21. Pernyataan Doni

7 3 0
                                    

Selamat Membaca!!!

💌💌💌

“Kamu mau ngomong apa, Don?” tanya Tiara dengan tak sabar. Gadis itu sejak tadi merasa gelisah, takut jika Ardit menunggu terlalu lama. Sedangkan Doni, Ditanya seperti itu, lelaki tersebut langsung menghela napas pelan.

“Oke, kayaknya kamu nggak mau basa-basi, ya. Aku langsung ke poin pentingnya. Jujur, aku nggak paham kenapa kamu selalu nolak aku. Bahkan kamu nggak pernah kasih tau alasannya. Kenapa, Ti?”

Tiara spontan menggeram kesal saat mendengar pertanyaan Doni. Seharusnya ia sudah menduga, bahwa si kapten basket itu akan membahas hal ini. Tiara memang sudah berkali-kali menolak ajakan Doni untuk menjadi kekasihnya, padahal mereka cukup dekat sebagai teman. Namun, Tiara sama sekali tak memberikan alasan mengapa dirinya menolak Doni. Hal itulah yang membuat pemuda tersebut merasa tak tenang.

“Sudah aku duga, kamu bakal bahas gini. Buang-buang waktu!” Tiara langsung berbalik dan akan berjalan menuju kantin. Akan tetapi, langkahnya tertahan saat Doni menarik lengannya.

“Tiara, tolong. Kalau kamu nggak mau terima aku, setidaknya kasih tau aku kenapa kamu nolak aku. Kalau dibilang benci, kayaknya kamu nggak benci-benci amat sama aku.” Mendengar pernyataan Doni, Tiara membalikkan badannya lagi, lalu menghempaskan tangan pemuda tersebut yang berada di lengannya.

“Nggak benci? Sok tau kamu! Kamu kira aku nggak tau kalau alasan kamu mau aku jadi pacarmu itu biar kamu bisa ngorek-ngorek informasi buruk tentang Ardit? Terus habis itu kamu bakal jatuhin popularitas Ardit dan kamu bisa jadi lebih populer dari dia, kan? Kamu pikir aku nggak tau ide licikmu?” Doni tersentak setelah mendengar penuturan Tiara. Tak hanya Doni, Ardit yang bersembunyi tak jauh dari mereka juga ikut terkejut. Sejak tadi, ia diam-diam mengikuti sahabat kecilnya itu yang beriringan dengan Doni.

“Tiara, apa maksudmu?”

“Selain karena kamu mau jelekkin nama sahabatku, kamu pun juga jadiin aku cuma sebagai bonekamu. Kamu pikir aku cewek apaan? Nah, kamu sudah tau, kan, kenapa aku nolak kamu dan ‘benci’ banget sama kamu!?” Doni semakin tersentak melihat bagaimana Tiara meluapkan emosinya.

“Tiara, aku nggak kayak yang kamu pikirin. Aku—”

“Halah, cowok licik kayak kamu mana mau ngaku. Kalo maling ngakuin kejahatannya, penjara pasti penuh!”

Doni lagi-lagi tertegun. Mendadak saja bulir keringat dingin berlomba-lomba mengalir deras di pelipis.

“Kenapa diam aja? Bener, kan, omonganku itu?”

“Tiara ....”

“Buang-buang waktu aja kamu!” Tanpa menunggu respon dari Doni, Tiara pun segera menarik tangan yang digenggam erat oleh lelaki itu, lalu pergi meninggalkannya. Ardit yang melihat hal tersebut sontak segera berbalik dan berlari menuju kantin.

💌💌💌

“Tuan Putri, kok, diem? Wajahnya keliatan merengut gitu.” Tiara langsung menolehkan kepala ke arah Ardit, selepas itu ia mendengus sebal. Raut mukanya pun kian mengusut.

“Gara-gara kamu!”

“Hah?” Ardit spontan melongo keheranan. Lelaki itu merasa heran, bukankah tadi Tiara marah-marah ke Doni, tapi kenapa dia yang menjadi penyebab gadis tersebut merasa kesal?

“Katanya tadi kamu mau nungguin aku di kantin, tapi kenapa nggak pesenin mi ayamnya, sih? Aku jadi nungguin, kan! Padahal aku mau makan sekarang. Huh!”

Ardit langsung menepuk dahi dengan telapak tangannya. Rupanya Tiara ngambek gara-gara harus menunggu pesanan mi ayam. Pemuda itu baru ingat bahwa gadis di hadapannya ini baru saja bad mood, dan tentu saja salah satu pelampiasannya adalah dengan memakan makanan favoritnya, mi ayam!

“Sabar, dong, Ti. Kalau aku pesenin tadi, 'ntar mi ayamnya dingin, nggak anget lagi. Aku, kan, nggak tau kira-kira kamu lama apa nggak ngobrol sama Doni.”

Saat nama sang kapten basket itu tersebut, mendadak saja mood Tiara semakin down. Gadis tersebut bukan tanpa alasan menduh Doni tadi, sebab ia pernah mengetahui sendiri bahwa lelaki itu memang sangat licik.

💌💌💌

“Kamu yakin nggak mau pulang sama aku, Ti?”

Ardit yang akan berjalan ke tempat parkir langsung menghentikan langkah Tiara dengan ucapannya barusan. Lalu, gadis itu hanya tersenyum simpul.

“Nggak apa, Ardit. Kan, kamu mau latihan dulu? Daripada kamu bolak-balik harus anter aku pulang dulu, terus balik ke studio?” Mendengar jawaban Tiara, tentu saja Ardit merasa heran. Ini bukan seperti Tiara yang biasanya.

Sebab, dari dulu Tiara selalu memaksanya untuk mengantarkan gadis itu pulang. Tak peduli jika Ardit sedang ada latihan dengan kawan-kawannya. Meski terasa aneh, tetapi Ardit berusaha untuk cuek dan akhirnya meninggalkan Tiara. Di sisi lain, gadis itu langsung melangkah cepat ke suatu tempat.

Namun, niatnya itu terhenti saat melewati taman belakang sekolah. Tempat tersebut sangat sepi pada sore ini, tetapi di sana terdapat dua insan lelaki yang sedang berbincang. Awalnya Tiara merasa cuek. Akan tetapi, ketika ia mendengar nama Ardit disebut, gadis itu langsung menghentikan langkah. Mendadak saja telinganya gatal ingin mendengarkan percakapan kedua orang itu.

“Kamu ada dendam kesumat apa, sih, sama Ardit, Don? Kulihat-lihat, kamu kelihatan benci gitu. Ya ... walaupun sama sahabat ceweknya matamu selalu berbinar-binar.”

Doni yang ditegur seperti itu awalnya merasa kesal. Namun, ketika nama Tiara disebut secara tersirat, mendadak saja ia tersenyum sendiri.

“Aelah, ni anak. Ditanya malah mesam-mesem!” Doni spontan mencebikkan bibir, lalu memalingkan kepala ke kanan. Lebih tepatnya ke arah Tiara yang sedang menguping saat ini. Mendadak saja gadis itu terkejut dan langsung bersembunyi di balik tembok. Jantung Tiara sontak bertalu dengan kencang hingga membuat keringat dingin kian mengalir deras.

“Aku kesel, kenapa selalu Ardit aja yang dipuji banyak cewek? Emang bagusnya Ardit apa, sih, selain suara? Padahal, biasanya cewek-cewek suka sama pemain basket, apalagi kapten basket. Heran!”

Tak hanya pemuda di hadapan Doni yang terkejut, tetapi Tiara juga. Gadis itu sama sekali tak menyangka bahwa sang kapten basket tersebut ternyata diam-diam iri dengan Ardit. Tiara benar-benar tak menduga bahwa pemikiran Doni sangat di luar ekspetasi.

“Ya ampun, Don. Cuma karena iri doang? Kayak bocah!”

“Hei!” Doni langsung berteriak tak terima saat dirinya disamakan dengan bocah. Namun, diam-diam Tiara menyetujui apa yang dikatakan oleh teman Doni itu.

💌💌💌


Maafkan aku yang telat update 😭

Have a nice day.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FixationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang