~Apa mungkin kamulah air itu, yang orang bilang bisa menghancurkan batu secara perlahan~
AKSA CELIO RAVINDRA
Sepeda motor Aksa berhenti tepat di parkiran sebuah kantor polisi. Ersya segera turun dan masuk untuk mencari Gavin. Disana terlihat ada beberapa anggota Madava yang tak lain adalah Zahri, Evan, Cakra dan Putra.
Gavin terlihat masih di introgasi oleh tim kepolisian disana. Ersya lantas menghampiri Gavin dan duduk disampingnya.
"Kak, kenapa bisa kayak gini sih?" ucap Ersya sangat cemas.
"Ini cuma sebagian dari permainan aja Sya," balasnya santai.
"Kak, please deh jangan becanda. Pokoknya lo tenang aja, gue bakalan cari cara buat bebasin lo dari sini," ujar Ersya.
"Kamu gak perlu repot-repot cari cara buat bebasin Gavin." Suara berat itu tiba-tiba saja menginterupsi seluruh ruangan disana. Semua mata tertuju pada si pemilik suara yang tak lain adalah Mahendra.
"Daddy," gumam Ersya.
Melihat sang Ayah yang baru saja datang, Gavin pun berdiri dari duduknya.
"Dad-"
Plak...
Satu tamparan mendarat keras di pipi kiri Gavin. Semua orang hanya bisa diam menyaksikan Mahen yang sepertinya sangat marah besar.
"Apa yang telah kamu perbuat itu sangat memalukan," geram Mahen penuh penekanan.
"Daddy sudah pernah bilang, jangan ikut-ikutan geng-geng berandalan seperti itu,"
"Tapi Dad, itu bukan cuma sekedar geng berandalan buat Gavin. Kita semua adalah saudara dan keluarga," bela Gavin.
"Cukup! Apa yang telah kamu perbuat, harus kamu pertanggung jawabkan," ucap Mahen.
Gavin hanya bisa menunduk, dia tak berani bahkan hanya untuk menatap mata Mahen.
"Sedikit pun Daddy tidak akan membantu kamu untuk keluar dari sini. Dan jangan harap kamu bisa kembali kerumah sebelum kamu menyadari kesalahan kamu dan keluar dari geng berandalan itu," ucap Mahen dengan tatapan tajam menatap Gavin. Setelah itu Mahen beralih berbicara dengan pihak kepolisian.
"Berikan anak saya hukuman sesuai ketentuan yang berlaku," ucap Mahen kepada polisi. Setelah itu dia berlalu hendak pergi meninggalkan kantor polisi.
"Dad tunggu Dad," panggil Ersya menghentikan langkah Mahen.
"Dad, tolong maafin kak Gavin. Jangan biarin kak Gavin ditahan disini Dad, Ersya mohon..." mohon Ersya dengan air mata yang sudah meluncur sedari tadi.
"Jangan memohon untuk kakak kamu itu, karena Daddy tidak akan menarik apa yang telah Daddy ucapkan," ucap Mahen.
"Tapi Dad-"
KAMU SEDANG MEMBACA
ERSYA [END]
Teen Fiction[FOLLOW ME] Berawal dari masa lalu yang memunculkan perselisihan dan dendam. Tentang perdebatan cinta hingga berujung pada kehilangan seseorang yang menumbuhkan segala kesalah pahaman. Ersya Pradipa Melviano seorang gadis yang ceria, konyol dan humb...