Bilang aja iya!

122 11 1
                                    

Malam semakin larut. Bising kendaraan tak terdengar, begitu pula sorot lampu yang mulai padam. Namun berbeda dengan satu kamar kecil yang masih menyala terang, bukti bahwa sang penghuni belum berada pada alam mimpi.

Setelah makan siang, Anin tak lelah berpikir tentang Bos kantornya itu. Siapa lagi kalau bukan lelaki yang sabtu kemarin datang ke Malang untuk meng-khitbahnya.

Ucapannya benar benar mengganggu Anin. Sebesar itukah efek dari seorang Athaya? Entahlah. Hanya saja, Anin tak bisa tidur padahal jam sudah mendekati tengah malam.

"Jangan tegang. Yang seharusnya tegang kan saya Nin. Tegang nunggu jawaban kamu."

Anin tersedak mendengar penuturan Athaya. Dia ini terlalu santai apa bagaimana? Anin saja,  sudah kalang kabut padahal cuma duduk se meja dengannya.

"Masih di kantor Pak. Memang Pak Athaya ngga malu gitu ngomong begitu sama saya?"

Anin mengucapkan itu benar benar lirih. Ia seperti jadi pusat perhatian dadakan di kantin.

"Malu kenapa memangnya? Yang saya omongin itu bukan hal yang aneh aneh. Iya kan?"

"Iya Pak. Maksud saya, ini kan di kantor. Jadi ya jangan bahas yang kemarin. Ngga pantas aja Pak."

Tampak Athaya manggut manggut. Ya pasti paham dia!

"Oke. oke. Saya tahu ini semua terlalu cepat dan mendadak buat kamu. Ya sama kayak saya. Jadi, saya minta besok sore buat bahas ini. Pulang kerja, saya jemput!"

Heh! Apa apaan ini?

"Saya ngga terima penolakan. So, pulang kerja bubar jam 4 sore kan? Saya jemput kamu jam 5 sore. Di kost kamu."

Anin benar benar tak percaya dengan penuturan lelaki di depannya ini.

"Wait. Bapak tahu dari mana kontrakan saya? Bapak ngintilin saya ya?" Seru Anin. Volume suara masih sangat kecil. Sebelas duabelas dengan bisik bisik.

"Ngaco kamu! Kuker banget saya ngintilin kamu! Kamu melamar di kantor ini menyertakan alamat kan? Jadi dari situ saya tahu."

Lapar tadi kian lenyap perlahan. Padahal piring masih penuh dengan lauk plus nasi. Tapi mengobrol begini dengan Athaya, sungguh membuyarkan mood Anin.

"Ya maaf kalau saya asal nuduh Pak. Saya ngga perlu di jemput. Bapak kasih tahu saja di mana, nanti saya berangkat sendiri aja." Usul Anin.

Di jemput oleh bos nya? Yang benar saja!

"Oke, terserah. Besok saja saya kasih tahu tempatnya. Saya harap, besok masalah lebih jelas solusinya! Tapi yang perlu kamu tahu, saya serius tentang omongan hari sabtu kemarin. So, jangan lupa kasih jawaban! Di gantung kelamaan itu ngga pernah enak."

Jlebb.

"I..Iya Pak. Saya pikirin kok. Cuma ngga bisa secepet itu juga kali kasih jawaban. Banyak pertimbangan!"

Nyali kamu besar Nin, benar benar berani membentak atasan seperti itu. Batin Anin.

"Ya, I know. Ada batas expired nya kalau menunggu seperti itu. Once again, jangan lupa besok!"

Anin tak percaya, baru saja Athaya berbisik padanya. Jarak dekat begitu, Anin yakini mengundang berbagai spekulasi beragam di kantor ini.

Bahkan balasan ucapannya saja belum sempat Anin lontarkan, Dan Athaya berlalu begitu saja. Begitu pula Paket makan siangnya tandas tak tersisa.


~~~~~

Pekerjaan rumah pagi hari selesai ia lakukan. Jam menunjukkan jam 07.15 kini, kurang 45 menit sebelum jam kerjanya. Anin nampak sudah siap dengan pakaian kerjanya. Setelan dress panjang beserta kemeja kantor, juga jilbab pashminanya. Mengutak atik benda persegi panjang di tangannya. Memesan ojol sudah jadi kegiatan rutinnya tiap ia keluar.

Memiliki trauma dengan sepeda motor ketika di jalanan, membuatnya lebih mengandalkan jasa ojol untuk ke mana pun.

Sy sudah di dpn kost mu. Cepet keluar!

Hah?!
Pikiran Anin traveling kemana mana. Nomor tak dikenal dengan isi pesan seperti ini, baru pertama kali Anin dapat. Hampir 5 tahun hidup sendiri, dan baru kali ini ia merasa takut berlebih.

Siapa? Jgn macem2 ya!
Tempat ini ada security.

Trs? Cepet deh keluarnya!

Anin buru buru keluar dan mengunci pintu. Nampak Pajero hitam menyambut sorot matanya.

"Lama banget! "

Hei. Bahkan dia yang jadi kesal. Siapa lagi yang punya bakat bikin orang kesal, kalau bukan lelaki songong di hadapannya ini.

"Maaf kalau saya lancang. Ini masih pagi Pak, saya dan Bapak janjian sore, bukan pagi begini."

"Ya memang! Tapi saya mau jemput kamu. Ayok naik!"

Satu lagi, dia tukang paksa dan tukang perintah!

"Bahkan saya belum bilang iya lho ini! Saya udah pesen ojol. Udah dapet, orangnya udah otw ke sini."

"Bahkan saya ngga butuh persetujuan kamu lho!"

Nah kan?!


To be Continued.

Bila ada typo, mohon di koreksi ya! Sama sama mengingatkan, nulis ini juga unsur kepepetnya tinggi. Heheh.

Adu waktu luang dengan tugas kuliah. Hehehehe.

(Un)predictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang