PROLOG

532 52 115
                                    

Tiga anak kecil itu berlari di sepanjang taman, saling mengejar dan menghindari satu sama lain lantas tertawa, berbeda dengan satu pria kecil yang hanya duduk di tepi taman sembari memakan ice creamnya, matanya fokus memerhatikan ketiganya, tangannya pun fokus memasukan ice cream ke dalam mulutnya.

Namanya Maulana Fajri, kerap di sapa Aji oleh teman-temannya.

brukkk

Fajri menoleh, ia lengah. Lihatlah, sekarang salah satu dari mereka kini terduduk di tanah sembari memegangi lututnya yang terluka. Namanya Alana gadis kecil dengan sejuta kepedulian.

"LANAAAA" pekik salah satunya, lalu sibuk berlari menghampiri Alana. Ini namanya Zweitson Thegar, pria kecil dengan kacamata bulat bertengger di hidungnya.

"kenapa bisa jatoh sih lan?" yang ini namanya Fikih Aulia, kerap di sapa Fiki. Usianya memang sama dengan Zweitson, Alana, dan Fajri hanya saja pria kecil ini kelebihan vitamin yang membuat tubuhnya berkembang lebih cepat di banding yang lain.

Alana menahan tangis, memegani lututnya sedangkan Zweitson panik tapi tidak melakukan apapun, berbeda dengan Fiki cowok itu mengomeli Alana yang tidak hati-hati.

Fajri benghela nafas, lalu membuang ice creamnya yang sudah habis beranjak menghampiri ketiga temannya. 

Fajri berjongkok di depan Alana, memerhatikan goresan luka di lutut gadis kecil itu, tidak terlalu besar, darah yang keluar pun juga tidak terlalu banyak, tetapi Fajri yakin itu pasti sangatlah perih.

"makannya hati-hati, sini naik"  Fajri membalikan tubuhnya membelakangi Alana meminta gadis kecil itu agar naik ke punggungnya.

Alana mengangguk lalu beranjak mengalungkan tangannya ke leher Fajri, memposisikan dirinya senyaman mungkin dalam gendongan Fajri.

Fajri menatap Fiki, dan Zweitson lalu menghela nafas, bukan salah mereka juga Alana terjatuh, jadi ia tidak boleh memarahi mereka "nanti lebih hati-hati, jagain Alana dia bidadari keci yang harus kita jaga jangan sampai luka" Fajri kecil berkata serius, diantara keempatnya memang dialah yang paling dewasa, memahami perasaan sahabatnya persetan dengan sahabatnya yang.. biasalah.

Fiki dan Zweitson mengangguk mantap, mereka akan menjaga Alana sampai kapanpun, dan tidak akan membiarkan siapapun melukai bidadari kecil mereka.

"yaudah yuk pulang, nanti kita di kejar..

"halo anak maniss"

Keempatnya mematung mendengar suara yang sangat mereka kenal, orang gila komplek yang sering keluyuran sore-sore. Namanya Bu Min, diambil dari kata 'a-min' setiap orang yang mendoakannya agar segera sembuh.

"LARI JIII" teriak Fiki yang sudah lari duluan bersama Zweitson.

"AYOK JIII" pekik Alana heboh sendiri, padahal ia hanya tinggal diam dalam gendongan Fajri.

ALANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang