Flashback on
**
Desember 2017.
POV ReneMatahari hampir tenggelam diufuk barat, pertanda sebentar lagi malam akan tiba.
Pada waktu malam orang-orang biasanya beristirahat setelah sehari penuh melakukan aktivitas, tapi aku keluar rumah untuk menghilangkan penat, berjalan sendiri mengelilingi Kota Serang yang pada akhirnya berkunjung ke salah satu Kedai.
Tak disangka, kala itu menjadi malam yang sangat mengejutkan. Pasalnya berjumpa kembali dengan seseorang yang beberapa tahun lalu pernah menghiasi hari-hari terindahku. Ya, Zahra. Aku dan Zahra adalah sepasang masa lalu yang masih saling menginginkan, tapi enggan untuk kembali.
Bukan saja soal asmara yang membuat kita hampir selama 3 tahun ini naik turun, jatuh bangkit, luka bahagia dalam dinamika romansa.
“Jadi, kamu apa kabar?” katamu setelah kita yang akhirnya bertemu.
Setelah sekian lama membuat janji untuk bertemu lagi, baru akhir-akhir ini kita bertemu setelah kamu melewati kesibukanmu yang brengsek itu. Iya, kamu dan segala sesuatu yang menghalangimu, terutama dia yang menjadi kesayanganmu. Seorang lelaki yang mempunyai nasib sangat beruntung bisa mendapatkanmu.
“Aku baik,.” jawabku
“Sykurlah. Maaf baru bisa bertemu sekarang. Aku sibuk.” Katamu, yang seolah-olah menutupi kebohongan dibalik senyuman itu.
**
Sebagai masa lalu yang berakhir baik, kami bertemu di Kedai Roti Bakar 88, salah satu kedai di Serang. Kami bertemu layaknya pasangan yang sudah berakhir dan tumbuh dengan kisah yang berbeda, dia bersama lelaki yang sangat ia sayangi, aku bersama kenangan-kenangan yang membuatku dewasa. Selama ini, aku sering mengajaknya untuk bertemu lagi, membicarakan masa lalu dan melepas rindu. Tapi kenyataannya memang sangat berbanding terbalik apa yang aku inginkan. Dia menolak, selalu menolak dengan berbagai kebohongan klasik yang ia buat. Dia selalu berbohong untuk tidak menemuiku, dan ada sesuatu yang harus dia tau. Bahwa dia tidak pandai berbohong, terutama kepada seorang yang masih menyayanginya.
“Aku Cuma mau balikin ini” kataku, setelah mengeluarkan sebuah Novel dari dalam tas, dan menaruh Novel berjudul ‘Dear You’ karya Moammar Emka yang dia pinjamkan setelah 2 tahun yang berlalu, diatas meja.
“Kamu masih menyimpan ini?” tanya dia seketika.
“Masih, ini novel kesayanganmu kan?” jawabku sambil meminum yang sudah aku pesan.
Dia melihat dengan tidak menjawab pertanyaanku, matanya kosong melihat novel ini bagaikan melihat berbagai kenangan yang sekarang hilang dimakan waktu. Senyuman kaku dibibirya pun keluar dan mendadak bergetar seperti menahan sesuatu yang ingin keluar dari matanya.
“Kamu kenapa masih menyimpan ini”
“Karena aku masih sayang kamu”
Dia kaget, dia memandangku dengan tatapan seakan tidak mengetahui kenyatan yang sebenarnya. Dia melihat dengan dalam dan berusaha untuk membaca apa yang sedang aku pikirkan.
“Masih? Sampai saat ini. Setelah dua tahun lamanya, kamu masih?”
“Iya, masih”
Dia diam, menunduk dan tidak mengeluarkan ekspresi. Jilbabnya yang hitam pekat menutupi sebagian wajahnya, suaranya tidak terdengar dan badannya serasa kaku tidak bergera. Aku mengambil Ice Latte diatas meja, meminumnya sambil sesekali melihat ia yang tidak nebgeluarkan suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak langkah Rene
FantasyPerjuangan, dinamika, romansa hingga narasi untuk negeri tersaji dalam antologi cerpen ini.