Selamat Membaca!!!
💌💌💌
“Aduh, kok sempit, sih?” keluh Tiara sembari menatap cermin di hadapannya. Ia sejak tadi terus menggerakkan tubuh, berusaha untuk mengepaskan dress marun yang ada di genggamannya. Sungguh, gadis itu merasa sangat sebal, sebab mau apa pun yang akan dia lakukan, dress-nya tetap berkata lain.
“Yah, sayang banget, deh. Padahal dress-nya bagus. Mana dress ini dulu hadiah dari Ardit. Bahkan pernah janji sama dia kalau setiap dia perform, aku bakal pakai dress ini. Hu ... uh, sayang banget.” Gadis berambut gelombang itu pun manyun sembari bergantian memandang dengan miris dress marun tersebut, lalu tubuhnya secara bergantian. Namun, kesebalan itu hanya sesaat, karena tiba-tiba saja ia tersenyum lebar saat sebuah memori yang terdahulu terproyeksi secara nyata di dalam benaknya. Memori yang sangat dan akan selalu gadis itu ingat.
Tiara teringat, saat itu dia pernah mengajak—lebih tepatnya memaksa—Ardit untuk ikut pergi dengannya ke mal. Gadis itu ingin beli novel keluaran terbaru di toko buku yang berada di dalam mal tersebut. Novel itu adaptasi dari aplikasi wattpad dan dia sudah mengikuti novel tersebut sejak lama. Begitu tau novel favoritnya terbit cetak dan tersedia di toko buku, ia langsung memaksa Ardit untuk menemaninya.
Padahal, biasanya penulis akan melaksanakan pre order terlebih dahulu dan hal tersebut bisa dilakukan via online. Tidak harus datang ke toko buku. Namun, Tiara sengaja melakukan hal itu sebagai alibi saja agar dia bisa pergi berdua dengan Ardit.
Ketika selesai membeli novel, mereka berdua melewati sebuah toko pakaian. Tiara meneguk ludah begitu melihat ada manekin yang mengenakan dress berwarna marun. Dress itu sangat memikat mata Tiara. Sepertinya Ardit menyadari bahwa Tiara sejak tadi memandangi dress tersebut. Gadis itu tak menyadari, diam-diam Ardit mulai tersenyum.
Sampai akhirnya, ketika Tiara berulang tahun yang ketujuh belas alias sweet seventeen, Ardit datang ke rumahnya dan membawakan sebuah paper bag. Ia mengatakan bahwa itu adalah kado untuk Tiara. Sambil mengucapkan terima kasih, gadis itu membuka paper bag tersebut. Alangkah terkejutnya Tiara saat melihat isi paper bag yang diberikan Ardit itu.
“D—Dit ... ini ...?” Gadis itu tak dapat menahan bibirnya untuk tak menganga. Rupanya Ardit memberinya kado dress marun yang menarik matanya waktu itu.
“Gimana? Kamu suka?” tanya Ardit dengan mata yang menyipit. Pastinya hal itu terjadi karena ia tersenyum. Meski, dalam hati ia agak was-was. Lelaki itu takut, dirinya salah menduga kalau Tiara pernah tergiur dengan dress tersebut.
“Dit ... kamu kok tau aku kepengen dress ini, sih? Jangan-jangan selama ini kamu bisa baca pikiranku, ya?” tuduh Tiara membuat Ardit spontan manyun. Gadis itu pun tergelak melihat reaksi sahabat kecilnya yang menurutnya sangat lucu.
“Kamu itu ... aku tanya kamu suka apa nggak, kok malah nuduh aku kayak gitu? Nggak nyambung banget jawabannya,” kesal Ardit yang masih mempertahankan kemanyunan bibirnya. “Lagian, kalau aku bisa baca pikiranmu, pasti aku bakal pusing dan emosi. Karena, di pikiranmu itu isinya umpatan doang buat aku, kan?”
Tiara pun semakin tergelak. “Lah? Kok bisa tau gitu, sih, aku sering ngumpat kamu dalam hati? Wah, kamu beneran bisa baca pikiran aku, dong. Berarti kalau aku mau ngumpat kamu, aku nggak boleh deket-deket sama kamu, nih. Bahaya kalau kamu sampai tau.”
Dan Ardit semakin mencebikkan bibirnya yang membuat Tiara tertawa semakin keras juga gemas. Sebab, wajah Ardit jika kesal, justru terlihat semakin imut.
“Duh, imutnya Itik Mungilku ini, sih,” ujar Tiara sembari menyubit pipi Ardit yang membuat lelaki itu terbelalak. Pasalnya ia agak tersindir juga, sebab kenyataannya tinggi badan Tiara nyaris melampaui tinggi badan lelaki itu.
“Apa katamu?” protes Ardit. Tiara pun semakin gencar menggoda lelaki tersebut.
“Makasih banyak buat hadiahnya, ya, Itik Mungilku. Aku suka banget sama dress-nya. Keren banget. Nanti, setiap kali kalau kamu mau tampil sama band-mu, aku bakal terus pakai dress ini sebagai bentuk apresiasi.”
Ardit yang awalnya ingin marah jadi urung karena ucapan manis dari Tiara. Mendadak saja, ada sesuatu yang ada di dalam dirinya seolah meleleh gara-gara ucapan gadis yang ada di hadapannya ini. Namun, hal tersebut hanya terjadi sesaat. Sebab tak lama kemudian, ia kembali memajukan bibir.
“Bilang makasih, ya, makasih aja. Nggak usah dikasih embel-embel Itik Mungil, dong! Padahal sudah bagus kamu nggak manggil aku Itik Mungil lagi, tapi kenapa sekarang panggil aku kayak gitu?” ujar Ardit dengan kesal yang membuat Tiara sontak terdiam. Sepertinya sang sahabat benar-benar marah padanya. Mendadak saja gadis itu menjadi takut dan nyalinya pun mulai menciut.
💌💌💌
Meski simpel, tapi kejutan kecil dari Ardit bagi Tiara sangatlah memorable. True nggak? Sederhana, tapi tak akan terlupakan //asek
Kalian pernah nggak ngalamin kejadian yang ... sebenarnya simpel, tapi selalu terkenang di benak kalian?
Have a nice day.
©Surabaya, 29 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Fixation
Mystery / Thriller📌 HIATUS Mystery at School Series #3 💌💌💌 "Masa remaja bakal sia-sia kalau dihabiskan hanya untuk muasin nafsu percintaan." ~~~ Kata orang, cinta dan obsesi itu beda tipis. Benarkah? Ardito William harus mengalami keresahan setelah ia menjadi vok...