Xiondra | 04

865 91 20
                                    

Happy reading!

•••

Beberapa motor besar memasuki kawasan mansion secara bersamaan. Mereka turun dari motor masing-masing setelah memarkirkan kendaraan mereka dengan rapi. Empat orang lelaki tersebut mulai melangkah masuk kedalam mansion. Namun belum lima langkah mereka masuk, mereka dengan serentak langsung menghentikan langkah mereka saat melihat seorang perempuan berambut panjang tengah duduk di sofa dengan posisi membelakangi mereka.

Mereka berempat menatap satu sama lain. Lantai satu yang sengaja mereka pasang lampu yang tidak terlalu terang, membuat mereka sulit untuk menebaknya. Hanya satu yang terpikir di kepala mereka berempat.

Hantu.

Bobi mencondongkan kepala nya kesamping wajah Alan. “Lan!” Katanya berbisik.

“Anjir!” Umpat nya terkejut sambil membekap mulutnya sendiri takut suaranya terdengar oleh perempuan yang tengah duduk di sofa tersebut. Dengan kuat Alan mendorong kepala Bobi menjauh darinya.

“Gue kaget anjir!” Serunya dengan suara pelan sambil menatap tajam Bobi yang tengah menyengir seraya menatap nya.

“Bisa diam gak sih?” Sela Nuga. Lelaki tersebut berjalan dengan sepelan mungkin mendekati perempuan tersebut.

Dendi yang dasarnya sangat penakut langsung berjalan menghampiri Nuga dan langsung mengapit lengan Nuga. “Lepas den!” Nuga berusaha melepaskan tangan Dendi yang mengapit lengannya.

“Gue takut Ga!” Ucapnya memberi tau.

Nuga menatap Dendi sekilas. “Siapa?”

“Gue lah!”

“Yang nanya!” Katanya ketus.

Dendi merengut kesal, namun ia diam tak berbicara. Sedangkan Alan dan Bobi yang tertinggal di belakang langsung menghampiri kedua teman nya itu. Alan mengambil tempat di samping kanan Nuga sedangkan Bobi di sebelah kiri sambil memegang tangan Dendi.

Nuga menghentikan langkah kakinya. Dengan wajah datarnya Nuga menatap sekilas samping kiri dan kanannya. Ia menghela nafas kasar kemudian menghempaskan kedua tangan yang memegang tangannya secara kasar. “Kalian ini kenapa sih?” Tanyanya dengan suara datar.

“Serem Ga!” Ucap Bobi yang di angguki Alan dan Dendi.

“Jauh-jauh dari gue, entar di kira homo lagi sama mbak kunti. Gini-gini gue masih suka lobang ya.” Sarkas Nuga.

Alan, Bobi dan Dendi tertawa renyah kemudian merubah raut wajah mereka menjadi datar. “Lawak lo Ga!” Ucap Alan.

“Hai,” Sapa sebuah suara.

Badan mereka berempat menegang, secara bersamaan mereka mulai menatap kearah depan, dan...

“AAAAAAAAAAAKH!!!!” Teriak mereka bersamaan. Bahkan Dendi sudah meloncat kerah Bobi, bergelantungan bagai monyet.

“HANTUUU!”

“MBAK HI HI HI HI!”

“KUNTILBERANAK!”

“KUNTILANAK BODOH!”

“KUNTILANAK? MANA KUNTILANAK MANA? HUAAAA HANTU!!”

“MBAK HI HI HI KENAPA IKUT TERIAK JUGA?” Tanya Bobi dengan polosnya.

Brak!

“ADA APA INI?”

•••

Kelima orang yang tadi sempat membuat heboh mansion dengan terikan membahana mereka, kini kelima nya tengah duduk bersejajar di sofa dengan kepala menunduk. Takut menatap dua orang lelaki yang tengah duduk di hadapan mereka seraya menatap mereka datar.

“Jadi siapa dalangnya?” Tanya Rendi datar. Mata tajamnya bergulir menatap kelima orang di hadapan nya itu.

“Dia.” Ucap mereka serentak. Nuga, Alan, Bobi dan Dendi menunjuk perempuan yang hampir membuat mereka berempat sport jantung. Sedangkan perempuan itu menunjuk keempat lelaki tersebut.

“Jadi mana yang bener?” Rendi bertanya kembali dengan nada yang lebih datar.

“Dia.” Ulang mereka dengan serentak tak lupa jari mereka yang saling tunjuk.

Rendi menghela nafas. “Jadi mana yang bener?” Tanyanya.

“Gue.” Seru perempuan tersebut.

Nuga, Alan, Bobi dan Dendi menatap perempuan tersebut dengan tajam. “Mana ada. Kita ya yang bener!” Ucap keempat lelaki tersebut dengan serentak, bahkan mereka mengucapkan nya dengan mata melotot.

“Mana ada, gue yang bener!” Perempuan tersebut pun tak mau kalah.

“Kita berempat!” Ucap mereka.

Perempuan tersebut menghela nafas. “Kalian cowok bukan sih?”

“Cowok lah, mau gue liatin sini!” Dendi meringis saat lengan nya di pukul perempuan tersebut.

“Najong. Nah tau pun kalian cowok, cowok itu selalu salah.”

“Mana bisa gitu,” Protes Bobi tak terima.

“Bisa dong. Karena pada dasarnya cewek itu selalu benar dan cowok itu selalu salah dan itu bagian dari hukum alam yang cukup dipercaya dan tak perlu penjelasan apa-apa!” Katanya.

Kedua orang lelaki yang sedari tadi memperhatikan perdebatan di hadapan mereka, menghela nafas jengah. Hingga salah satu dari mereka menggebrak meja barulah kelima orang tersebut langsung terdiam dan menunduk kembali.

“Nuga, jelasin!” Perintah Rendi datar.

•••

Bersambung...

XIONDRA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang