Awan mendung menyambut Ana sesampainya di sekolah, dengan cardigan abu-abu berbahan wol melingkupi badannya agar tetap hangat kalau-kalau cuaca hari ini tidak bersahabat.
Sudah tiga hari berlalu sejak Ana menaruh surat pertamanya untuk Asta, belum dia lihat respon apapun dari Asta. Saat berpapasan dengan Ana, Asta bahkan tidak melirik sedikitpun. Tidak sama sekali.
"Apa jangan-jangan suratnya dia buang? Sumpah jahat banget sih kalo dia buang, gue kan nulisnya pake hati. Ish. Atau... gue kirim lagi kalik ya, biar dia notice?"
Tapi, kan, bukannya malah bagus dia nggak tau kalo itu surat gue yang kirim? Secara gue belagak misterius pake inisial segala.
Sepanjang jalan menuju kelas, Ana sibuk bergumam sendiri dan menyeret langkah kakinya. Memikirkan bahwa suratnya kemungkinan dibuang membuatnya kesal.
"DOR!!" Ana terlonjak kaget saat seseorang -yang nggak lain adalah Nala, mengejutkannya.
Nala terbahak sangat puas melihat ekspresi Ana yang kesal karena dia jahili. "Sialan lo, La. Gue kirain setan, tau gak."
"Haduh, sampe kram perut gue ketawa. Huuuh..." Nala mencoba menormalkan napasnya yang tersendat seusai tertawa, sebelum melanjutkan bicaranya.
"Ya lagian, lo ngapain jalan sampe ke kelas gue gini? Kelas lo tuh kelewat, sibuk ngomong sendiri sih pagi-pagi."
Ana celingak-celinguk melihat sekitarnya, lalu tertawa kecil. "Lah iya, kelas gue kan di sana yak. Yaudah deh, La, gue ke kelas dulu ya. Dah."
"EHHHH, NA. Bentar dulu."
Ana menoleh. "Ngapa lagi sih, Nala?"
"Pas hari apa tuh kemarenan, gue lihat lo di depan loker kelas tetangga gue -IPS 1. Lo mau ngapain?"
Mampuslah kau, Ana.
💌💌💌
Bel berbunyi dua kali. Pertanda waktu istirahat sudah tiba. Ezra menghela napas lega, guru ekonominya tiba-tiba mengadakan ulangan harian tanpa aba-aba. Entah itu di grup kelas, maupun melalui ketua kelasnya yang gak lain adalah sepupunya -Asta a.k.a Haidar.
Baru juga masuk sekolah, buset deh. Udah di bikin mumet aje nih kepala.
"Sholat dhuha gak lo?" Ezra mengelus dadanya terkejut akan suara berat Asta di samping kupingnya secara tiba-tiba.
"Asta... Asta, lo gak bisa ya salam dulu, samlekum gitu sebelom ngomong. Hobi banget lo tiba-tiba nongol kaya setan, bikin orang jantungan."
Reaksi Asta cuma mengedikkan bahunya kayak 'Mana gue tau, kan gue gak mau tau.'
"Nggak, gue gak sholat. Pass dulu."
"Sekarang bisa di lihat siapa yang kaya setan, diajak ibadah kaga mau. Giliran diajak maksiat langsung hayok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Letter
Novela Juvenil[Song Series 0.1] 'Worrying all night about my bad handwriting, which is about as bad as how I express my feelings. I try to sincerely express myself but I can't get it out. I try to wrap my head around this all night but I can't deliver my feelings...