Pagi yang cukup cerah dan aku sudah berada di Telaga Putri bersama beberapa kawan untuk hunting foto sembari melepas penat. Sudah lebih dari seminggu tak ada kontak dari Nisa setelah bermalamku disana waktu itu. tak ada pikiran negatif apapun yang terbersit sampai tiba-tiba ada pesan masuk ke handphoneku dari nomor asing.
Nisa sama kamu nggak?
Pesan dari nomor yang tak kukenal membuatku mulai merasa aneh. Terlebih lagi muncul pesan senada dengan nomor yang berbeda. Kali ini nomor yang dulu pernah dipakai Nisa untuk mengontakku. Kucoba menelepon nomor Nisa dan seperti yang kuduga, nomor itu tidak aktif.sepertinya memang ada yang tidak beres. Akhirnya coba kukontak nomor yang pernah dipakai Nisa dan ada yang mengangkat telepon itu. kudengar suara wanita yang menjawab teleponku.
"Halo mas Prabu, Nisa lagi sama kamu nggak?"
" Loh ini siapa ya? Nisa lagi nggak bareng sama aku tuh... emang ada apa ya?"
"Oh aku Stella mas, ini si Nisa nggak ada kabar sejak 3 hari lalu. Ini Charles juga nyariin... mas Prabu dah dikontak sama Charles?"
"Ini ada satu pesan yang aku gakenal nomernya sih, mungkin Charles,"
"Oh oke mas, kalo ada kabar atau ketemu sama Nisa tolong kabarin aku ya mas"
"Oke, saling berkabar aja ya siapa tau dirimu ketemu duluan sama Nisa."
Kututup teleponku dan kini otakku mulai terisi pikiran negatif tentang Nisa. Kemana?Dimana?Ngapain?kok sampai nggak kasih kabar ke siapapun. Bahkan Charles pun sampai bertanya padaku walaupun hanya dengan sebuah pesan pendek. Tiba-tiba saja handphoneku kembali berdering. Kini giliran si nomor yang tak dikenal yang meneleponku.
"Halo ini siapa ya?" tanyaku membuka pembicaraan.
"Halo Prabu, ini Charles. Nisa ada disitu nggak ya?"
"Ini tadi aku juga abis ngobrol sama Stella, Nisa lagi nggak bareng sama aku. Emang ada apa sih? kok kayanya ada masalah."
"Hari ini dirimu sibuk nggak? Bisa kita ngobrol sebentar?"
"Sorean aja, aku lagi hunting foto di Kaliurang sekarang."
"Oh oke, nanti kabarin aja mau ketemu dimana nanti sore."
"Oke," jawabku lalu kututup pembicaraan kami. Sudah kuduga pasti ada sesuatu yang tidak beres dengan Nisa. Dan lagi-lagi sekarang aku harus ikut pusing karenanya.
Waktu bergulir dengan cepat. Sore ini aku sudah duduk di warung kopi daerah Nologaten. Segelas coklat panas masih mengepul di meja. Aku sedang asik menikmati kentang gorengku ketika Charles muncul dan menjabat tanganku. Sejujurnya aku enggan bertemu dengannya kalau ini bukan karena Nisa.
"Rokok bang?" Charles menyodorkan rokok sambil menyalakan sebatang untuk dihisapnya. Aku cuma menggeleng karena memang aku tidak merokok.
"Udah ketemu?"tanyaku balik. Kini giliran Charles yang menggelengkan kepalanya lalu melepaskan asap dari mulutnya setelah melakukan sebuah hisapan yang cukup dalam. "Sebenernya ada apa?" lanjutku.
"Nisa ngilang gatau kemana. Kami sempet ribut beberapa hari lalu waktu aku nemuin ini dikamar Nisa," muka Charles berubah serius dan menyodorkan sesuatu ke padaku... Segulung tali wool merah... tali yang sama yang ada di tangan Nisa waktu terakhir.
"Kenapa sama tali wol ini?" tanyaku bingung.
"Aku yakin kamu tau tentang tali wol merah itu bang. Gak mungkin Nisa gak cerita ke kamu bang,"
"Iya aku tau ini jadi tanda kalo Nisa lagi dihukum, terus kenapa sama talinya?" suaraku agak meninggi karena sedikit jengkel dengan kalimat yang diutarakan Charles.
"Kalem bang, aku nggak mau ribut kok disini, ya gara-gara tali itu kami ribut kemarin lalu tiba-tiba Nisa pergi tanpa kabar. Semua barang-barangnya ditinggal dan tanpa kabar sampe sekarang. Aku jadi pusing dibuatnya bang,"
"Nah sekarang siapa yang keterlaluan?" tanyaku ketus. "Udah berhari-hari kan ada tali merah itu di tangannya, aku dah liat itu sejak kita ketemu di Prambanan," sambungku lagi lalu mulai menyeruput coklatku. Charles hanya terdiam sambil terus menghisap rokoknya dalam-dalam dan memandangi langit-langit.
"Terus kita mau ngobrol apaan sekarang?" kembali kulontarkan pertanyaan setelah bebrapa menit kami hanya saling terdiam.
"Aku bingung bang... ga tau harus nyari kemana lagi..."
"Lah kamu aja bingung apa lagi aku yang belum lama kenal," jawabku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku.
"Nah itu dia bang, tapi kan abang juga deket sama Nisa kan, kalo ada kabar dari dia tolong aku dikabarin bang," pinta Charles.
"Udah coba cek rumahnya yang kampung? cek ke kampus? temen-temen deketnya yang lain?"
"Udah bang tapi semua nihil. Aku pun nggak berani bilang ke orangtuanya kalo Nisa kabur bang,"
"Aku juga nggak punya clue apapun tentang hilangnya dia. Bahkan uda seminggu lebih ngga ada kontak dari Nisa... ntar deh kalo ada nemu kabar aku kontak dirimu," jawabku mencoba menenangkan. Tak ada lagi obrolan yang terjadi setelahnya dan akhirnya Charles pamit meninggalkanku yang masih termangu memikirkan perginya Nisa.
Ditengah lamunanku tiba-tiba handphoneku kembali berdering. Sebuah pesan masuk. Itu pesan dari Stella.
Mas bisa mampir ke kosan?
Aku mengernyitkan dahiku, apa maksud Stella meemintaku datang ke kos dia. Ku kemasi semua barangku lalu bergegas menuju ke tempat Stella untuk mencari tahu apa maksud dari Stella memintaku mendatanginya. Tentang Nisa? Semoga...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Gelap
RandomAku bukan siapa-siapa, hanya seseorang yang lewat dan tiba-tiba diberi sekantong sampah kehidupannya yang penuh lara. Bilur-bilur di hatinya bahkan tidak menyisakan tempat untuk memperlihatkan warna aslinya. Semua lebam menghitam menyiratkan kepedih...