Sore itu Darel dengan tas di punggunya berjalan dengan santai sambil bersiul ria di koridor kampus tempatnya menimba ilmu.
tangan kananya sibuk memutar mutar gantungan kuci sedangkan tangan kirinya dimasukan kedalam celana.
Cuaca hari ini tidak terlalu buruk, matahari berhasil menampakan dirinya seharian ini untuk menerangi bumi dengan cerita kelam di dalamnya.
Darel berhenti sejenak lantas memilih duduk di pagar pembatas koridor kampus. tangan nya bersidekap sedangkan matanya fokus menatap ke sebuah ruangan kelas yang masih terlihat sibuk oleh beberapa mahasiswa yang sedang menulis dan mendengarkan penjelasan dari Dosen.
Menguap, Darel merasakan sedikit kantuk karena bosan.
melihat jam yang sudah menunjukan pukul 18:23 waktu setempat, Darel mendengus kesal ia sudah duduk hampir lima belas menit di tengah dingin nya cuaca.
Matahari bahkan sudah hampir tenggelam sebelum di gantikan dengan Bulan yang terlihat samar di atas langit jingga.
sekarang ini Darel tengah berada di fakultas kedokteran, tepatnya di gudung ketiga lantai empat dekat dengan labolatorium dan ruangan penyiaran untuk mahasiswa Jurnalistik.
ngomong ngomong tentang jurnalistik, beberapa saat lalu Darel sedikit tertarik untuk menyambangi ilmu kepenulisan dan penyiaran tersebut tapi sayangnya harus urung mengingat satu jurusan saja sudah berhasil membuat otaknya berputar tujuh keliling, sedikit tak mampu jika harus memaksakan diri untuk membuat otaknya bekerja lebih keras lagi.
mungkin saat akan mengambil jurusan s2 nanti barulah ia akan menimba ilmu kepenulisan tersebut.
itupun jika ia sudah tak kepalang malas.Berdecak kesal, teman yang sendari tadi ia tunggu mengiriminya sebuah pesan jika ia akan pulang sedikit terlambat, Darel melongokan kepalanya kedalam kelas tersebut dan mendapati sang teman yang juga melihatnya sambil tersenyum lebar sampai sampai giginya terlihat.
Memberikan Deadglare nya Darel berlalu dari sana.
"Si Samuel brengsek itu!" gerutunya.
kaki jenjangnya dengan random melangkah sampai ke sebuah lapangan Basket indor.
melempar tas nya asal ke tribun, Darel melepaskan mantel tebal yang sendari tadi membungkus badan nya tersebut.
kaki jenjangnya berlari kecil mengambil sebuah bola Basket yang tersimpan rapi di dalam keranjang.
perlahan Darel memulai memanikan benda bulat tersebut, beberapa kali berlari sambil mendrible nya lantas melemparnya kesebuah ring dan berhasil mencetak Tripoint.
Rambut Caramelnya mulai lepek dan basah karena keringat setelah beberapa menit ia bermain, berniat untuk menyudahi permainanya tersebut Darel mencoba memasukan kembali bola basket ke dalam ring untuk yang terakhir.
namun sayangnya lemparannya meleset jauh, bola tersebut beberapa kali memantul di kursi kursi tribun.
Darel tak peduli dan hendak mengambil tas nya, namun sebuah langkah kaki dengan suara gaduh bola yang di pantulkan ke lantai berhasil mengambil alih atensinya.
Netra kelabunya menangkap tubuh seorang pria yang tingginya mungkin tak jauh beda dengan dirinya tengah mendrible bola dengan lihai.
Tertarik, Darel mendudukan diri di kursi tribun sambil terus memperhatikan.
sedangkan orang yang merasa di perhatikan tersebut menoleh sedikit tersenyum tipis dan Darel yang melihatnya ikut tersenyum.
Setelah bola Basket tersebut masuk kedalam ring, Darel bertepuk tangan sedangkan orang tadi membungkuk sebagai ucapan terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
IM ONLY HUMAN
Ficción GeneralTerlahir dalam sebuah hubungan tanpa tanggung jawab, mementingkah sebuah ego demi kepuasan semata lantas mengenyampingkan perasaan yang kadang dengan jelas memberontak minta di perhatikan. Mereka yang saat itu masih belia di paksa untuk dewasa oleh...