3

406 51 2
                                        

Happy reading!
Bila ada kesamaan tempat, dan nama saya mohon maaf, ini hanya cerita hasil dari pemikiran saya sendiri. Terima kasih.

  Alexsandria school, sekolah ternama dengan siswa-siswi yang orang tuanya berpenghasilan menengah sampai ke atas. Tak jarang siswa-siswi berpenghasilan ke bawah masuk ke sekolah ini, dengan bantuan beasiswa.

  Alexsa turun dari mobil sport kesayangannya, begitupun para bodigard yang mengawasinya.

Alexsa berjalan di koridor utama dengan santainya. Rok atas lutut berwarna hitam, baju dalaman putih, dasi yang terlihat longgar, dan almamater hitam dengan lambang sekolah di sebelah kanannya.

  Para siswa-siswi menatap takjub tampilan Alexsa yang begitu memukau. Separuh dari mereka kebingungan dan tak mengenal siapa Alexsa.

  "Di mana kelasku?" tanya Alexsa dingin kepada bodigard di sampingnya.

"11 MIPA 2, nona. Di sana sahabat-sahabat nona berada." Alexsa mengangguk lalu mempercepat langkahnya menuju kelas yang dimaksud.

"Anjir, itu alexsa kan?!"

"Alexsa siapa, sih?"

"Wih iya, itu alexsa gays!"

Sepanjang perjalanan menuju ke kelas, telinga Alexsa sudah dipenuhi dengan ocehan-ocehan siswa-siswi yang membicarakan dirinya. Hari ini wajahnya terlihat tak mood, dikarenakan kejadian semalam.

Flass on

  "Dari mana?" Alexsa menoleh ke sumber suara, terlihat pria dengan tatapan elang khas miliknya. Alexsa meringis pelan melihat wajah ayahnya.

  Semenjak mendapat kabar dari Jonson bahwa putrinya pergi jalan-jalan, hati dan pikiran William tak bisa tenang. Ia memilih kembali ke tanah air dengan pesawat pribadi milik Alexsander air'lens.

Alexsa menundukkan kepalanya saat ayahnya berjalan mendekatinya. Alexsa berdoa semoga saja ayahnya tak begitu marah.

"Dari mana?" Pertanyaan itu terulang dengan nada yang berbeda, kali ini nadanya sedikit ditekan.

Alexsa menelan ludahnya susah payah, lalu mendongkak menatap mata kecoklatan yang menatapnya begitu tajam.

  "Jalan-jalan, yah." Alexsa menjawab dengan jujur.

"Siapa yang mengizinkanmu pergi sendiri?" Alexsa kembali menunduk.

"Ayah, ke sini naik apa?" Alexsa berusaha mengahlikan pembicaraan. William memberikan tatapan mematikan yang mampu membuat kaki putrinya terasa jelly.

"Maaf, yah." Alexsa menyerah, sepintar apapun ia mencari alasan, seorang William tak akan mudah percaya.

Terdengar hembusan nafas kasar dari William. Dengan satu kali hentakan tubuh Alexsa berada dalam pelukan hangat ayahnya. Alexsa tersenyum di balik dada bidang ayahnya, elusan kepala yang mampu membuat Alexsa begitu nyaman dipelukan ayahnya.

"Jangan seperti ini, ayah khawatir princess," ucap William terdengar lirih. Alexsa mengangguk dalam diam, ia tahu seberapa besar rasa sayang ayahnya.

"Ayah, princess ayah udah gede. Bahkan bisa bunuh orang, ngga usah khawatir." Alexsa melepaskan pelukan ayahnya lalu memberikan kecupan hangat di pipi ayahnya. William kembali menghela nafas, ia menatap sendu manik mata milik Alexsa.

"Ayah, sayang princess. Cuma princess satu-satunya hal berharga yang ayah punya, sayang. Jangan buat ayah ngerasain kehilangan untuk kedua kalinya." Mata Alexsa berembun mendengar ucapan tulus ayahnya. Ia kembali memeluk tubuh kekar ayahnya dengan begitu erat.

MAFIA GIRL ||ALEXSANDRIA||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang