Part 12 : Kesempatan

124 27 49
                                    

Alana berjalan menuju kelasnya, tentunya dengan orang-orang yang terus memandang rendah kearahnya, memberikan segala jenis cibiran serta umpatan untuk gadis itu. Sejujurnya hati Alana sedang menangis namun gadis itu masih berusaha sekeras mungkin agar ia tidak terlihat lemah, Alana harus membuktikan dirinya tidak bersalah persetan dengan teman-temannya yang sama sekali tidak mempercayainya. 

Alana ingin marah, mengutarakan segala kekesalan serta rasa sakit yang ia alami, namun semua itu akan sia-sia hanya membuang tenaga, karena akhirnya gadis itu akan kembali disalahkan. Alana lelah benar-benar lelah. 

Pintu kelas terbuka, menampakan Alana yang memasuki kelas dengan tenang. Keadaan kelas yang semula ribut mendadak hening tanpa suara, semua mata tertuju pada gadis itu dengan segala jenis tatapan.

Alana masih melanjutkan langkahnya menuju kearah bangkunya berada, gadis itu harus memasang benteng sekuat mungkin agar tidak kembali di sakiti. 

"masih berani lo kesini? malu-maluin sekolah doang!" cibir Syifa, salah satu murid kelas XII IPA 2 yang hobinya nyinyirin orang.

Alana membalikan tubuhnya balik menatap Syifa dengan tatapan yang penuh keberanian, untuk apa takut ia tidak salah kan "ngapain gue takut kalo gue gasalah?" ujar Alana dengan tenang membuat Syifa seketika diam dengan raut wajah kusutnya. 

Alana tersenyum kecil sebelum akhirnya mendudukan dirinya di kursi miliknya. Saat ini mungkin orang-orang memandang rendah kearahnya, membencinya atau bahkan tidak menerima kehadirannya sama sekali, namun ia akan melawan membantah semua asumsi buruk tentangnya. 

Hal benar akan menang kan pada akhirnya? dan Alana menunggu saat itu, saat dimana waktu merestuinya untuk kembali bahagia setidaknya sebelum ia benar-benar pergi dari dunia ini. 

Alana tidak ingin kisah hidupnya berakhir menyedihkan, mungkin dalam beberapa episode kisah hidupnya, gadis itu merasakan kesendirian namun ia akan tetap berharap ia tidak mati terbunuh rasa sepi.

Tak lama dari itu seorang cowok menghampiri Alana, gadis itu mengenalnya namanya Fahmi anak alim di kelasnya "Lan dipanggil Pak Tio, di tunggu di ruangannya sekarang." ujarnya dengan tenang memberitahukan apa yang sebelumnya Pak Tio sampaikan kepadanya.

Alana mengangguk, jantungnya kembali berdegup begitu kencang gadis itu tahu pasti ada yang melapor tentang semua ini pada pihak sekolah, dan tentunya masalah ini sudah merembet. Semoga hanya hal baik yang terjadi padanya. 

"makasi Mi" ujar Alana lalu kembali beranjak menuju ruangan Pak Tio. 

Tepat di depan pintu Alana berpapasan dengan Fajri, cowok itu hanya seorang diri dengan seragam yang tidak jelas bentuknya, Alana simpulkan Fajri kesingan pagi ini. Tanpa sepatah katapun Alana kembali melangkahkan kakinya, toh Fajri pun akan meninggalkannya juga kan?

Namun asumsi Alana ternyata salah, dengan cepat Fajri mengejar Alana dan mencengkeram lengan gadis itu. "Kenapa sih Lan, pagi-pagi udah nyuekin gue?" kesal Fajri ia mengerucutkan bibirnya mirip seperti anak kecil yang cemberut karena tidak diijinkan untuk membeli ice cream.

Alana terdiam menatap Fajri yang lebih tinggi di banding dirinya, ini tidak salah kan? Fajri tidak bersikap dingin padanya? harusnya cowok itu juga ikut mengacuhkan dan membenci dirinya seperti teman-temannya yang lain. 

Fajri menempelkan punggung tangannya di dahi Alana mengecek suhu gadis itu, hangat. "lo masih sakit ngapain sekolah segala udah di rumah aja" omel Fajri. 

Alana tersadar dari lamunannya ia menatap Fajri "l-lo ga ikutan mereka?" tanya Alana kembali memastikan. 

Fajri mengangkat bahunya acuh "gue tau masalah itu, tapi lo temen gue" jawab Fajri dengan santai.

ALANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang