Maaf tulisan ini masih banyak kesalahan.
"Astagfirullah, Eca!" Amanda berteriak heboh saat melihat keadaan Alexsa yang setengah basah, serta cairan kuning yang berhamburan di kemeja putihnya, untung saja almamater milik Jessica telah menutupi bagian dadanya.
Bulan yang tengah fokus dengan soal-soal di tangannya, menoleh ke arah pintu. Mata bulat itu melotot, ia segera berjalan ke arah Alexsa dengan Amanda yang berada di belakangnya.
"Eca, kenapa?" Bulan bertanya dengan nada yang sangat lembut. Alexsa ingin membentak, tetapi melihat wajah Bulan yang begitu khawatir membuatnya tak tega.
"Ngga pa-pa, Lan. Ini noda jus jeruk doang." jawabnya jujur tak mampu menghilangkan kehawatiran gadis lugu itu.
Bulan yang nampak tak yakin, memeriksa anggota tubuh Alexsa, sementara Amanda dan Jessica hanya menonton saja.
Dapat! Mata bulat itu menatap nanar pipi putih yang nampak memerah. Dengan pelan Bulan menyentuhnya, tapi tak membuat Alexsa menimbulkan reaksi apapun.
"I-ni, sa-kit?" Alexsa terkekeh pelan saat melihat wajah Bulan yang siap menangis. Mengapa gadis itu begitu cengeng? Yang ditampar dirinya, mengapa bulan yang menangis?
Tangan Alexsa ter ulur mencubit gemas pipi sebelah kanan milik Bulan, membuat gadis kelahiran Jawa barat itu meringis pelan.
"Kok Bulan dicubit sih!" ucapnya dengan wajah ditekuk, Alexsa dan Jessica tersenyum tipis. Sifat dari Bulan lah yang menjadi pelengkap persahabatan mereka.
"Lagian, lo banyak nanya. Udah gue bilang ketumpahan jus juga, masih aja mau nangis." ucap Alexsa kemudian duduk di bangku miliknya diikuti ketiga sahabatnya.
"Yakin, ngga mau ganti baju?" Alexsa menggeleng mendengar pertanyaan Jessica.
"Ga, nanti kering sendiri." ucapnya dengan malas. Alexsa menyandarkan punggungnya di bangku, ia menaikkan kakinya di atas meja, lalu memejamkan matanya dengan tangan yang masih berada di dada.
"Ganti aja Ca, noda kuningnya terlalu banyak. Muka lo nanti gatel tuh," Amanda memberi nasehat, diangguki oleh Bulan dan Jessica.
Alexsa membuka sebelah matanya, ia menghembuskan nafas pelan lalu menyodorkan tangannya ke hadapan mereka.
Kening Amanda berkerut. "Apa?" tanyanya.
"Baju ganti, gue ngga bawah." Amanda mengangguk pelan ia mengambil baju ganti yang selalu ia bawah.
"Nih," ucapnya menyodorkan kemeja putih di tangan Alexsa. Alexsa menerimanya dengan baik, kemudian beranjak meninggalkan kelas.
"Mau ditemenin ngga?" tawar Amanda, Alexsa menoleh dan menggeleng kemudian kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
Para siswi-siswi berbisik ketika melihat Alexsa. Mungkin kejadian tadi membuat nama Alexsa semakin naik daun. Alexsa tak peduli, ia terus berjalan menuju toilet putri.
"Dia cukup berbahaya bos, ahh ralat bahkan sangat berbahaya. Sepertinya menculiknya bukan hal yang mudah." Kaki jenjang itu berhenti, Alexsa terdiam ia menoleh ke arah samping kiri dan kanan mencari sumber suara.
Alexsa berjalan ke arah toilet putra, yang kebetulan bersampingan dengan tempat tujuannya. Dengan perlahan ia menempelkan telinganya tepat di daun pintu kamar mandi.
"Aku tidak peduli bodoh! Tangkap saja pewaris kekayaan Alexsander itu. Jangan gegabah, dia punya sahabat yang bisa digunakan." Kening tebal itu berkerut heran, ia tak salah dengar? Marga keluarganya baru saja disebut, apa itu artinya dirinya yang sedang dibahas.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAFIA GIRL ||ALEXSANDRIA||
Aléatoire"mati memang di tangan Tuhan, tapi kalau gue bantu mempercepat ngga pa-pa kan?" _Alexsandria_ ******* Ini kisah tentang gadis berusia 17 tahun yang terlahir dari keluarga pembunuh, membuat dirinya menjadi pribadi yang sama. Di umur yang masih rem...