💫Balapan di Mulai💫

503 58 36
                                    

~Dunia sudah memberi pertanda. Namun, jika takdir masih berkata demikian. Menghindar pun rasanya aku tak sanggup~

 Menghindar pun rasanya aku tak sanggup~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GAVIN PRADIPA MELVIANO

"Gavin!" panggilnya.

Ersya dan Gavin menoleh secara bersamaan. Ersya mengernyit heran saat tak mengenali siapa perempuan itu. Namun, berbeda dengan Gavin yang langsung berjalan mendekat ke arahnya.

"Sa-Sania? Lo ngapain disini?" tanya Gavin tak percaya.

"Gavin, aku mau minta sesuatu sama kamu," ucap Sania begitu serius. Membuat Gavin menjadi semakin bingung.

"Minta sesuatu? Apa?" tanya Gavin.

"Aku minta kamu jangan ikut balapan ya," ucap Sania. Membuat Gavin mengerutkan keningnya heran. Darimana Sania tahu bahwa Gavin akan ikut balapan? Dan, kenapa perempuan ini bisa sampai disini, hanya untuk meminta Gavin supaya tidak ikut balapan?

"Kenapa?" tanya Gavin datar.

"Please... kamu pulang aja ya, batalin balapan itu," ucap Sania memohon.

"Sorry San, gue gak bisa," balas Gavin apa adanya.

"Gavin please..." Sania masih memohon.

"Lo kenapa sih? Ada yang ganggu lo? Atau ada yang ancam lo? Bilang sama gue siapa?"

"Enggak, ini bukan soal aku. Ini soal keselamatan kamu," ucap Sania dengan mata yang berkaca-kaca.

Gavin semakin tak mengerti apa maksud gadis ini. Saat Gavin ingin menggenggam kedua tangan Sania untuk meyakinkan gadis itu, tiba-tiba saja Gavin di kejutkan dengan kedatangan Dipta dan beberapa anak buahnya.

"Woahh bagus," ucap Dipta seraya bertepuk tangan. "Ternyata bener, lo ada main sama lelaki berengsek ini," lanjut Dipta menatap Gavin tajam.

"Apa maksud lo?" tanya Gavin tak kalah tajam.

Tanpa menjawab, Dipta hendak menarik tangan Sania. Namun, Gavin tak kalah cepat. Dia menahan satu tangan Sania. Alhasil, posisi mereka saat ini adalah Dipta yang mencekal tangan kiri Sania dan Gavin mencekal tangan kanan Sania.

"Lepasin, jangan sentuh dia," peringat Gavin penuh ancaman.

Dipta tertawa samar. "Harusnya gue yang bilang gitu sama lo," balas Dipta.

"Lo ada hubungan apa sama Sania?" tanya Gavin seberusaha mungkin menahan ledakan emosinya. Sania yang saat ini berada diantara mereka berdua, hanya bisa diam dengan air mata yang sudah berderai. Rasanya begitu sangat sesak dan takut. Takut akan segala kemungkinan yang akan terjadi setelah ini.

"Seharusnya, gue yang nanya. Ada hubungan apa lo sama sepupu gue," sarkas Dipta.

Perlahan namun pasti, Gavin melepaskan cekalan tanganya pada Sania. "Sepupu?" gumam Gavin.

ERSYA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang