Boba

252 17 0
                                    

Tangguh fisiknya
Rapuh mentalnya
Lenyap Kepercayaannya
Hingga menemui titik terendah
Dalam masa hidupnya

*****

Anin membeku dengan pikiran kalutnya. Ia termangu dengan pikiran berkecamuk mengenai siapa Pria berjas formal di depan Anin ini. Anin menatap Azizah dengan tatapan bingung. Yang ditatap hanya menatap melas.

"Zah, maksudnya gimana sih? Jangan buat gue pusing gini deh!" Aku berbisik sangat pelan pada Azizah yang berada di sampingku.

"Ini Pak Athaya Nin. Pak bos tau!" Aku melotot tak percaya. Dia pimpinan perusahaan di mana 2 bulan ini aku bekerja.

Tinggal menunggu waktumu Nin, siap siap di depak dari kantor!

"Oh, halo Pak. Maaf atas sikap kurang ajarnya saya tadi. Saya benar benar mohon maaf Pak. Maaf." Ujar Anin melenyapkan rasa malu.

"Memangnya siapa kamu?"

Lah, dia malah ngga kenal Anin. Ada setitik sinar Nin, bos mu ngga kenal kamu!

"Dia karyawati baru Pak. Baru dua bulan bekerja di kantor." Sambung Azizah menjelaskan yang tampaknya hanya ditanggapi dengan raut datar.

Tak ada ekspresi.

"Divisi apa Zah?" Tanya singkat, padat, dan jelasnya.

"Satu divisi sama saya Pak. Anin juga sempat magang di kantor dulu, sebelum sekarang menjadi karyawati tetap." Jelas Azizah. Seakan mengetahui luar biasa gugupnya aku saat ini.

Syukron Zah, nanti aku traktir kamu pecel yahud depan kantor!

Pak Athaya tampak diam, Anin yang tak berani menatapnya hanya menatap lantai sebagai pelampiasan.

"Kita pulang Miko."

Eh

Aku terbengong, bukannya menanggapi omongan Azizah, malah melengos pergi dengan pria berjas di sampingnya tadi.

Pengetahuan Anin minim banget. Bahkan bos dan pria tadi yang Anin ketahui namanya adalah Miko, entah punya jabatan apa di kantor.

"Lo kebangetan Nin, itu tadi Pak Athaya sama Pak Miko tau. Aduh, gue aja sampai gemeter Nin waktu lo nyerocos macam tadi." Sahut Azizah membuyarkan lamunanku.

Bener bener tamat karir cemerlangmu Anin.

"Gue ngga tau Zah, orang gue aja belum pernah ketemu sama pimpinan perusahaan. Paling tinggi ya ketemu orang HRD, yang tempat kerjanya di lantai 3."

"Kenapa malah jelasin begituan sih! Pak Athaya lho tadi yang lo ajak berdebat. Dan yaa, bikin lo malu juga tadi." Ngeyel Azizah lalu melanjutkan menuju tempat bookingnya Mas Bian.

Bahkan Anin sempat lupa tujuan awal datang ke tempat ini.

"Haduh Zah. Gimana coba? Bakal di depak gue ngga ya Zah?" Tanya Anin seperti bocah. Merengek tak jelas sampai kami tiba di meja di mana Mas Bian dan teman temannya berkumpul.

"Lo kenapa Nin? Habis nangis ya?" Suara berat milik Dimas, yang Anin kenal juga teman satu divisinya.

"Habis ketemu setan dia! Makanya nangis." Sahut kurang ajar si Azizah.

Masa Pak Athaya di bilang setan sih!

"Ketemu setan kok nangis? Ya harusnya kabur dong! Iya ngga? Hahah." Itu sahutan Tomi, lelaki berkacamata yang tergelak mendengar pernyataan Azizah.

"Au ah, malah di bikin lawakan sih!" Anin makin kesal langsung duduk, dan ketawa mereka malah makin menjadi.

~~~

Athaya tampak gelisah dengan telepon dadakan sang Mama. Harus mau mengikuti sang Papa dan Mama yang akan menemui sahabat karibnya. Sahabat karib yang berjasa dalam pendidikan sang Papa, sewaktu kuliah dulu.

Lalu bagaimana pekerjaannya?

"Lo kenapa? Masalah pekerjaaan beres kan tadi. Terus kenapa itu muka kusut mulu?" Cerocos Miko-Asisten pribadi Athaya.

"Besok sabtu gue free ngga Ko? Mama nyuruh buat ikut acara dia." Lugas Athaya tak basa basi lagi.

"Sabtu ada ketemu sama Pak Sam kan? Bahas proyek yang bakal kita bangun di Kota Pasuruan." Jelas Miko sambil masih fokus menyetir mobil.

"Oh iya. Males banget kalau sampai kena omel Mama Ko. Bisa ngga itu meeting di wakilin aja?" Lanjut Athaya yang mulai memijit pelipisnya. Pusing.

"Bisa aja, asal nanti Lo telepon dulu si Pak Sam. Bilang kalau ada acara keluarga, makanya ngga bisa ikut meeting. Emang siapa yang bakal gantiin Lo Ta?" Selidik Miko, yang di ajak ngobrol hanya nyengir tak jelas.

"Udah ngga usah dijawab. Cengiran lo itu ngejawab pertanyaan gue." Sahut Miko lagi. Dia sudah biasa.

"Ntar gue traktir Boba. Terserah lo minta berapa." Sombong Athaya dengan rentetan gigi putihnya.

"Ngga butuh boba. Tiket liburan aja!" Balas Miko tak kalah ketus.

Dih

"Malah ngelunjak!" Mobil dengan kecepatan sedang itu membelah jalanan Kota Pahlawan malam hari ini.

To be Continued.

(Un)predictableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang