12

532 41 9
                                    

✨Happy reading!✨
photos by : @sa_diddy

Rasanya lama sekali ia membiarkan tubuhnya melayang diperandaian. Matanya mengerjap beberapa kali. Sedikit perih, tapi ia tetap membuka matanya.

Ruangan ini cukup gelap. Dua lilin yang menyala di sudut ruangan tidak banyak membantu. Cahaya yang masuk lewat jendela juga tidak banyak, mungkin karena di luar mendung.

"Jeongin?"

Sang pangeran ke-VIII menoleh ke arah suara. Netranya menangkap seorang wanita dengan gaun putih duduk di dekat jendela. "Siapa?" tanyanya.

"Ibumu." sahut sang wanita.

Jeongin mengerutkan kening, "Ibuku meninggal ketika melahirkanku."

Sang wanita hanya tersenyum. Kembali memfokuskan dirinya pada buku tua dipangkuannya. Jarinya membalikan selembar demi selembar kertas.

Sang pangeran memaksakan dirinya untuk duduk, sekalipun kepalanya sangat pusing. "Kalau kau benar ibuku, apakah artinya aku sudah mati?"

"Ibu disini hanya memenuhi janji ibu," sang wanita kembali bicara. "Dulu ibu berjanji untuk menemuimu sekali saja. Ibu hanya ingin lihat bagaimana wajah anak bungsu ibu."

Sang wanita berdiri. Ia meletakkan buku itu di meja disamping kasur Jeongin. Ada sebuah gambar bunga yang terlihat familier diatasnya. Sang wanita berjalan mengelilingi rumah tua itu.

Dan Jeongin menyadari, kakinya tidak menampak di tanah.

"Terima kasih karena sudah menyatukan kembali delapan kepercayaan yang pernah retak,"

"Maaf karena ibu tidak pernah merawatmu, bahkan untuk menyentuhmu saja ibu tidak bisa." Sang wanita duduk dihadapan Jeongin. Ia tersenyum sambil menatap si bungsu.

Sebelah tangannya terangkat. Kemudian Jeongin mengikuti. Ia menempelkan telapak tangannya dengan telapak tangan ibunya. Hangat, namun dingin disaat yang bersamaan.

"Jeongin, semua ini tidak akan pernah usai. Bahkan dikehidupanmu selanjutnya, mereka akan tetap mencari apa yang kau punya."

"Apa yang kau punya bukan hanya tubuh dan jiwamu, tapi jiwa orang-orang disekitarmu. Dikehidupan selanjutnya, apakah kau akan tetap menjaga angka delapan ini?"

"YANG JEONGIN!"

Teriakan disertai isakan itu membuat konsentrasi Jeongin pecah. Ia menoleh ke arah jendela. Tidak ada apa-apa disana. Kemudian ketika ia kembali melihat ke arah sang wanita, ia sudah menghilang.

"YANG JEONGIN!"

Hyunjin hyung...?

Tiba-tiba saja kepala Jeongin sakit bukan main. Telinganya mendenging. Seolah anak panah baru saja mengobrak-abrik isi kepalanya. Matanya perih karena tiba-tiba saja cahaya matahari menusuk matanya.

Setetes air mata keluar dari pelupuk matanya, membasahi pipinya yang terasa panas. Ia masih mencerna apa yang baru saja terjadi, ketika ia menyadari bahwa ia sedang dalam pelukan seseorang.

"Hyunjin... hyung?" panggilnya rintih.

"Jeongin?" itu suara Seungmin, Jeongin kenal betul suara tenang itu. "Kau hidup?!"

Laki-laki tadi melepaskan pelukannya. Sedikit membanting tubuh Jeongin ke tanah. "Aku pikir kau mati, bodoh!"

"Aduh..." ia tersenyum kecil sambil berusaha duduk. Punggungnya agak sakit karena terbentur tanah. "Kau pikir aku selemah itu?"

Tidak ada yang menjawab. Ketujuh pasang mata itu hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Beberapa dari mereka mengisal matanya yang basah.

Eight of The Broken Compass - Stray Kids✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang