Catatan: kalau ada kesalahan atau typo komen yah.
Salah nggak sih, ngemis vote?
Okee lanjut.
********
"Jess, lo nunggu Amanda di sini. Biar gue yang cari Bulan di dalam. Nanti kalau Amanda udah datang, tugas kalian ahli kan perhatian penjaga lain." jelas Alexsa yang dibalas anggukan.
Alexsa menepuk pundak Jessica kemudian berjalan pelan memasuki rumah tua tersebut. Sementara Jessica nampak memperhatikan sekitar, ia berdecak pelan ketika Amanda baru datang.
"Lambat." Amanda tak menghiraukan sindiran Jessica, ia menatap sekeliling suasana memang sangat sepi.
"Eca,--" ucapnya terjeda
"mana?" lanjutnya.
"Udah masuk lebih dulu. Tugas kita ahli kan pandangan penjaga." terang Jessica membuat Amanda mengangguk mengerti. Mereka mulai melangkah dengan hati-hati.
Keduanya nampak saling menjaga dan memperhatikan sekitar, nampak sepi mungkin, penjaga lain sedang beristirahat.
********
"Hoam... Ngantuk gue bang." ucap seorang penjaga kepada teman disampingnya.
"Iya nih, gue juga. Tapi bos besar suruh kita jaga di sini." jawab temannya.
"Bikin kopi dulu deh. Mau nggak?" usulnya, dibalas anggukan kepala. Penjaga yang satu itu pergi ke arah dapur yang tempatnya cukup jauh dari ruangan yang mereka jaga.
Alexsa sedari tadi memperhatikan interaksi keduanya, gadis manis itu telah menumbangkan para penjaga dari jalan masuk. Itulah mengapa Amanda maupun Jessica belum menemukan mereka.
Alexsa berjalan mendekati penjaga yang nampak ngantuk berat itu. Dengan perlahan tapi pasti. Saat tepat berada di belakang pria itu Alexsa tersenyum iblis, ia membungkukkan badannya lalu berbisik tepat di telinga pria itu.
"Ngantuk bang?" bisiknya dengan suara serak. Pria itu terkejut, dan langsung berdiri.
Tapi sayang, kecepatannya tak mampu mengalahkan kecepatan tangan gadis manis itu. Sebuah pisau tajam tertancap di belakang kepalanya, pria itu nampak begitu kesakitan. Darah mengalir deras, saat ingin berteriak Alexsa lebih dulu memutar leher pria itu dan mematahkan tulang lehernya.
Bunyi patahan tulang, juga jeritan kesakitan saling bersahutan, hingga berakhir hembusan nafas untuk terakhir kalinya, atau yang lebih jelasnya, mati tak bernyawa.
Alexsa menatap mayat di depannya tanpa belas kasihan. Ia menarik kaki pria itu membawanya bersembunyi di tempat aman, setidaknya jaga-jaga.
Alexsa kembali bersembunyi, ia menunggu penjaga yang satunya. Ini adalah kebiasaan Alexsa, jika sudah membunuh 1 kali, gadis itu akan semakin tertarik untuk melanjutkannya. Bisa dibilang kecanduan ilegal.
"Lah, Kemana dia? Perasaan tadi ada di sini." Alexsa kembali tersenyum miring, saat objeknya telah datang dengan dua gelas kopi panas di tangannya.
Pria itu kembali duduk di tempatnya, setelah meletakkan kedua gelas di meja yang berada di sampingnya.
Mata pria itu membulat ketika melihat darah segar yang berada di lantai. Saat ingin berdiri, pria itu merasakan sesuatu di jidatnya.
Alexsa berdiri tepat di depan pria itu, dengan pistol yang ditodongkan di jidat pria itu. Ketakutan terlihat jelas di mata pria itu.
"Ada kata-kata terakhir?" tanya Alexsa.
Dengan susah payah pria itu menelan paksa ludahnya. Tangannya yang nampak bergetar mencoba mengambil senjata di saku jaketnya. Alexsa yang mengetahui hal itu tersenyum miring.
"Kau mencari apa?" tanyanya.
"Benda ini?" sambungnya, lalu memperlihatkan senjata milik pria itu yang berada di tangannya. Lagi-lagi pria itu terkejut, bagaimana bisa?!
Alexsa terkekeh pelan melihat ekspresi calon mayat di hadapannya itu. Yah, menurut Alexsa dia adalah calon mayat.
"Ucapkan, good b--" ucapan Alexsa terpotong saat seseorang mendorongnya ke samping, bersamaan dengan bunyi tembakan.
Dor!
"Shit..! Sial, siapa kau?!" tanya Alexsa.
Lelaki bertopeng di hadapannya tak menjawab, lelaki itu menarik paksa tangan Alexsa saat serangan kembali mereka dapatkan. Sementara pria yang tadi telah melarikan diri.
Dor!
Dor!
Dor!
Alexsa maupun laki-laki itu terus menembak gerombolan pria yang mereka yakini anak buah dari dalang penculikan ini.
Setelah aksi tembak menembak yang berakhir kemenangan untuk Alexsa dan laki-laki itu, Alexsa langsung menodongkan pistol di kepalanya.
"Siapa kau? Dan kenapa menolongku?" tanyanya Dingin. Laki-laki bertopeng itu terdiam sebentar, kemudian menyingkirkan pistol Alexsa dari kepalanya tanpa rasa takut.
"He--" ucapan Alexsa terpotong setelah mendengar ucapan dingin dari laki-laki itu.
"Setidaknya berterima kasih terlebih dahulu. Tak tahu balas budi?" Mulut Alexsa terbuka, ia terkejut berani sekali laki-laki ini!
"Ka--" lagi dan lagi ucapan Alexsa terpotong ketika melihat lelaki itu membuka topengnya.
Mata elang yang menatapnya tajam, alis dan bulu mata yang melenting, hidung yang begitu mancung, dan rahang yang terbentuk rapi nampak begitu tampan.
Tapi, tunggu! Alexsa sepertinya pernah melihat pria ini. Tapi dimana?
Mata Alexsa membulat mengetahui siapa pria di hadapannya.
"Dehan!"
Bay! >..<
30 Maret, 2021.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA GIRL ||ALEXSANDRIA||
De Todo"mati memang di tangan Tuhan, tapi kalau gue bantu mempercepat ngga pa-pa kan?" _Alexsandria_ ******* Ini kisah tentang gadis berusia 17 tahun yang terlahir dari keluarga pembunuh, membuat dirinya menjadi pribadi yang sama. Di umur yang masih rem...