Pagi yang indah, matahari di upuk timur masih malu malu bersembunyi di balik gumpalan awan putih.
Kicauan burung terdengar sangat nyaring saling bersahutan, bagaikan lulaby penenang setiap insan.beberapa orang sudah mulai beraktivitas, banyak Anak anak sekolah menengah sudah rapih dengan balutan seragam sekolahnya. juga mantel tebal yang menutupi tubuh para remaja tersebut untuk melindungi mereka dari hawa dingin yang berasal dari tumpukan salju di sekitar nya.
Musim dingin memang belum berakhir membuat beberapa orang seringkali malas untuk sekedar keluar rumah, begitupun dengan Shagaf pemuda dengan rambut hitam kelam tersebut malah asik duduk di pinggir balkon ditemani secangkir kopi.
menyesap nikotin nya perlahan, Shagaf menelisik kesekitarnya yang sudah mulai terlihat sibuk.
Kedua tangan nya di lipat di depan dada kala sebatang nikotin tersebut habis dan padam setelah diremas, menghasilkan ruam biru yang hampir melepuh di telapak tangan nya.Shagaf sudah terbiasa dengan semuanya, tangan nya seolah kebas tak lagi merasakan kesakitan.
walau mata kepalanya dengan jelas menatap setitik darah yang perlahan merembes keluar menodai telapak tangan nya.Senyum nya mengembang, terlihat sinis dan picik. tak ada yang tahu apa yang sebenarnya sedang ia fikirkan.
Hingga sebuah ketukan di pintu berhasil mengalihkan atensinya.Shagaf buru buru merubah raut wajahnya menjadi lebih tenang, telapak tangan nya yang berdarah itu ia biarkan hingga nantinya mengering dengan sendirinya.
Tersenyum lebar kali ini terlihat lebih tulus dari sebelum nya, Shagaf berdiri menarik pelan tangan kurus seorang wanita paruh baya untuk di bawanya duduk di pinggir kasur.
"Morning Mom..." Sapa nya lantas mencium pipi wanita tersebut dengan lembut.
"Morning Son, sudah bangun? kukira kau masih terlelap"
Shagaf terkekeh pelan, ia menganggukan kepalanya sekali merasa malu karena sering ketahuan tidur tak ingat waktu untuk bangun.
"Ya... Aku hanya merasa sedikit pusing jadi bangun lebih awal" Bohong nya.
Melihat raut wajah Khawatir sang ibu Shagaf seketika merasa bersalah, ia salah berbicara dan malah membuat ibu nya panik.
"Kau Sakit Nak? kenapa tidak tidur dan istirahat saja?"
"Errr Shagaf tak apa apa Mom, hanya sedikit pusing tak perlu cemas begitu" jelasnya.
Sebuah pukulan mendarat dengan mulus di kepalanya, cukup keras hingga membuatnya sedikit meringis.
Aneh bukan? luka kecil begitu berhasil membuatnya meringis, tapi dengan tangan nya yang berdarah Shagaf malah tersenyum seperti orang bodoh. tak mungkinkan kalau dirinya seorang Masokis?."Kau ini suruh siapa mabuk mabukan hmm? rasakan efek nya kau sekarang jadi pusing beginikan?"
"Come on Mom aku masih muda wajarkan untuk bersenang senang?"
"Terserah kau saja"
Setelah itu Hening di antara mereka, keduanya sama sama terdiam dengan fikiran berkecamuk di kepala.
Shagaf menundukan kepalanya, matanya terasa memburam oleh sesuatu berupa cairan bening yang mungkin sebentar lagi akan menetes jika saja ia tak cepat cepat mendongak.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM ONLY HUMAN
Ficción GeneralTerlahir dalam sebuah hubungan tanpa tanggung jawab, mementingkah sebuah ego demi kepuasan semata lantas mengenyampingkan perasaan yang kadang dengan jelas memberontak minta di perhatikan. Mereka yang saat itu masih belia di paksa untuk dewasa oleh...