∙۟ᱹ۫↻
ᨳ᭬°𖥕𖠗∙۟ᱹ۫↻
Terhitung sudah 24 menit mata tajam bak elang itu memandangi figur yang sangat menawan. Mata bulat yang penuh binar keceriaan, bulu mata lentik dengan ujung melengkung sedikit keatas, pipi berisi layaknya mochi, dan bibir pink tipis yang terbuka bergumam kecil. Mengundang kekehan setiap pergerakan sosok indah itu bergerak kesana kemari.
Tangan yang lebih kecil dari tangannya sibuk menimbang dua buku yang menurutnya menarik untuk ia beli.
Terkadang bibir itu mengerucut, lalu pipinya menggelembung sebelum sepasang alisnya menukik membentuk sudut siku-siku.
Sosok mungil Michio menoleh, menaruh fokusnya sementara kepada pemuda tinggi disampingnya. "Kenapa buku-buku ini bagus semua? Aku bingung milihnya!"
Kening Rivan mengerut tipis, ia condongkan badannya mendekati wajah Michio. Sempat membuat si mungil melirik ke sembarang arah.
"Kenapa harus bingung kalo bisa ambil semua?"
Pelontar pertanyaan itu lantas mendapatkan hadiah berupa pukulan ringan dilengannya.
"Ga boleh banyak-banyak." Ujar Michio, "kata mama, beli buku yang sekiranya mesti kita baca sampai akhir tanpa merasa bosan dan berpaling ke buku lain." Jelasnya serius.
Rivan menganggukan kepalanya saja. Ia berfikir bahwa Mama Lisa membekali anaknya dengan sangat baik.
"Yaudah, menurut lo yang menarik dan bagus yang mana, pilih." Rivan berucap sembari menunjuk dua buku yang berada di tangan Michio.
Bukannya mendengar sebuah jawaban pasti, Rivan malah disuguhkan oleh raut tak semangat dan bibir bawah yang maju beberapa senti dari Michio yang sialnya terlihat lucu–ah, ralat! Sangat lucu!
Lekas, ia menghela nafas kemudian mengusap wajahnya. Meredamkan getaran aneh yang perlahan menyerang dirinya secara tiba-tiba.
Telapak tangan kanan Rivan beralih, mendarat diatas surai halus Michio. Mengusaknya dengan pandangan lurus menusuk tepat obsidian lawan bicaranya.
"Gue boleh minta tolong?"
Ekspresi Michio seketika berubah bingung. Ia tak tahu mengapa Rivan melayangkan perkataan itu padanya.
"Tolong.. apa?"
"Tolong jangan bertingkah lucu di tempat umum, gue gak suka."
Otak Michio menyerap tiap kata yang terucap dari bibir Rivan, mencernanya, mengambil inti sarinya. Namun, sejurus kemudian pipinya menampakkan bercak merah muda diikuti oleh detak jantungnya yang berdetak cepat nan keras.
Si mungil mengedarkan pandangannya berusaha menghindari manik gelap yang bisa saja menjatuhkannya ke lubang pesona terdalam. Lewat tatapan tadi, Michio merasa dirinya akan meledak karena tidak kuat menahan perasaan anehnya. Ditambah wajah dan raut Rivan mendominasi keadaan hangat yang terjadi. Seakan menekan Michio untuk tidak melawan.
"Si-siapa yang lucu sih?!" Serunya seraya menaruh buku yang tidak ia pilih. "A-aku ambil ini aja.. Aku mau bayar, pake uangku loh ya! Kakak tunggu sini aja, jangan kemana-mana!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bubblegum √
FanfictionCOMPLETED! › Lokal name - Boyslove! › Mashikyu! was #1 on junshiho was #1 on takatamashiho was #3 on junshiho