07: dunia beneran sempit

773 146 21
                                    

Hari ini adalah hari yang hectic buat Rose. Dari pagi dia ada kelas sampai siang, ditambah lagi tugas-tugas yang deadlinenya mepet. Terpaksa satu harian dia harus berada di kampus.

Siang setelah kelas tadi dia langsung ke perpustakaan kampus, cari referensi buku buat tugas-tugasnya. Perpustakaan hari ini cukup ramai juga. Lagi pada ngerjain tugas massal sih ini kayanya.

"Duh.. otak gue mau pecah.." keluh Rose.

"Istirahat dulu yuk, Rose? Mata gue cape banget dari siang nih nggak ada istirahat," ajak Jiho, temen satu kelas Rose.

Rose mengangguk menyetujui. Mereka berdua sepakat buat istirahat bentar ke kantin, setidaknya menghirup udara segar sekalian minum kopi.

"Gila ya Bu Minzy, ngasih tugas tuh selalu diluar nalar deh, kesel." keluh Jiho.

"Kayanya Bu Minzy dendam deh karena gue nggak masuk kelasnya kemaren,"

"Kenapa gitu?"

"Gue doang dikasih tambahan dua tugas, kesel bangeeeeet!" gerutu Rose.

Jiho tertawa keras. "Mampus, siapa suruh telat."

Rose mencubit pelan lengan Jiho kemudian mendecak kesal. "Gue pusing..."

Rose menenggelamkan wajahnya di atas tumpukan buku yang dia letak tepat di depannya. Bahkan minumnya daritadi belum dia sentuh. Badannya doang di kantin, jiwanya sih masih di perpustakaan.

"Gue mau cerita deh, Rose," ucap Jiho memecah keheningan sementara tadi.

"Cerita aja," Rose masih tetap pada posisinya, tidak menoleh ke Jiho sama sekali.

"Gue punya pacar..."

Rose diam, menunggu Jiho melanjutkan omongannya.

"Udah lima bulan, tapi gue nggak suka dia."

Rose menoleh ke Jiho kaget. "Trus kenapa dipacarin?"

"Habis putus dari Hao waktu itu, gue galau banget, Rose. Apalagi pas tau Hao punya pacar baru tuh sakit banget hati gue," jelas Jiho. "Trus tiba-tiba pacar gue yang sekarang ini dateng kaya nemenin gue galau, naikin mood gue, tapi tetep aja gue nggak bisa suka sama dia... Gimana dong?"

"Kenapa nggak bisa? Emang selama pacaran sama lo, dia kurang ngasih perhatian? Atau gimana?"

Jiho menggeleng. "Dia baik, perhatian, meskipun irit ngomong sih, tapi emang kayanya gue aja yang belum move on dari Hao makanya susah buka hati,"

"Trus kenapa lo terima dia, oon..." Rose menoyor kepala Jiho pelan. Aneh-aneh aja kelakuan temannya yang satu ini, pikirnya.

"Gue juga nggak tau kenapa... Rose, tau nggak sih pas dia nyatain perasaannya tuh gue spontan aja nerima dia, menurut gue apa salahnya dicoba gitu kan. Toh, dia juga yang bantu gue bangkit dari kesedihan. Dan juga gue mikir, sekalian—"

Ucapan Jiho dipotong oleh Rose, "Sekalian bales dendam sama Hao aja kali ya? Gitu maksud lo?"

Jiho tersenyum kecil kemudian mengangguk pelan. "Mikir pendek doang waktu itu."

"Trus sekarang lo keterusan nih pacarin dia tapi lo nggak ada rasa?"

"Ya, mau gimana lagi?"

"Putusin lah."

"Takut nyesel..." Jiho memanyunkan bibirnya.

"Ck! Egois. Kasih cowo lo buat gue aja kalau gitu,"

"Heh! Enak aja! Ng-gak-bo-leh." jelas Jiho.

"Yaudah, belajar buat suka sama dia. Kasian anak orang lo mainin perasaannya. Kalau dia tau gimana?" ucap Rose.

Jiho berpikir. "Gue udah coba tapi nggak bisa,"

Coincidence. +jaehyun roséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang