∙۟ᱹ۫↻
ᨳ᭬°𖥕𖠗∙۟ᱹ۫↻
Vino yang sedang bermain ponsel teralihkan perhatiannya tatkala mendengar derap langkah kaki yang mendekat. Kepala itu bergerak, dahinya mengerut mendapati sang kakak laki-laki yang terlihat–err.. Rapi?
"Abang mau kemana? Main sama bang Yovan, bang Theo sama bang Dimas? Tapi kok gak kayak gembel?" Ucapnya meluncur begitu saja. Tatapan heran menguasai sorot matanya.
Rivan mendelik, ia menyisir rambutnya yang sedikit basah dengan jari-jari tangan. "Mau mulai ngejalani simulasi supaya pantas."
Jangan bertanya bagaimana reaksi Vino mendengar jawaban sang abang. Jelas anak itu kebingungan sekarang. Dia tidak mengerti. Vino mengedikkan bahunya tak peduli.
"Ga ngerti adek, bang."
"Gausah ngertiin makanya, abang gak minta juga."
Vino merengut. Nada bicara abangnya terdengar menyebalkan di telinganya. "Yaudah sih. Eh tapi, adek mau nitip dong! Donat satu kotak ya!"
Tak ingin menciptakan perdebatan perihal sekotak donat, Rivan berdehem menyetujui permintaan sang adik. Ia lantas mengambil kunci mobil yang digantung. Menoleh kearah sang adik sekilas sebelum akhirnya melangkah pergi dari sana.
Rivan pergi ke garasi berniat menghidupkan mesin mobil nya, di ambang pintu rumah ia bertemu dengan si sulung yang menenteng tasnya. Sang kakak terlihat berada diujung rasa lelahnya, langkahnya saja gontai. Seperti tidak ada tanda-tanda semangat hidup.
Saat mereka berpapasan, tangan Teduh langsung bertengger dibahu sang adik. "Mau keluar, 'kan? Titip boba yang kayak biasanya. Sekali-kali berbakti kepada kakaknya, oke? Oke!"
Setelah mengatakan sederet kalimat tersebut, Teduh berangsur masuk ke dalam rumah sembari berteriak memanggil Vino.
Rivan menghirup nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Tak ambil pusing, pemuda itu bergegas membawa tungkainya menuju garasi. Menghidupkan mesin mobilnya, ia berkaca sebentar sebelum akhirnya menjalankan kendaraan roda empat itu keluar gerbang.
ᨳ᭬°𖥕𖠗∙۟ᱹ۫↻
Berdiri di depan pintu rumah yang telah ia kunjungi kemarin hari, tangan Rivan terulur ke hadapan untuk menekan bel. Mama Lisa memberitahukan itu kepadanya semalam.
Ting tong!
Rivan telah menghubungi Michio di perjalanan tadi bahwa ia sudah dekat dengan tempat tujuannya. Berharap yang muncul dibalik pintu adalah orang yang dia tunggu, namun kenyataan kini mampir. Membangunkan Rivan dari haluannya.
Cklek..
"Maaf pak, ga pesan paket."
Blam!
Nyatanya sosok yang menyambut kedatangan nya adalah si bungsu. Memperlihatkan kepalanya dari balik pintu, ekspresi pemuda itu seakan menolak kehadirannya. Kemudian menutup pintu setelah berujar demikian.
Tak sampai satu menit, pintu terbuka kembali beriringan dengan melengkungnya sudut bibir Rivan. Michio menampakkan wujudnya seraya melambaikan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubblegum √
FanficCOMPLETED! › Lokal name - Boyslove! › Mashikyu! was #1 on junshiho was #1 on takatamashiho was #3 on junshiho