Siang ini cuaca perkotaan cukup bagus, angin musim semi bertiup lembut membuat beberapa helai rambut seorang pria tersibak kebelakang.
Pria tersebut tengah duduk di sebuah Gazebo taman menikmati sekaleng minuman dingin untuk menghilangkan dahaga.
"Hei..." sapa seseorang
pria tersebut menoleh sedikit menengadahkan kepalanya untuk melihat orang yang baru saja menyapanya itu agar lebih jelas.
"Lama sekali" cibirnya
Orang yang ternyata teman nya tersebut tertawa canggung lantas mendudukan diri di samping pria tersebut.
"Maaf membuatmu menunggu Tugasku banyak hari ini"
"jangan kau ulang aku benci menunggu" sarkas pria tersebut.
"Oke jadi ada apa memanggilku kemari?" tanya orang itu.
"Mengenai penyakitku aku akan berhenti berkonsultasi lagi" jawab pria itu tanpa menoleh sedikitpun.
Orang yang duduk di sampingnya hanya mendengus lantas melipat kedua tangan nya di depan dada.
"Kenapa tiba - tiba?" tanya nya.
"karena kurasa percuma saja Lea, aku melakukan nya lagi semalam"
Leana Seanon, gadis bermata bulat tersebut nampak menegakan tubuhnya sesaat setelah mendengar penjelasan dari pria yang merupakan Teman nya tersebut.
"Tapi kau sudah sejauh ini Darel! kau hanya perlu bersabar sebentar lagi dan jangan bertindak bodoh!"
bentak Lea.Gadis itu rupanya terlihat marah kepada Darel.
oh ya ngomong ngomong soal pria yang menjadi teman nya itu adalah Darel van delnora, sosok remaja yang sangat mencintai adik juga ibunya.
kalian sudah tahu bukan siapa dia? jangan bertanya lagi aku malas menjelaskan. ~Pacarkiming:)"Lalu... lalu siapa yang kau bunuh?" tanya Lea dengan gugup dengan suara melirih diakhir kalimatnya.
Darel menoleh menatap lekat gadis yang sudah lebih dari dua tahun di kenalnya itu.
"Seorang wanita tua yang merupakan nenek-ku sendiri jangan bertanya lagi aku malas menjawab" Jawab Darel sedikit tak sopan membungkam mulut terbuka Lea yang hendak kembali bersuara.
Lea mencebik kesal gadis tersebut bangkit dari duduknya lantas berdiri di hadapan Darel yang menatapnya bingung dengan berkacak pinggang.
Lea membuang wajahnya ke arah lain kala mata mereka bertemu, membuat Darel bertanya tanya kenapa gadis bodoh -menurutnya itu- bersikap demikian.
Memilih acuh Darel mengeluarkan sebatang nikotin dari dalam saku celananya lantas mematiknya dengan api lalu menghirupnya perlahan.
"Kau terlalu semena - mena Darel seharusnya kau mampu memgendalikan emosimu!" pekik Lea setelah gadis itu lama terdiam.
Darel meliriknya malas lalu pria tersebut berdehem pelan dan menarik Lea untuk duduk di pangkuan nya, terkejut? jelas! lancang sekali Darel melakukan itu kepadanya bahkan ini di tempat umum memangnya siapa dia?!.
Lea mencoba berontak dari pelukan erat Darel, gadis tersebut memekik kencang sambil tak henti memukuli tangan kekar Darel yang melingkar posesif di tubuhnya.
oh ayolah Lea malu sekali menjadi pusat perhatian beberapa orang yang kebetulan berada di sana tengah melihat mereka dengan ekspresi wajah berbeda-beda.
"Idiot sialan lepaskan aku!" pekiknya lagi namun sama sekali tak di gubris oleh Darel.
Menyerah Lea memilih untuk diam membiarkan Darel menaruh kepala di bahunya, itu cukup membuat wajah gadis itu memerah entah marah, malu, atau tersipu dengan perlakuan tak terduga dari Darel.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM ONLY HUMAN
BeletrieTerlahir dalam sebuah hubungan tanpa tanggung jawab, mementingkah sebuah ego demi kepuasan semata lantas mengenyampingkan perasaan yang kadang dengan jelas memberontak minta di perhatikan. Mereka yang saat itu masih belia di paksa untuk dewasa oleh...