D U A

21.6K 627 22
                                    

Happy Reading..

Setelah kejadian itu, aku tidak membahasnya lagi bersama Nissa. Aku pun tidak melihat lagi Bapak Akbar. Mungkin ia sibuk karena banyak jam yang mungkin dia ambil. Akupun tak ikut pusing memikirkannya. Memang ia sudah dewasa dan juga matang, tapi tidak menutup kemungkinan ia pria yang sudah beristri bukan?

Makan siang dikantin kami nikmati dengan tenang dan seperti biasanya. Diselingi obrolan kecil oleh Nissa,Putri, dan Gita. Ya mereka bertiga adalah teman dekatku, tapi yang lebih kenal aku mungkin si Nissa. Dari sma sampai kuliah sekarang ialah yang selalu tahu aku orangnya bagaimana.

"Pak Akbar sudah punya istri belum?" Tanya Gita memulai obrolan. Aku hanya menjadi pendengar dan tidak mau menjawab pertanyaan dari Gita. Toh itu bukan urusan aku kan?

"Banyak kabar yang bilang sudah dan juga ada yang bilang belum sih. Gue tahu nya segitu Git. Balas Nissa. " ngapain sih lo bahas pak Akbar? Jangan-jangan lo juga naksir ya sama beliau?"

"Jangan bercanda deh kamu Nissa! Orang Cuma mau Tanya aja masa langsung dibilang suka sih?" ajar Gita mendengus tak suka dan menambahkan ucapannya." Dari beliau masuk sampai sekarang banyak yang mengidolakan beliau. Makanya aku mau bahas ini juga sama kalian. Mumpung kumpulkan. Lagian kenapa sih kelas kita banyak yang gak sama? Jadi nya gini deh, pas jam istirahat aja kumpulnya."

Bulan yang sedang minum teh es hampir saja tersedak dibuatnya. Karena Nissa menceritakan semua kejadian yang pernah aku alami.

"Gimana Bulan? Tampan dan beribawa gak orangnya? Pasti lah ya! Yang itu gak usah diragukan lagi ya." Tanya Putri

" Udah tahu jawabannya kenapa nanya lagi?

Pak Akbar masuk kedalam kantin. Semua mata memandang dan mencuri-curi pandang kearahnya. Kecuali Bulan. Ia menggelengkan kepalanya dan tidak mengerti kenapa semua orang seperti melihat seorang actor sih? Ia hanya tetap melanjutkan makannya hingga makanannya habis.

Ketika aku memandang kearahnya yang sedang duduk bersama rekan sesamanya. Tidak sengaja pandanagan kami bertemu. Aku hanya diam memperhatikan dan langsung memutuskan kontak mata. dilihat dari ujung mata ku beliau masih saja memperhatikanku dan mungkin saja ia telah mengingatku yang ia tegur kemaren.

Ada yang tidak sengaja menginjak kakiku. Aku mengaduh kesakitan dan memutuskan untuk menunduk dan mengelus kakiku. Tak ku sadari aku melihat kertas putih yang berada di dekat sepatu ku. Aku mengambil lalu membaca kertas itu.

Aku mengernyit bingung dan tidak suka dengan bacaan yang tertera disana. Tulisanya memang kecil, tapi tetap masih bisa dibaca.

"Temui saya di ruangan saya sebentar." Itulah pesan yang tertera didalam kertas putih itu. Dan aku terkejut ketika siapa yang menulisnya. Siapa lagi kalau bukan pak Akbar.

Khairul Akbar Lelaki dewasa yang sudah berusia empat puluh tahun. Menjabat sebagai Dosen Bimbingan Konseling dan mempunyai usaha sampingan seperti tempat cucian mobil dan motor yang telah didirikan nya kurang lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Serta usaha fotocopy.

"Lo kenapa nunduk terus Bulan? Ayo kita masuk ke kelas lagi." Ujar Nissa mengajak temannya yang lain sambil meninggalkan Bulan yang masih memengang kertas yang berada ditanganya. Ia memandang tidak suka ke arah Akbar. Berani sekali beliau menyuruhnya untuk menemui nya. Sendiri an juga lagi. Ia masih menatap Akbar dan Akbar pun tak mau kalah, juga menatap dalam kearah Bulan.

Setelah kelas selesai, aku memutuskan untuk pulang. Tetapi rencana ku gagal karena ada orang yang menghampiriku dan mengatakan bahwa aku dipanggil oleh Pak Akbar. Sebenarnya aku gak mau bertemu dan berurusan dengannya, tapi mau gimana lagi. Takutnya nilai ku dikasih C. Bisa bisa aku mengulang kelas nya kembali. Dengan kata lain aku memutuskan untuk menghampirinya ke ruangan beliau.

Aku menghembuskan nafas dengan kasar. Lorongan ini sepi. mahasiswa yang lain sudah pulang dan Nissa ada rapat dengan anggota BEM. Sedangkan Gita dan Putri masih ada kuliah, tapi gedung nya lumayan jauh dari ruangan Pak Akbar.

Aku mengetuk pintu dan tidak ada respons. Aku masih berdiri di depan pintu dan tak lama kemudian ada seseorang yang menyahut dekat denganku. Bisa didikatakan kalau mundur sedikit saja mungkin aku udah merasakan dada bidangnya.

"Kenapa gak langsung masuk saja?"

"Gak sopan pak."balasku tanpa memandang kearahnya. Tanganya membuka kunci pintu. Kalau ada seseorang yang melihat ia bisa menilai kami sedang berpelukan dari belakang. Aku yang sudah risih dari tadi berkata " Bisa mundur sedikit pak?" ujarku sambil mendengus tak suka.

"Kenapa mundur? Tinggal masuk saja kan bisa. Pintu nya juga sudah dibukakan."

"Eum. Aku langsung masuk ke dalam lalu disusul oleh beliau setelah ia menutup pintu. Aku gak suka berduaan di dalam ruangan . apalagi ini dosen yang baru aku kenal dan juga tidak ku sukai, malas banget sebenarnya. Huft sebel deh ucapku dalam hati.

Bersambung....

ISTRI KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang