Dingin malam itu membuat felix harus melindungi diri dari hujan, cicit kesakitan terdengar dari celah bibir seekor golden retriever.
Felix si manis baik hati tak tega jika hanya membiarkan tanpa memberi bantuan.
Siapa sangka anjing mahal itu seekor...
Dan masih banyak jenis-jenis coffee yang lain lagi yang harus dengan terampil sesuai resep dirinya buatkan untuk pelanggan.
Bagaimana mungkin dirinya tidak lelah, tubuh kecil itu dengan cekatan menggiling coffee sampai halus, mengukur takaran gula, mengukur suhu air dan sebagainya.
Beruntunglah bagian dessert bukan dirinya juga yang menangani. Coba kalau dirinya juga, sudah pasti felix tak akan sanggup bekerja seorang diri.
Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Waktu dirinya pulang bekerja karna memang cafe sudah tutup. Selesai beres-beres dicafe mengunci nya dan mematikan lampu, felix langsung saja berjalan kaki menuju halte untuk pulang kerumahnya.
Siapa sangka tiba-tiba saja cuaca berubah mendung dan hujan? Mengharuskan dirinya untuk berlari sedikit kencang melewati jembatan kecil penghubung antar danau buatan ditepi sebuah taman?.
Karna hujan yg cukup deras felix memutuskan berteduh dibawah jembatan yang terbilang kecil itu.
Dingin karna hujan semakin menyeruak menembus baju kemeja biru felix yang lumayan tipis, felix bawa kedua tangan memeluk tubuhnya sendiri.
Lima menit berlalu dirinya berada disana, mata felix tertuju pada makhluk hidup yang sudah basah, ekor dan kakinya berdarah entah karna apa. Jangan lupakan bulu yang sedikit panjang ikut kotor karna hewan ini meringkuk tertidur dibawah jembatan nan usang.
Awalnya felix abai. Tapi semakin lama felix mendengar suara rintihan kecil dari hewan ini, seperti sedang menahan sakit.
Atensi felix sudah tertuju pada hewan ini sepenuhnya, felix berjongkok untuk sekedar mengelus bulu sang hewan.
Dapat felix lihat guratan ketakutan dari mimik wajah hewan itu saat felix mencoba mendekatinya
