Happy Reading 💙
Seorang perempuan dengan bobot sebesar tujuh puluh kilogram itu tengah sedikit berlari, hari ini ia datang terlambat dikarenakan angkot yang ia tumpangi menunggu penumpang terlalu-lama dipangakalan. Tubuhnya hampir terjatuh saat ia berlari, keringat sudah membasahi baju seragam sekolahnya. Jarak dari halte sekolah menuju gerbang sekolah utama lumayan jauh, jadi ia harus berlari secepat mungkin, saking terburu-burunya ia sampai tersandung batu dan berakhir jatuh ditanah, untungnya rok yang ia kenakan tidak kotor, namun lututnya tergores sehingga mengeluarkan darah.
"Sini gue bantu." seseorang mengulurkan tangannya pada gadis itu berniat untuk menolongnya.
Gadis itu mendongakkan kepala dan sedetik itu pula matanya langsung menangkap sosok lelaki tampan dihadapannya.
"R-rizan?" tanya Alviera kaget.
Rizan tersenyum, lalu setelahnya tangan yang terulur itu ia tarik kembali. Rizan memilih untuk jongkok dihadapan Alviera. Matanya menatap serius pada luka yang ada dilutut Alviera.
"Kenapa bisa jatuh, hm?" tanya Rizan lembut sambil memegangi pinggiran luka itu.
Alviera yang mendengar Rizan berbicara selembut itu sedikit terkejut dengan pikiran yang terus bertanya-tanya, namun dengan cepat ia mulai tersadar dan menepis pikiran yang menghantui kepalanya itu.
"G-gue tadi buru-buru s-soalnya gue kesiangan." jawab Alviera dengan nada sedikit gugup.
"Shit, kenapa gue gugup gini?" tanya Alviera dalam hati.
Mata Rizan tak teralihkan dari luka dilutut Alviera. Ia tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
"Ayo gue anter ke uks." ucap Rizan sambil menggenggam tangan Alviera yang sedang mengipasi lukanya.
Kening Alviera mengkerut, ia bingung sekaligus kaget dengan perlakuan Rizan yang akhir-akhir ini sangat berbeda dari sebelumnya.
Alviera menarik tangannya agar terlepas dari genggaman tangan Rizan, namun usahanya gagal karena Rizan malah mengeratkan genggaman tangannya.
"Z-zan." panggil Alviera yang sepertinya agak risih dengan perlakuan Rizan.
"Hm?"
"Gue bisa sendiri kok." jawab Alviera dengan nada merendah.
"Gue mau bantu lo, ayo gue anter ke toilet." ucap Rizan.
"Toilet?" tanya Alviera heran.
"E-eh, maksud gue uks hehe." jawab Rizan.
"Anying, kenapa gue malah bilang toilet sih? Memalukan!" batin Rizan.
Akhirnya Alviera bangkit dari duduknya dan jalan dengan keadaan kaki pincang sebelah, jangan lupakan tangan Rizan yang masih menggenggam tangannya.
Saat sampai di depan gerbang utama, anak-anak osis sudah berjaga. Rizan dengan santai menerobos dua anak osis yang sedang berjaga di gerbang utama itu sehingga dua anak osis itu menegurnya.
"Sopan santun dipake ya mas." ucap salah seorang anggota osis itu.
Rizan tak menghiraukannya. Ia malah terus menerobos gerbang yang sedang dijaga itu, bagusnya gerbang tidak dikunci. Alviera yang melihat itu meringis karena tak enak hati dengan anggota osis.
"Lo telat, lo udah tau kan apa konsekuensinya?" pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul saat Rizan berhasil menerobos.
Rizan menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya, ia menatap tak suka pada orang itu.
"Lo ga liat siapa yang gue bawa?" tanya Rizan sambil melirik Alviera, sedangkan Alviera menundukkan wajahnya karena malu. Jantungnya berdegup tak beraturan.
Dua anak osis yang tadi sempat Rizan terobos menghampiri mereka, mereka memberikan tatapan tak suka pada Rizan.
"Bawa cewe itu ke uks." ucap Aditya sambil menunjuk Alviera pada kedua osis yang tadi Rizan terobos.
Aditya adalah orang yang tadi sempat bertanya pada Rizan. Kedua osis itu mengerutkan keningnya bingung saat Aditya menyuruh mereka untuk membawa Alviera ke uks.
"Lutut dia luka." lanjut Aditya yang sudah mengerti.
Kedua osis itu mengangguk lalu menuntun Alviera untuk ke uks.
Sekarang, hanya ada dua manusia yang saling berhadapan. Keduanya sama-sama saling bertatapan, tatapan itu menandakan bahwa keduanya bukanlah orang yang akur.
"Berjemur dibawah tiang bendera sambil hormat." ucap Aditya tegas.
Rizan menyeringai.
Tanpa sepatah katapun ia membalikkan tubuhnya dan berjalan kearah lapangan. Namun sebelum ia sampai di tengah lapangan, Aditya mengucapkan sesuatu padanya hingga membuat langkah Rizan terhenti.
"Don't play with someone's feelings, penyesalan ada diakhir."
Rizan membalikkan tubuhnya, lalu menatap tajam ke arah Aditya.
"Apa maksud lo?!" tanya Rizan geram.
"Masih tanya maksudnya?, i think you already know what i'm saying." lalu setelahnya Aditya pergi begitu saja.
Rizan mengepalkan tangannya saat mendengar perkataan Aditya.
"Bangsat!" batin Rizan.
Ramus,
03 Maret 2021.

KAMU SEDANG MEMBACA
APRIL { SLOW UPDATE }
Teen Fiction[ BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Cover by: @designby.sher Start: 01 Januari 2021 End: -