E M P A T

18.8K 632 39
                                    

Sudah dua hari berlalu. Aku masih mengingat perkataannya. Diruangannya kemaren beliau mengucapkan hal yang sangat gila menurutku.

"Saya menyukaimu. Bahkan rasa ini sudah muncul satu tahun yang lalu."

Aku terkejut sekaligus ternganga dibuatnya. Ada apa dengan pak Akbar? Apakah ia sudah gila ? atau mungkin belum sadar dari tidurnya? Kalau dipikir gila enggak mungkin sih. Kalau gila kenapa bisa menjadi dosen?

" Kenapa bisa?"

Hanya itulah kata yang bisa kuucapkan. Padahal dikepala sudah banyak yang ingin ditanyakan.

" Saya tidak tahu, kapan itu pastinya. Karena suka adalah hal yang relative wajar. Kita tidak bisa mencegah maupun menentukan kepada siapa kita menyukai seseorang."

"Saya tidak menyukai anda Pak. Saya hanya mahasiswi yang menghormati dan menghargai bapak. Tidak lebih dari itu."

Dia hanya diam dan tidak merespons. Kubiarkan saja.

Aku memilih diam dan menunduk sambil mengepalkan tangan. Dalam hati aku mengutuknya yang tidak bisa komitmen terhadap istrinya. kenapa ia tidak bisa mencintai istrinya sampai mereka tua bersama? Aku begitu benci melihat seorang pria yang sudah beristri menyatakan perasaannya kepada anak gadis. Aku tahu suka adalah hal yang wajar. Tetapi kalau sampai merusak rumah tangga nya sendiri itu lah hal yang tidak wajar.

Sebelum pergi meninggalkan ruangan, beliau berkata. " boleh saja kamu menolaknya. Tetapi takdir siapa yang tahu."

Tersadar dari lamunan aku langsung saja turun dari ranjang. Lalu bersiap untuk mandi dan bergegas untuk berolahraga pagi. Itulah rutinitasku setiap sabtu dan minggu pagi.

Shandya Bulan. Itulah namaku. Berumur dua puluh tiga tahun dan sudah semester 7. Aku disini ngekost, Ibu dan Ayah ku berada dikampung. Bisa dikatakan kedua orang tuaku hidupnya sangat sederhana. Bukanya tidak mampu, tetapi beliau sudah mengajarkan kami dari kecil untuk selalu berhemat dan selalu baik kepada orang lain.

Setelah mengoleskan lipstick bewarna nude dibibirku. Aku tersenyum melihat pantulan ku dicermin. Baju kaos serta celana training bewarna hitam sudah melekat ditubuhku. dan tak lupa sepatu skets untuk jogging serta rambut ku sanggul tinggi.

"Yaampun, Bulan. Lo mau kemana? Ujar Nissa yang baru keluar dari kamarnya. Kost kami memang sama, tapi beda kamar. Karena aku gak mau kost berdua, takutnta nanti ganggu privasi teman.

"Olahraga pagi. Kalau mau ikut ayo kita jogging berdua."

"Gak ah. Tugas gue udah numpuk lan. Lo aja yang pergi sendiri, gue absen dulu bentar."

"Ok. Aku pergi ya. Titip kamar ku ya Nis." Ujarku dan melihat Nissa tersenyum renyah sambil mengankat kedua jempol tunjuk nya.

Setelah selesai olahraga aku duduk dikursi yang sudah disediakan ditaman. Lalu membuka tutup botol air mineral yang aku beli dan langsung meneguknya.

"Minum yang banyak. Minum sangat baik buat kesehatan tubuh."

Suaranya sangat familiar dan langsung saja aku menoleh kesamping, ternyata oh ternyata siapa lagi kalau bukan Pak Akbar.

Sebelum aku membalas perkataannya, subuah suara sudah terdengar dari belakang.

"Pa, anak nya kok malah ditinggal sama mama sih?"


Aku menoleh ke samping dan melihat seorang wanita perkiraan berusia tiga puluh ke atas kaliya? Dia lumayan cantik serta memiliki wajah keibu-ibuan. Dan menggandeng seorang putra yang berusia sekitar sepuluh tahun. Wajah nya sangat mirip sama Pak Akbar bisa dikatakn copy paste semua.


"Baru mau duduk. Ternyata saya melihat ada mahasiswi saya yang lagi ikut olahraga. Jadi saya samperin." Ujar pak Akbar dengan suara beratnya


Aku yang merasa diomongin langsung saja berdiri, dan menyalami beliau serta memperkenalkan diri. Beliau kelihatan nya sangat ramah dan juga tidak sombong. Seperti wanita pekerja keras.

" Kita mau makan bersama, Bulan mau ikut ?"


Belum sempat aku menolak anak Pak Akbar yang bernama Bintang langsung saja mengandeng tangan ku dan tersenyum lebar menampakkan giginya yang putih. Jadi mau tak mau aku terpaksa ikut makan siang bersama dengan keluarga beliau. Aku gak bisa nolak karena aku sangat menyukai anak kecil. Apalagi anak kecil seperti Bintang.


Bersambung...

ISTRI KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang