4. Panas Hati

24 9 39
                                    

Selamat Membaca!!!

💌💌💌

“Eh, Ardit?” Langkah mereka langsung terhenti saat seorang gadis tiba-tiba berdiri di hadapan dua insan yang asyik berjalan ke kantin itu.

Dia adalah Jihan, si ketua fansclub Arditovers—yakni kumpulan gadis yang nge-fans dengan Ardit, tentu saja.

“Oh, hai, Jihan,” balas Ardit dengan tersenyum. Secara otomatis, membuat mata lelaki itu pun menyipit, yang membuat beberapa gadis di area kantin nyaris pingsan karenanya. Pesona Ardit memang sangat luar biasa.

“Eh, itu ... aku dengar, band-mu mau tampil di Kafe A, ya? Kafe yang cukup terkenal itu? Beneran, kan?” tanya Jihan sembari memelintir ujung rambutnya yang agak bergelombang. Kentara sekali ia salah tingkah saat bertanya pada idolanya tadi, yang membuat Ardit terkekeh geli melihat kelakuan gadis itu. Sedangkan Tiara, ia melengos kesal melihat hal tersebut.

“Iya, Han. Band kami bakal tampil di kafe itu. Kamu jangan lupa datang, ya? Ajak teman-temanmu juga.”

“Pasti, dong, Dit. Sebagai fans Ardit, mana mungkin aku mau ketinggalan buat lihat penampilan band-mu? Tenang aja, aku bakal ajak semua Arditovers buat lihat penampilan kalian nanti sampai kafenya penuh,” ujar Jihan yang membuat Ardit semakin terkekeh.

“Dit, ayo jalan lagi. Ngapain berhenti, sih? Katanya mau ke kantin,” rengek Tiara sambil meraih lengan lelaki itu dan bergelayut di sana. Melihat perbuatan Tiara, sontak Jihan terkejut. Ketua fansclub Arditovers itu tiba-tiba merasa ada kobaran api dalam dirinya.

“Eh, eh, iya. Bentar, dong, Ti,” jawab Ardit sambil tersenyum kaku pada Jihan. Mungkin ia agak malu karena Tiara bergelayut manja padanya.

“Ngapain bentar-bentar, sih? Ayo buruan. Aku laper,” rengek Tiara lagi yang membuat Ardit mau tak mau menuruti ucapan gadis itu.

“I—iya, iya. Jihan, kita duluan, ya!” pamit Ardit lalu ikut melangkah mengikuti Tiara yang menyeretnya. Saat mulai berjalan, Tiara dengan sengaja menyenggol bahu Jihan yang tak hanya membuat gadis itu membelalakkan mata dengan kesal, tetapi Ardit juga. Namun, Tiara berusaha untuk cuek.

Setelah mereka mendapatkan tempat duduk, Ardit menatap Tiara dengan intens.

“Ti, kamu itu sebenarnya ada masalah apa, sih, sama Jihan? Kok dari dulu kamu nggak suka banget sama dia? Memangnya dia ada salah apa sama kamu?” tanya Ardit dengan nada interogasi. Tiara pun gelagapan ditanya seperti itu.

“Apaan, sih, Dit. Suka-suka aku, dong! Kepo banget,” tutur Tiara yang membuat Ardit sebal. Alhasil, ia menepuk pelan lengan gadis itu.

“Ish, apaan? Ngapain mukul-mukul, sih?” protes Tiara setengah berteriak. Tentu saja teriakannya itu membuat hampir semua orang yang ada di kantin menoleh ke arah Ardit dan Tiara. Mendadak saja si most wanted boy itu merasa malu dan mengangguk pelan pada orang-orang di sekitar mereka.

“Ti, jangan teriak-teriak, dong. Kan—”

“Tiara.” Sebuah suara bariton yang memanggil gadis berambut gelombang itu sontak membuat mereka berdua menoleh. Namun, Ardit melengos saat menyadari siapa yang memanggil Tiara barusan.

“Kenapa, Don?” tanya Tiara sambil mencuri-curi pandang pada Ardit.

“Pulang sekolah nanti kamu sibuk nggak?” tanya Doni yang dibalas gelengan oleh Tiara.

“Itu ... dengar-dengar kamu suka pelajaran matematika, ya? Pernah masuk babak final di olimpiade, kan, waktu itu? Nah, aku mau minta tolong. Nanti pulang sekolah, kamu bisa nemenin aku ke toko buku? Aku minta rekomendasi buku bank latihan soal matematika yang bagus dari kamu. Soalnya, aku diminta ikut olimpiade matematika di Universitas F dua minggu lagi, jadi harus ada persiapan. Kamu bisa nggak nemenin aku?” tanya Doni lagi sambil harap-harap cemas.

“Halah, modus,” gerutu Ardit pelan, tetapi masih dapat didengar oleh Tiara. Gadis itu pun menahan tawa saat mendengar gerutuan sahabatnya. Jujur, ia agak malas jika berdekatan dengan lelaki bernama Doni ini. Akan tetapi, demi pembalasan dendam, akhirnya ia memutuskan ....

“Iya, Don. Aku bisa.” Dan jawaban tersebut membuat Ardit membelalakkan mata.

“Hei, kamu lupa kita janjian pulang sekolah nanti?” tanya Ardit spontan yang membuat Tiara mengerutkan kening. Perasaan, Ardit tak membuat janji apapun pada Tiara.

“Janji apaan, Dit?” Karena kesal dengan ucapannya yang spontan tanpa pikir panjang itu, alhasil Ardit meninggalkan mereka berdua. Daripada merasa malu karena ketahuan bohong. Padahal, mereka masih belum memesan makanan apapun. Hal tersebut membuat Tiara menahan tawanya dalam hati.

“Jadi, kamu beneran bisa temenin aku nanti?” tanya Doni dengan mata berbinar-binar. Namun, jawaban Tiara selanjutnya justru membuat lelaki itu jatuh sedalam-dalamnya.

“Ah, iya. Aku baru ingat ada janjian sama Ardit pulang sekolah nanti. Aku yang lupa. Maaf, ya.” Selepas itu, ia pergi meninggalkan Doni yang memandangnya dengan tatapan sendu.

💌💌💌

Doni be like:

Poor, Bang Doni 😢 Cewek ga cuma Tiara aja, kok, Bang Don

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Poor, Bang Doni 😢 Cewek ga cuma Tiara aja, kok, Bang Don. Sini aku peyuk biar nggak sedih lagi, awkwk.

Jeykey: Oh, sekarang gitu kamu mainnya, ya, Al? Selingkong di belakangku?

//Hahah, oke skip 😂

Have a nice day.

©Surabaya, 26 Maret 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©Surabaya, 26 Maret 2021

FixationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang