[7] Kabur

756 97 18
                                    

Grassie melompat dari atas gerbang belakang Istana dengan susah payah karena gaun yang ia kenakan sangat besar dan panjang, namun setelah berkelit dengan gaunnya akhirnya kakinya berhasil menyentuh pijakan tanah. Grassie mendesah pelan karena sekarang merasakan kakinya sedikit terkilir.

"Sial!" Umpatnya kesal melihat pergelangan kakinya yang memerah, kepalanya mendongak kekanan dan kekiri untuk memastikan dirinya berhasil kabur dari Istana, para penjaga terlihat tidak ada di pintu belakang karena beberapa hari lagi akan berlangsung pesta kerajaan yang sudah pasti Grassie sangat tidak ingin menghadirinya.

Pesta tiap tahun yang selalu diakan di dalam Istana, mengundang beberapa para bangsawan serta pengawal hebat dari berbagai penjuru dunia, seharusnya Grassie senang karena banyak pria tampan yang akan hadir, namun tetap saja hati sang Puteri jatuh pada pengawal bodoh yang selalu menganggapnya seorang adik kecil. Grassie ingin sekali membenci Jaehyun sungguh! Karena sikap pria itu sangat menyebalkan tetapi di dalam hati kecilnya ia sama sekali tidak bisa membencinya karena Grassie terlalu mencintainya.

Kaki Grassie terus melangkah entah kemana tidak tahu tujuan, yang terpenting sekarang Grassie dapat menghilangkan penat dalam otaknya untuk sekedar berjalan-jalan sore. Ia melepas kedua sepatunyanya karena kakinya sangat terasa sakit dan lebih nyaman jika ia melepaskan sepatu kacanya yang sangat indah.

Beberapa orang di pesisir jalan terlihat memperhatikannya, mungkin terlebih bingung karena Grassie tidak memakai alas kaki sama sekali.

"Permisi," Seseorang wanita paruh baya menegurnya karena Grassie terlihat sangat bingung berada di tengah kota. "Apa kau baru saja kabur dari pernikahanmu?" Tanya wanita itu menatapnya dari atas hingga bawah.

Grassie mengerutkan dahinya. "Aku tidak menikah."

"Iya, kau tidak menikah karena kau lari dari pernikahanmu sendiri?"

"Tidak," Jawab Grassie.

"Apa kau baik-baik saja? Kakimu terlihat terluka," Ujar wanita itu melihat telapak kaki Grassie yang mungkin sekarang sudah memerah dimana-mana karena gadis itu tidak memakai alas kaki selama berjalan. "Kau ingin pergi kemana? Kau terlihat bingung?"

Tiba-tiba Grassie teringat sesuatu, "Apa kau kenal Doyoung?"

Sang wanita tertawa bingung. "Gadis muda, apa kau lupa ingatan? Ada puluhan ribu orang yang bernama Doyoung di dunia ini,"

"Ah..." Kepala Grassie mengangguk pelan, benar juga apa yang di katakannya. Tetapi masalahnya ia sama sekali tidak tahu apapun soal Doyoung, hanya bermodalkan nama yang ia tahu.

"Ada nomor yang bisa di hubungi?"

Kedua mata Grassie terpejam mencoba memikirkan sesuatu, tujuan tidak jelas, hanya nama yang ia tahu, bahkan nomor pria itu saja Grassie tidak menyimpannya, jangankan nomor bahkan ponsel saja Grassie tidak punya. Tiba-tiba otaknya mengingat sesuatu, awal tempat dimana ia dan Doyoung bertemu.

"Apa kau tahu, ada taman besar..." Grassie mencoba mengingat tempat pertama kali Doyoung menolongnya, "Dengan lampu jalan berwarna-warni..."

"Ah! Taman kota? Kau ingin kesana?"

Kepala Grassie mengangguk cepat. "Apakah jauh?"

Wanita itu tersenyum, "Aku akan mengantarmu, ayo ikut."

Grassie tersenyum senang, lalu mengikuti langkah wanita paruh baya itu menuju parkiran mobil, Grassie di persilakan untuk masuk ke dalam mobilnya dan menuju tempat yang ia inginkan.

🌱🌱🌱

"Kau tidak akan menemukannya Jaehyun," Yuta bersedekap tangan dan bersender di antara pintu ruang tengah dan kamar sang Puteri. "Aku yakin sekali dia sudah amat sangat membencimu sekarang,"

Jaehyun berdecak kesal, sudah hampi satu jam Jaehyun memutari ke seluruh penjuru Istana hanya untuk mencari keberadaan gadis itu tetapi nyatanya sama sekali tidak ada batang hidung yang terlihat olehnya. Sedangkan teman brengseknya ini sama sekali tidak membantunya hanya sibuk memberi ceramah tentang dirinya.

Jika Jaehyun tidak dapat menemukan gadis itu hingga pukul tengah malam, ia yakin seluruh Istana akan gempar bahwa sang Puteri telah menghilang dari Istana.

"Sudahku bilang dia kabur,"

"Berhenti mengeluarkan suaramu," Jaehyun berdecak kesal ketika tidak berhasil menemukan Grassie di sudut manapun, "Bisakah kau membantuku untuk mencarinya dari pada kau terus membicarakan hal tidak penting dan terus menyudutiku."

Yuta mengangkat kedua bahunya, "Gampang, dia sudah pasti ada di tengah kota."

Jaehyun menoleh menatap Yuta.

"Tidak yakin, tapi kemungkinan besar ada."

"Dia tidak akan keluar dari Istana."

"Kau terlalu bodoh Jaehyun, sang Puteri sangat nekat, apalagi dia benci berada di dalam Istana. Bukankah itu hal yang gampang?"

"Tidak mungkin, Grassie tak-"

"Dia lebih takut pada sikapmu yang terus terusan mencoba untuk menghindarinya."

Jaehyun membuang napasnya kesal. "Aku akan keluar," Ia segera menutup pintu kamar Grassie, kalimat yang Yuta ucapkan ada benarnya juga, samg Puteri sangat nekat ia akan melakukan hal apapun untuk hal yang menurutnya benar. "Kau ikut?"

"Tidak," Yuta menggeleng, "Kau saja, aku akan beri alasan pada Raja kemana kau dan tuan Puteri pergi."

Kepala Jaehyun mengangguk.

"Jaehyun, berhenti bersikap menyebalkan untuknya,  jika kau benar-benar tidak mencintainya cobalah katakan perasaanmu yang sebenarnya terjadapnya agar tuan Puteri tidak berharap lebih padamu lagi," Yuta mengucapkan kalimat panjang itu dengan serius, "Kabari aku jika kau dapat kabar." Tangannya menepuk pundak Jaehyun, seolah menyalurkan semangat agar pria itu dapat menemukan sang Puteri.

Jaehyun mengangguk sekilas dan segera menuju garasi belakang untuk mengambil mobilnya, entah tujuan mana yang akan ia tuju, sekarang yang ia tahu adalah menuju pusat kota.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang