9

262 36 1
                                        

Catatan: kalau ada typo bilang yah.

SMA Alexsandria school nampak sepi, setelah kejadian aksi tembak menembak kemarin. Kepala sekolah memutuskan untuk meliburkan selama 2 hari untuk menghilangkan trauma guru maupun murid-muridnya.

Informasi tentang hilangnya Bulan tersebar luas dan sampai ke telinga Ayu ibunya. Rasa khawatir yang tinggi dan stres yang berlebihan karena tak kunjung menemukan putrinya membuat kesehatan wanita paruh baya itu menurun drastis membuatnya harus menjalankan perawatan intensif di rumah sakit.

Tak sampai di situ, Alexsa, Jessica, dan Amanda hampir gila mencari tau keberadaan gadis itu. Alexsa akui dalang dibalik penculikan dan peneror ran sekolah kemarin adalah satu oknum yang bekerja sama.

Usaha selalu mereka lakukan demi mencari keberadaan gadis cengeng itu. Bahkan detektif terpercaya keluarga Alexsander pun belum mampu menemukan titik terang masalah ini.

********

"Hiks... Hiks..." Jessica menatap datar Amanda yang telah menghabiskan 2 kotak tisu, lihatlah kamar gadis itu telah berubah menjadi kapal pecah.

"Udah Man, capek gue lihat lu nangis." ucap Alexsa memijat pangkal hidungnya. Alexsa sudah menyerah membujuk gadis bar-bar itu, semenjak kemarin Amanda hanya menangis dan menangis.

Amanda yang tengah menangis tergu-gu menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Alexsa.

"Ng-gak bi-sa Ca. Hiks... Bawaannya pengen nangis." ucapnya kembali menarik beberapa lembar tisu dari tempatnya.

Jessica memutar bola matanya malas, kemudian berkata, "cih, lebay."

Ucapan Jessica yang tak terlalu keras mampu membuat Amanda tertohok. Ia menatap garang ke arah Jessica lalu membuangkan sekotak tisu tepat di kepala Jessica.

"Heh! Ngomong apa lo barusan! lo ngga tahu, hiks... Rasanya jadi gue." Amanda kembali menangis tersendu-sendu dengan cairan berbentuk angka sebelas yang keluar dari hidungnya.

Jessica meringis pelan kemudian menatap jenuh ke arah Amanda. "Lo nangis sampai 4 tahun ke depan nggak akan buat Bulan langsung muncul di hadapan lo. Punya otak ngga dipake." ucapnya tak tertahan. Amanda kembali ingin mengajukan protes tetapi dering ponsel Alexsa menghentikannya.

"Ada perkembangan?" Tanpa ba-bi-bu Alexsa langsung bertanya setelah menggeser tombol berwarna hijau.

"Ada nona. Kami menemukan letak keberadaan nona Bulan. Semoga kali ini tak salah." Alexsa mengangguk mengerti ia juga berharap begitu.

"Sherlock, biar gue yang ke sana ngga usah bawah pasukan. Mungkin orang itu cuma mau gue." ucap Alexsa terdengar serius.

"Baiklah nona, tempat telah kami kirim kepada nona. Saya harap nona jangan sendirian, sepertinya musuh di sana tak sedikit." Alexsa terkekeh, ucapan detektif ayahnya seolah meremehkan dirinya.

"Berisik, tak usah beritahu ayahku. Jika tidak, kepalamu menjadi koleksi tambahan ku." Setelah mengatakan hal itu Alexsa mematikan telepon secara sepihak, ia yakin detektif ayahnya itu tengah ketakutan di sana.

Alexsa menatap kedua sahabatnya dengan wajah yang terlihat begitu bersemangat, membuat Jessica dan Amanda yang telah berhenti menangis menjadi heran.

"Lokasi Bulan udah diketahui, semoga tempat kali ini benar. Kita ke sana, kalau lo mau ikut bilang, kalau nggak lanjutin aja tangisan lo." ucap Alexsa pada Amanda.

Mendengar ucapan Alexsa, Jessica tersenyum tipis. Ia bangkit dan langsung menyambar kunci motor miliknya kemudian berjalan santai keluar kamar Amanda, diikuti Alexsa.

MAFIA GIRL ||ALEXSANDRIA||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang