⌕. Satu

2.6K 312 46
                                    

∙۟ᱹ۫↻

Teyo
Anjir pan lo dimana?!
Buru masuk, si bapak blom ade nih

Rivan
bacot lo

Teyo

Heh monyet! gue ingetin juga

Rivan
belakang gue
beli cemilan harian dulu

Teyo
Rokok maksud lo?
Cemilan lo rada rada nih ler
Eh titip satu kalo gitu, lo bayarin ya hehe

Rivan
panda..
iye gue beliin tapi ceng cengan biasa ye

Teyo
NAH INI YANG AKU SUKA!
Tenang aja, aman
Makasih btw pan, ntar gue cari alasan lo telat gegara apa

Rivan
hooh sama-sama
sip, gue otw dah

-

Sebut saja namanya Rivan.

Lelaki jangkung kelas 12 dari Shifield, singkatan SMA Hidlefield.

Ia berjalan diatas trotoar sambil membuka satu bungkus rokok dan mengeluarkan satu batang. Langkahnya berhenti guna memasukkan barang itu ke dalam tempat khusus jas hujan tas hitamnya kemudian mengeluarkan korek api gas dari dalam sana.

Menghidupkan pemantik api lalu mendekatkan pada barang silinder itu hingga menyala dan mulai membara.

Hendak menyelipkan gulungan tembakau cacah diantara belah bibir, pergelangan tangannya ditahan oleh seseorang membuat pergerakannya terhenti.

"Kata mama, merokok itu ga baik loh, kak."

Seketika pandangan Rivan mengarah pada sosok minimalis yang tiba-tiba ada di sampingnya.

Satu alisnya meninggi, tatapannya seakan bertanya kenapa lelaki pendek ini mendadak hadir.

"Terserah gue lah. Lo siapa lagian pake ngelarang segala," serunya ketus seraya menarik tangannya yang dipegang oleh orang asing.

Kepala itu menggeleng dengan tatapan layaknya anak kecil, ia berkata. "Ga penting aku siapa atau adanya hubungan kenal sama kakak tapi yang penting merokok itu ngga baik buat kesehatan."

"Nah makanya gak ada hubungan kenal gausah larang-larang." Rivan melirik lelaki itu dari bawah ke atas, ada rasa penasaran menguar dari dalam dirinya. "Anak SMP mana lo?"

"Aku?" Dia menunjuk dirinya sendiri.

Rivan memutar bola matanya malas. "Bukan, noh kucing," ujarnya menunjuk kucing yang kebetulan lewat kemudian berdecih begitu melihat lelaki itu mengangguk memperhatikan si kucing berjalan menjauh. "Iya lo, pake nanya lagi."

Yang lebih pendek terkekeh pelan.

"Aku sama kayak kakak kok, SMA."

Kening Rivan mengerut tak percaya. Lelaki di hadapannya berperawakan seperti anak smp kelas 8 menurutnya.

"Bohong lo?"

"Ih nggaaa! Aku ga bohong soalnya takut. Mama bilang bohong ga baik."

"Iya-iya aja gue mah."

Mengedikan bahu acuh, tangan Rivan yang memegang benda silinder itu kembali terangkat namun lelaki yang belum di ketahui namanya terlebih dulu mengalihkan perhatiannya.

"Kak ih jangan!"

Menatap tanpa minat wajah galak lelaki di sampingnya, mata Rivan terbelalak kaget ketika lelaki itu mengambil rokoknya dan ia buang ke dalam tempat sampah.

Baru saja mau melayangkan protes, si pendek duluan bersuara.

"Aku ganti pake punyaku aja ya, kak. Maaf aku buang rokoknya."

Ia merogoh saku tas orange miliknya dan mengeluarkan satu bungkus permen karet warna pink.

Membuka bungkus merah muda itu kemudian mengeluarkan isinya dan mengarahkannya ke hadapan mulut yang lebih tinggi.

"Daripada merokok lebih baik kakak kunyah permen karet ini, manis dan enak." ucapnya seraya tersenyum. "Ayo kak aaa.."

Seolah tersihir, Rivan membuka mulutnya menerima suapan permen karet dari orang itu.

"Gimana? Manis, kan?" Dia bertanya dengan senyuman menampakkan deretan gigi putih yang rapih dan terkesan manis.

Lantas lelaki jangkung memalingkan wajahnya, telapak tangannya ia gunakan untuk mengusap tengkuknya. "Y-ya manis.."

Terdengar tawa halus dari lelaki tersebut.

"Kalo gitu ini buat kakak."

Mengedarkan kepalanya kembali, sorot mata Rivan menatap sodoran permen karet di hadapannya. "Buat gue?"

"Iya buat kakak, kan aku tadi buang rokok kakak jadi aku ganti pake permenku. Diambil ya, kak."

Merasa tidak enak menolak pemberian seseorang untuknya, Rivan menerima permen karet tersebut. Ia akui bahwa rasa dari makanan elastis itu terasa manis dan enak, persis dengan apa yang sang empu katakan.

"Makasih..."

"Michio, nama aku Michio. Kalo kakak siapa?"

"Ah ya, makasih Michio."

Namanya lucu ya.. Eh?

"Nama gue Rivan, panggil aja ntar nyaut kok, Michi."

"Oke! Salam kenal kak Rivan!" Michio berseru semangat.

Sedetik terlewati, mata Michio melirik jam yang terpasang pada pergelangan tangan kirinya, saat itu juga kedua matanya melebar.

"Aku duluan ya kak, udah mau jam delapan nih. Dadah kak Rivannn!"

"Mich-"

Terlambat. Michio sudah berbelok dan menghilang dari pandangannya. Padahal ia ingin bertanya sekolah anak itu dimana, karena ia menduga sekolah Michio dekat dengan sekolahnya. Soalnya jalan yang mereka ambil sejalur.

Hanya saja Michio harus belok kanan, sementara dirinya tinggal lurus ke hadapan.

Rivan menyisir rambutnya ke belakang sambil menghela nafas. "Lo kenapa sih Riv.."

ᨳ᭬°𖥕𖠗∙۟ᱹ۫↻

- 18 Desember 2020.


Bubblegum √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang