02.

8 4 0
                                    

deara melangkahkan kakinya masuk ke area sekolah. ini hari pertama sekolah setelah liburan panjangnya kemarin.

“ra.”

“apa?!.”

“buset galak banget, what happen aya naon?.” tanya zeon.

“lo ada liat theo nggak?.”

“oh! tadi dia berangkat sama cewek. tapi gue nggak kenal, kayaknya anak baru.”

deara terdiam. dahinya mengerut. anak baru?.

“udin! lo kenape sik?.”

“gapapa! sono lo!.”

“KOK NGUSIR GUE?!.”

“EMANGNYA LO NGAPAIN DISINI?!.” balas deara tak kalah sewot.

“nyai galak banget, zeon yang ganteng and soleh mau balik dulu. takut.” ledeknya sambil meninggalkan deara.

“anak sinting.”

    



































































































“nama aku thalia. aku pindahan dari jogja.” perempuan berparas cantik itu mampu membuat kepala deara terangkat secara otomatis.

cantik. masa iya dia yang bareng theo? insecure dong gue. batinnya.

“woy! lo kenapa sih?!.” tanya zeon.

plakk!

“bisa nggak sih nggak usah ngagetin gue?!.”

“deara, zeon? ada masalah?.” tanya bu riska.

mereka berdua menggeleng kompak. “tidak ada bu.”

“tuhkan, lo sih.” bisik zeon.

“ya lo! ngapain duduk disamping gue? balik sana!.” tegas deara.

zeon berdecak. “padahal gue mau ngomong.”

laki-laki jangkung itu berjalan menuju tempat duduknya. kemudian ia duduk tenang disana.

ngomong sesuatu? apaansih? bikin gue kepo aja. tapi gue terlanjur ngusir dia. batin deara.

“thalia, kamu duduk disamping zeon ya.” ucap bu riska. thalia mengangguk senang dan duduk disamping zeon.

terlihat dari tempat duduk deara, thalia bersikap terlalu akrab pada zeon. sedangkan zeon hanya sesekali mengangguk.

thalia siapa sih?.



































































































sampai pada waktu istirahat, deara terus memperhatikan thalia. seperti dugaannya, thalia dekat dengan theo. bahkan ia bersikap seolah-olah mereka sudah kenal lama.

“liatin apa sih?.” tanya nara.

deara tak menjawab. asra menoleh ke arah yang deara perhatikan. “oh lonte. hati-hati direbut.”

“ra! nggak usah mancing dong.” peringat nara.

“cuma ingetin.”

deara tak mengindahkan perkelahian kecil kedua sahabatnya, ia tetap fokus memandangi thalia.

bumi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang