“hati-hati perban lo. good luck!.” pesan nara.
asra dari tadi hanya diam saja. ia sudah lelah beradu argumen bersama nara. deara pun masuk kedalam mobilnya dan mulai melajukannya sampai ke pusat kota.
disana, ia tersenyum karena theo sudah duduk membelakanginya. ia pun berlari kecil lalu menaruh tasnya disamping theo tanpa ketahuan. setelah itu dia menutup mata theo menggunakan kedua tangannya.
“happy anniversary theooo.”
theo tersenyum getir, deara duduk disampingnya. “happy anniversary juga ya.”
“sebentar.” deara mengambil sesuatu dari tasnya.
theo tak meliriknya ataupun ingin tahu apa yang deara ambil.
“gue minta maaf, kita putus ya.”
tubuh deara seakan-akan terhenti. tangannya yang hendak mengambil barang yang akan dihadiahkan untuk theo membeku seketika. ia menerjapkan matanya tak percaya.
“k—kok? kenapa?.”
“gue ... udah ngerasa nggak cocok sama lo.” ucap theo.
deara memasukkan kembali hadiah itu dan menenteng tas-nya lalu berdiri. gadis itu tersenyum.
“ah, gue nggak cocok sama lo ya? akhirnya lo sadar kalo gue itu serba kekurangan dari segi apapun. gue emang nggak pantes buat lo.”
“enggak git—
“—yah, gue minta maaf kalau selama ini gue malu-maluin lo. semoga lo dapet yang lebih baik daripada gue.”
“makasih, gue pamit.”
deara merebahkan kepalanya dimeja dan menatap kue tart yang ia buat dengan susah payah.
happy anniversary theo-nya gue.
“yeah, happy anniversary dude.” ia menyentuh krim diatas tart itu menggunakan telunjuknya kemudian ia menjilatnya.
“sweet. painful.” deara menenggelamkan kepalanya diantara kedua tangannya.
“deara? what happen?.” tanya nara yang mendekati deara diujung meja sana.
“nggak usah berisik. boleh minta tolong nggak?.”
nara menoleh. “maaf, apaan?.”
“buang tart ini.”
“hah?! kenapa? lo kan udah buat itu susah-susah.”
“ya ... gue buatnya susah, tapi ngehancurinnya itu yang gampang.” ucap deara, ia tertawa pelan.
“kenapa?.” tanya asra yang baru saja datang.
sreekk ...
grepp...
deara memeluk asra. “lo bener ra.”
asra mengerutkan dahinya. “lo kenapa?.”
“putus. gue putus sama theo.”
“WHATTT?!.” kaget nara.
“kok bisa?!.”
“bisa lah.” deara melepaskan pelukannya.
“duduk. gue mau kasih tau lo.” ucap asra.
deara pun menurut atas apa yang asra katakan.
“lo nggak boleh terlalu larut kayak gini, dengan lo begitu ... gue sama nara yang bakalan maju. dan kalo sampe kak rayn tau tentang masalah adik kesayangannya ini ... lo tau kan marahnya kak rayn gimana?.” ucap asra yang diangguki oleh nara.
“gue gabisa janji ... yang pasti, gue pasti sedih setelah ini.”
“lo boleh sedih, tapi janji sama gue lusa lo udah nggak sedih. lebih bagus lagi kalo lusa lo udah move on.” ucap nara.
deara mengangguk ragu. “kalo nggak bisa ... gimana?.”
“mati aja sana.” ceplos asra.
“raaa! serius ih.”
“cu banget kalo lagi nangis.” kekeh asra.
“ahya, zeon juga jangan sampe liat lo sedih. dia kan deket sama kak rayn. lo boleh cerita ke dia, tapi jangan tunjukin kalo lo sedih karena theo.” ucap nara.
“lo boleh nangis, tapi #dirumahaja oke?.” tambahnya.
“IHHH KOK RIBET? :(.”
“TERUS LO MAU KAK RAYN TAU TERUS GEBUKIN ANAK ORANG SEMBARANGAN GITU?.” emosi nara.
“t—tapi ... huweeee gue usahain deh.”
“gausah sedih. gue traktir mie ayam yang didepan.” ucap asra.
“mw es campur.”
“mw batagor.”
“bangsat.”
B U M I
hai! jangan lupa selalu tinggalkan jejak dengan vomment ya! ramaikan kolom komentar dan share cerita ini ke teman kalian yaa, see you.
hai! maaf pendek, otakku buntu. butuh somay :(