O5.

255 32 3
                                    

Happy Reading
photo by : sa_diddy
//

Lee Minho menghela nafas kemudian melontarkan tatapan sinisnya pada Han Jisung yang bersandar di depan pintu. Sedangkan yang ditatap hanya menyinggungkan senyuman polos di wajahnya yang lucu. "Maafkan aku!"

"Kau- astaga. Kenapa aku harus percaya padamu?!"

Karena hawa mencekam dari pangeran ke-II, Jisung kembali mengetuk pintu kayu dihadapannya. "Oh, ayolah, Kim Jungeun. Aku tidak akan menyinggung Changbin hyung lagi."

Seungmin dan Chan yang melihat itu hanya bisa menghela nafas berat. Memang ada aja tingkah bocah srimulat yang satu ini. Tadinya mereka sudah disambut baik oleh gadis itu, tapi karena Jisung tiba-tiba menyinggung soal Changbin dan masa lalu mereka, jadilah mereka dikeluarkan secara paksa.

Pintu terbuka dan gadis itu berdiri di ambang pintu. Melihat itu Jisung langsung berlutut dan memohon pengampunan. "Maafkan aku. Kami butuh bantuanmu, ya ya ya?"

Sang gadis tersenyum miring karena berhasil membuat sang pangeran menekuk lutut dihadapannya. "Aku akan bicara pada saudaramu. Kau tunggu saja di luar!"

Jisung mencebik bibirnya, "Dingin tau!"

"Bagus. Biarkan saja Han Jisung jadi boneka salju di sini." sahut Minho lalu nyerocos masuk ke rumah sang gadis. Diikuti dengan Chan dan Seungmin yang sempat menepuk pundak Jisung beberapa kali.

Jadilah Jisung duduk diambang pintu, walaupun gadis itu sengaja tidak menutup pintu dengan rapat tapi anak itu tidak berani macam-macam.

Seungmin mengeluarkan gulungan kertas yang ia dapatkan di perpustakaan kemarin. "Ini yang aku dapat. Apakah kau mengerti isinya?"

"Ini catatan yang ditulis oleh penyihir putih tahun 2000," sahut Jungeun sambil menelisik setiap coretan yang ada disana, "Dimana kalian menemukannya?"

Seungmin mengangkat bahunya acuh, "Kemarin karena perpustakaan hancur, aku menemukannya diantara kotak-kotak yang berserakan."

Sang gadis mengumamkan sesuatu. Matanya sedikit berbinar saking kagumnya. "Harusnya ini disembunyikan dengan sihir. Kalau kalian menemukannya artinya... saatnya tiba."

Chan sedikit menghela nafas. "Saat apa?"

"Ada sebuah ritual yang akan dilaksanakan oleh para iblis di bulan merah, yang datang 20 tahun sekali, agar mereka menjadi lebih kuat dan bisa menggunakan kekuatan mereka untuk mencelakai manusia. Mereka membutuhkan jantung anak ke-8 untuk ritual itu."

Tubuh Chan menegang, "Jantungnya adalah inti yang mereka mau." gumamnya, lebih kepada diri sendiri.

Jungeun mengangguk. "Hanya ada dua keluarga dengan delapan saudara di dunia ini. Aku dengar King Brian pergi untuk mencari anak itu agar Tuan Yang tetap hidup."

"Ayah- apa?!" tanya Minho sedikit syok. Selama ini ia berpikir ayahnya pergi untuk urusan dengan kerajaan tetangga.

"Kalian tidak tau? Tuan Bang tau hal itu."

Seungmin dan Minho sontak menatap Chan dengan tatapan yang sulit diartikan. Sedangkan Chan hanya berdeham sebentar kemudian melanjutkan, "Bisa tolong dilanjutkan, Kim Jungeun-ssi?"

Tangan gadis itu menunjuk sebuah gambaran di gulungan kertas, "Beratus-ratus tahun para iblis masih belum berhasil melakukan ritual itu karena penyihir putih masih ada."

"Kemana sang penyihir itu?"

Jungeun tersenyum simpul kemudian menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan, "Beliau- sudah lama sekali mati."

Eight of The Broken Compass - Stray Kids✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang