5. Tidur Bareng

3 0 0
                                    

Malam ini entah apa yang telah dialami Zaid, dia ingin tidur bersama. Iya, bersama semua adik-adiknya.

"Please Ma, boleh ya. Malam ini aja kok. Zaid tidur bareng Khalid, Hanin, Ulfah sama Uwais." Zaid duduk di tepi kasur dan membiarkan kakinya selonjoran ke bawah.

Mama yang merancang untuk membentuk kamar anak-anak seperti hotel kapsul. Agar hemat tempat dan tentu saja sebagai patokan, kamar cuman untuk tidur.

Khalid dan Zaid mendapatkan posisi kamar di atas, begitu juga Hanin. Kamar Ulfah dan Uwais berada di bawah kamar Khalid dan Hanin. Sedangkan di bawah kamar Zaid diisi karpet dan beberapa sofa bantal. Tempat selonjoran.

"Zaid sudah besar sayang, Rasulullah menyuruh untuk kalian pisah kamar. Lagian buat apa sih? Kan kalau mau main ada hari esok?" Mama mendongak keatas, lalu ke bawah memperhatikan semua anak-anaknya yang telah bersiap tidur.

Terlihat Hanin yang membaca buku sambil senderan ke dinding kamar, Khalid menumpukan kepalanya pada bantal dengan posisi duduk, Ulfah memeluk guling dan mata yang telah terpejam, serta Uwais yang masih ditemani pelukan hangat papa.

"Papa, shalawatnya lagi." Ini suara Ulfah. Walaupun papa berada di kamar Uwais, tetap saja shalawat dari papa terdengar. Menentramkan hati mereka.

"Maaa, malam ini saja. Kalau gak bisa semua, Zaid minjem Hanin aja." Zaid mengayunkan kakinya, membuat mama meringis, takut anaknya terjatuh.

"Ihh abang, Hanin gak mau tidur bareng. Kalau sama bang Khalid bisa dipertimbangkan." Hanin mengalihkan fokusnya pada buku, menutup dan melempar buku ke kamar sebelah. Tapi rupanya buku tersebut tidak mengenai Zaid, justru terjatuh.

"Hanin, gak baik gitu!" Mama melihat pergerakan kedua anaknya itu. Lalu berjalan mengambil buku bertuliskan Aisyah-Istri Rasulullah.

"Ini buku mama? Kok dilempar? Adab Hanin pada buku ke mana?" Mama menyerahkan kembali buku tersebut pada Hanin.

"Hehe, maaf maa."

"Rasain, dimarahin mama kan. Oh iya please maa." Lagi dan lagi Zaid tidak menyerah membujuk mama agar memperbolehkan. Ini sudah pukul 10 lewat dan anak-anak belum tidur duhh.

Mama pun akhirnya naik ke atas, mendekati Zaid. Mungkin Zaid tidak menceritakan alasan karena mama berada di bawah. Malu kalau terdengar saudara yang lain.

"Alasannya apa nih?"

"Tadi sore kan kita ke rumah Hamza. Nah Zaid iri maa." Mendengar hal itu, mama mempercepat naik tangga dan mencari tempat ternyaman duduk.

"Iri itu gak baik buat hati Zaid, penyakit hati nih. Emangnya hal apa yang bikin Zaid iri?" Mama mengusap rambut-rambut Zaid.
Sedangkan Zaid telah merubah posisi duduknya berhadapan dengan mama.

"Hamza sayang banget sama Haura. Zaid juga pengen sayang ke Hanin. Tapi Hanin galak. Manisnya cuman ke papa. Hamza cuman punya adek dua tapi bisa sayang banget sama adek-adeknya. Zaid juga mau sayang ke Hanin, Ulfah, Uwais." Mama menengok ke kamar sebelah, kamar Hanin. Rupanya Hanin sudah tertidur mendengar shalawat dari papa. Walaupun lirih tetap terdengar khalid di ujung sana.

"Aelah namaku gak disebut."

"Oh iya Bang Khalid juga." Zaid cekikikan, karena kalau sudah bawa embel-embel bang pertanda Zaid ada maunya doang.

"Kata siapa Zaid gak sayang ke adek? Mama lihat Zaid udah sayang banget. Rela bantuin pekerjaan mama kalau sikembar  rewel. Mau juga nemenin Hanin main boneka padahal sering diejek Khalid mainan cewek kan yaa? Cuman tidur bareng memang apa gunanya? " Mama mulai mengantuk. Tidak terdengar shalawat lagi dari papa. Mungkin mereka sudah terlelap.

"Mau tidur sambil meluk Hanin." Kali ini suara Zaid sangat pelan. Mama saja hampir tidak mendengar.

"Yasudah malam ini saja! Mama mau tidur dulu. Jazakallahu khairan buat hari ini Zaid..." Mama mengusap rambut Zaid lalu turun ke bawah membangunkan papa. Dengan pelan papa dan mama keluar kamar, mematikan lampu serta mengatakan "Jazakumullahu khairan buat hari ini anaknya mama."

"Good night All."

Malam telah larut, papa dan mama juga kembali ke kamar mereka. Tersisa Zaid yang masih bangun dan menuju kamar sebelah, kamar Hanin. Dia mencari celah agar bisa berbaring di sebelah Hanin. Lalu melingkarkan tangan.

"Susah banget perjuangannya meyakinkan mama. Hanin juga galak banget sama aku. Padahal  aku tahu yang paling peduli sama kamu." Zaid menutup mata, membaca doa dan dzikir sebelum tidur. Dilanjut mulutnya yang mengulang-ngulang hafalan. Tips ampuh dari mama kalau dia kesulitan tidur.

"was-samaaaa'i zaatil-buruuj...
wal-yaumil-mau'uud... wa syaahidiwwa masy-huud..."

Hanin sebenarnya belum tertidur, dia mendengarkan abang yang bersuka cita membacakan surah itu. Surah yang menjadi motivasi hanin untuk segera menambah hafalannya.

Look it Mom!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang