"Pertemuan yang tidak diinginkan, apakah ini suatu kebetulan? Atau sebuah takdir Tuhan?"
Vote dulu sebelum baca ya!
Kalo ada typo, dikasih tahu😊
Happy reading:)Pagi yang cerah, secerah wajah bidadari yang menjelma sebagai manusia, Vanie. Tepat pada hari ini, ia akan memasuki jenjang sekolah yang lebih tinggi dari beberapa waktu lalu. Harusnya saat ini, gadis berusia 15 tahun itu sudah memasuki kelas 2 SMA. Namun, karena kecelakaan yang membuat ia koma selama 1 tahun 2 bulan itu, membuat ia harus merelakan 1 tahun yang harusnya ia gunakan untuk sekolah.
Seragam putih abu-abu sudah melekat pada tubuh rampingnya. Ada rasa bangga ketika ia mengenakan seragam itu.
"Pagi ma, pa," sapa gadis itu mendudukkan bolongnya di kursi meja makan.
"Pagi princess," kompak keduanya.
"Semangat ya belajarnya. Jadi anak pintar, jangan melawan guru, dan jangan telat makan!" ujar Yogi menatap putri semata wayangnya.
"Siap, laksanakan!" ucap Vanie dengan tangannya yang menghormat, membuat mereka lantas terkekeh.
Selesai dengan makannya, Vanie berjalan menuju halte yang tidak jauh dari letak rumahnya. Tentunya setelah berpamitan dengan sang ibu dan ayah.
Ia harus membiasakan diri untuk hidup sederhana. Tidak ada lagi mobil mewah yang mengantarnya ke sekolah, tidak ada lagi uang keluar yang ia gunakan untuk beli barang-barang yang ia inginkan, ia harus hemat dan lebih mandiri.
Tidak lama kemudian, angkutan umum pun datang, membuat penantiannya usai dengan ia yang berakhir di hadapan gerbang sekolah yang terbuka lebar.
Vanie mulai menyeret langkahnya menuju lapangan sekolah yang mulai ramai.
Sepanjang jalan menuju lapangan itu, ia hanya bisa menatap sepatu hitamnya karena merasa risih dengan tatapan kagum yang dilemparkan kaum adam kepadanya. Wajar, mengingat setelah ia sadar dari komanya, gadis itu belum pernah dihadapkan dengan keramaian seperti ini.
Bugghh
Bukan, bukan. Ini bukan suara bogeman yang ada di cerita-cerita novel seperti yang kalian bayangkan. Melainkan, suara kepala Vanie yang menabrak benda kerat dihadapannya.
Sampai sepersekian detik, Vanie belum berani mengangkat kepalanya, yang bisa ia lakukan hanya mundur beberapa langkah. Sesekali ia meringis karena dada lelaki dihadapannya yang sangat keras. Yups, Vanie menabrak seseorang yang ia ketahui seorang laki-laki.
"Ma-maaf k-kak," ucap Vanie, namun masih tetap pada posisinya.
"Kalo ngomong lihat orangnya!!" desis lelaki itu dengan suara baritonnya. Vanie tidak tuli untuk tidak mendengar suara lelaki itu yang memberi penekanan pada tiap katanya.
Ia masih menundukkan kepala. Rasanya sepatu hitamnya lebih menarik untuk ia tatap saat ini.
"I-iya k-kak. M-maaf," ucap Vanie terbata dan mulai mendongakkan kepala.
"Lo gagap?" Tanya lelaki itu dengan sorot menyelidik.
"Ehh bu-bukan," Fiks kini Vanie ingin menelan lelaki songong ini hidup-hidup. Enak aja ngatain Vini gagap uhh.
Bapak lo gagap!!
"Kalo jalan tuh, pake mata!!" ujar lelaki yang tidak diketahui siapa namanya itu menghiraukan jawaban Vanie.
"Salah kak," ucap Vanie tenang. Berbanding terbalik dengan sebelumnya. Mendengar perkataan gadis itu, sontak membuat ia menakutkan kedua alisnya. Menciptakan beberapa kerutan di dahinya yang berkeringat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRACLE
Teen Fiction~Matahari biasanya bersinar, menghilangkan kegelapan yang ditimbulkan oleh cahaya redup milik sang bulan. Namun, tidak untuk pagi ini. Matahari seakan enggan menunjukkan sinarnya, membuat bumi terlihat lebih gelap dari yang semestinya.~ Penasaran de...