu.
"Sampai aku sudah sebesar ini, namun tetap saja merasa kecil karna tenggelam dengan rasa iri itu." lirih lelaki itu dalam hati. Tanpa bisa dicegah, cairan bening itu seketika menguar. Berlomba-lomba untuk membasahi pelantaran yang selama ini terlihat suram dan gersang.
Dibalik rasa rindu, ada perasaan lain yang sulit untuk diungkapkan. Itulah yang Zarel rasakan selama belasan tahun terakhir ini. Belasan tahun yang ia habiskan tanpa sosok ayah yang sejak kecil menjadi panutannya.
Sejak kecil, lelaki jangkung yang sekarang duduk di bangku SMA itu, selalu meredam rasa iri dan cemburu setiap kali melihat teman-temannya diantar jemput oleh ayah mereka. Bahkan, tidak sedikit teman sebayanya sekarang menghabiskan waktu dengan berolahraga bersama ayah mereka masing-masing.
"Abanggg..."
Mendengar teriakan itu, buru-buru Zarel menghapus air matanya agar tidak seorangpun bisa melihat kerapuhan dalam dirinya, termasuk adik perempuannya itu.
"Abanggg..." teriak Ica untuk kedua kalinya. Perempuan itu lantas menguatkan suara tatkala tidak menemukan keberadaan sang Abang di seluruh sudut rumah.
"Di taman belakang!" balas Zarel berteriak sembari memastikan wajahnya yang sudah kembali segar.
"Ihh aku cariin dari tadi, tau-taunya ngumpet disini." dengus Ica mengambil posisi duduk disebelah lelaki itu.
"Siapa yang ngumpet?"
"Abang lah. Masa anaknya Munaroh!"
"Abang kasi tahu mbaknya, tau rasa kamu." tukas Zarel sukses membuat Ica berdecak kesal. Munaroh adalah tetangga yang berjarak dua rumah dari kediaman mereka. Queen of the gosip di kompleks perumahan yang mereka tempati.
"Abang nggak kangen sama aku?" tanya Ica menggamit sebelah lengan Zarel.
"Nggak ahh..." ucap Zarel yang tentu saja bohong.
Ica sekarang duduk dikelas 1 SMP. Gadis itu tinggal di asrama. Bukan keinginan sang ibu, melainkan gadis itu sendiri.
"Abanggg ihhh... Masa nggak kangen sama princess imut, manis, comel takobel-kobel ini sih?!"
"Bilang apa kamu barusan?" tanya Zarel menyelidik. Dia tidak salah dengarkan barusan?
Ica mengernyit bingung "Abang nggak terima kalo aku bilang aku itu princess?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
Teen Fiction~Matahari biasanya bersinar, menghilangkan kegelapan yang ditimbulkan oleh cahaya redup milik sang bulan. Namun, tidak untuk pagi ini. Matahari seakan enggan menunjukkan sinarnya, membuat bumi terlihat lebih gelap dari yang semestinya.~ Penasaran de...