11

310 36 8
                                        


Halo, muncul lagi nih.
Lama ngga nulis karna sibuk pendidikan. Untuk kalian yg mau baca crta aku, makasih banget!❤️

Bantu vote yah, kalau nggak mau komen ngga papa.

See youu.

Lanjuttt.

********

Alexsa melangkah perlahan memasuki sebuah ruangan yang ia yakini tempat Bulan berada. Gadis itu terlihat begitu hati-hati, ia tak peduli dengan Dehan yang berada tepat di belakangnya.

Persoalan cowok itu, Alexsa no komen, ia tak banyak bertanya. Ia bukan Amanda yang mempunyai kekepoan tingkat tinggi.

"Pelan-pelan, lo ngga tau apa yang ada di depan sana." Alexsa berdecak pelan, ia merasa direndahkan.

"Diam! Gue nggak nyuruh lo ngikutin gue." balas Alexsa sinis. Dehan mengangkat bahunya acuh, dan terus berjalan di belakang gadis cantik itu.

"Udah jam berapa ini? Ayah pasti khawatir." Batin Alexsa menatap khawatir jam tangannya.

"TUNDUK!"

Dor!

******

Dor!

Dor!

Dor!

"Shit!" Jessica bersembunyi di belakang sofa lapuk bersama Amanda.

Nafas keduanya terlihat tak beraturan, Jessica menggigit bibir bahwanya untuk menetralisir rasa sakit pada bahunya.

"Jess, kita keluar aja yah. Luka lo parah." ucap Amanda menatap nanar bahu yang mengeluarkan cairan merah begitu banyak.

Wajah Jessica pun, nampak pucat karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Jessica memang mengidap penyakit anemia, karena keseringan begadang dan lupa makan.

Jessica juga phobia terhadap darah, tetapi bukan sembarang darah. Gadis itu hanya akan takut kepada darahnya sendiri.

Jessica tersenyum tipis, melihat Amanda yang nampak begitu khawatir. Ini memang sakit, benar-benar sakit!

"G-gue, ngga pa-pa Man. Shit, sakit dikit doang." ucapnya terkekeh pelan. Penglihatannya mulai mengabur, rasa sakit di kepalanya cukup terasa.

"Tahan Jess! Lo anaknya papa Jonson. Jangan lemah, plis.. bertahan." Batinnya berusaha tetap sadar. Jessica menoleh ke arah Amanda, dimana gadis itu sibuk menembaki musuh yang banyak jumlahnya. Mereka seperti dikepung, Jessica berusaha tak melihat darah yang mengalir di bahunya, ia memejamkan matanya menahan rasa sakit yang makin menjadi-jadi.

"Jess, lo lari ke lorong sana." ucap Amanda menunjuk sebuah lorong gelap bahkan sangat gelap. Jessica dengan kesadaran yang hampir habis berusaha melihat ke arah itu.

Kepalanya semakin sakit, ia bingung apa maksud Amanda.

"Un-tuk a-apa?" tanyanya dengan nafas yang tak beraturan.

"Lari aja Jess! Setidaknya cari tempat aman dulu. gue bakal ahli kan perhatian mereka, kalau udah ketemu tempat aman, panggil bala bantuan." ucap Amanda mengintruksi, seolah tak peduli kepada nyawanya sendiri.

"T-tapi, Man," ucapan Jessica terpotong oleh Amanda.

"Udah Jess, nggak usah tapi-tapi! Nyawa lo lebih penting! Jangan lupa hubungi bantuan!" setelah mengatakan itu Amanda berlari ke arah lain, diikuti para musuh dan suara tembakan.

Jessica menunduk saat melihat pria-pria berbadan besar itu mengejar Amanda. Mata Jessica menatap khawatir kepergian Amanda yang berjuang demi dirinya, gadis itu memejamkan matanya sejenak kemudian kembali membukanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAFIA GIRL ||ALEXSANDRIA||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang