"Tringggg..." Alarm berbunyi pertanda sekarang sudah pukul 05.00 sore. Seseorang terlihat panik dan tergesa-gesa menyiapkan beberapa barang yang dimasukkan ke dalam tas.
Sikembar Khalid dan Zaid sudah siap dengan baju koko rapinya. Sedangkan Hanin mencoba merapikan hijab milik ulfah.
"Papa, gendong." Uwais merentangkan kedua tangan, meminta agar digendong.
"Iya, iya sini... bismillah... ayuklah kita berangkat. Sudah bereskan barang-barangnya maa?" Papa mengambil tas dan segera keluar dari rumah. Memang papa harus jalan duluan menuju mesjid karena malam ini ada kajian.
Berbeda dengan sang Mama. Dia baru saja mengambil tas dan memasangkan sepatu cantik untuk Ulfah. Hanin menggandeng Ulfah sembari menunggu mama mengunci pintu rumah.
Ini sudah menjadi kebiasaan rutin bagi keluarga mereka. Mengikuti kajian di mesjid dekat rumah. Sebenarnya cukup repot semenjak kehadiran Uwais dan Ulfah. Namun, anak-anak harus dikenalkan lebih dekat dengan mesjid.
Bagaimana bisa anak-anak akan mencintai mesjid jika jarang diajak mengunjunginya.
"Maa, Aais gendong pappa, Ulfah mau gendong ama mama."
Permintaan dari gadis kecilnya tentu saja tidak bisa ditolak. Hanin melihat pergerakan tangan mama, segera mengambil tas.
"Biar Hanin yang bawa maa, gendong Ulfah berat kan?" Hanin tersenyum manis memperlihatkan betapa kuat dia mengangkat tas milik mama.
Dan beberapa meter di depan mereka ada sikembar Khalid dan Zaid yang berebut menyerahkan tas milik papa. Memang sih tasnya lebih berat, yang dibawa barang 4 orang pasti saja berat.
"Khalid, Zaid, bawa barangnya sama-sama atuh. Biar beratnya berkurang karena saling bantu." Mama menegur, menyadarkan sikembar tentang perbuatan mereka.
Duhh adem ya ngeliat keluarga berangkat kajian gini.
"Maa, Ulfah mo main, ga mesjid. Pulang maa," Ulfah mendadak ingin pulang, jam mainnya harus diambil jadwal kajian. Alhasil seperti inilah kejadiannya.
"Ulfah, katanya mau masuk surga bareng Ka Hanin, bareng mama sama papa juga Abang kan? Nah kalau mau masuk bareng harus rajin kajian. Gitu kan ya maa?" Hanin melangkahkan kaki sedikit lebih cepat agar bisa menyusul abang. Pikirannya jauh mengingat kembali tentang perkataan mama jika dia mulai merasa malas ikut kajian.
"Na'am, Masya Allah masih ingat aja ya. Ulfah mau main kan? Di surga nanti bisa main sepuasnya loh. Jadi ukasyah mau pilih main sebentar tapi di rumah atau main sepuasnya dan harus datang kajian, buat persiapan?" Mama menatap bola-bola mata cantik milik Ulfah.
"Mo main sekarang, gamau nanti maa." Ulfah memeluk mama erat, berharap dengan perlakuannya sang mama akan luluh dan memperbolehkan bermain.
"Di mesjid Ulfah bisa main bareng Ka Hanin loh, main tulis-tulis di kertas. Catat-catat kajian ya kayak mama. Biar kalau Allah nanya "mana bukti Ulfah ikut ke mesjid?" Nah ada kertas catatan milik Ulfah." Mama mengarahkan pandangan Ulfah kepada Hanin. Hanin pun mengeluarkan pensil yang dibawa sebagai bukti.
"Mama juga ikut main tulis-tulis?" Ulfah memikirkan bagaimana permainan yang disarankan mama, seru atau tidaknya.
"Tentu saja, mau bersaing gak nih? Siapa yang tulis-tulisnya paling bagus, paling banyak, dia dapat cemilan dari mama sepulang mesjid!"
"MAUU, Ih awas ya Za, aku yang menang." Rupanya Khalid mendengar perkataan mama begitupun Zaid.
"Misi ya abang, Hanin yang akan menang." Hanin menggenggam erat pensilnya. Bersiap akan pertandingan kali ini. Demi makanan. Mamapun hanya tersenyum, menenangkan anak yang mau main itu hal tersulit. Apalagi jika ngantuk atau lapar. Syukrullah, Mama selalu menyiapkan bantal kecil dan beberapa roti sebagai penjagaan.
Ulfah mengangguk menyetujui apa yang dikatakan mama.
Dia ingin main sepuas hati tanpa gangguan. Dan mungkin bukan sekarang main-mainnya. Sekarang main tulis-tulis dulu bareng Abang dan Ka Hanin.
"Ya Allah, semoga Ulfah bisa main di surga. Allahumma Aamiin..."
"Aamiin." Mama dan Hanin mengaminkan doa sikecil. Begitu juga sahutan Aamiin dari Khalid dan Zaid.
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Look it Mom!
Nezařaditelnéإِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar." (QS. At-Taghabun [64]: 15). Kalau anak adalah cobaan maka t...