[4] Pelukan Hangat

2.3K 268 24
                                    

"Whoa! Aku tidak percaya ini!"

Doyoung langsung membuka kaca mobilnya ketika pintu gerbang Istana Uchisar terbuka lebar, pintu gerbang yang berlapis emas itu sungguh membuat Doyoung sangat kagum dan berdecak tidak percaya. Istana ini benar-benar sangat mewah dan sekarang yang berada di mobilnya ini merupakan seorang Puteri.

Para pengawal serta Prajurit langsung mengerubungi mobil milik Doyoung membuatnya langsung mengerem secara mendadak, mata pria itu terbelalak kaget ketika semua pengawal ini langsung mengarahkan pistol mereka ke arah dirinya, dia langsung mengangkat kedua tangannya ke atas.

"Baiklah, habislah aku setelah ini."

Grassie terkekeh mendengar ucapan Doyoung lalu dia membuka pintu mobil dan melangkah keluar.

"Tuan Puteri, apakah kau baik-baik saja?"

"Ibunda, mencarimu Tuan Puteri."

"Yang Mulia mencarimu kemana-mana."

Dayang-dayang Istana langsung menyerahkan peralatan hangat untuk sang Puteri, pengawal Istana langsung segera membuka pintu mobil milik Doyoung dan menarik laki-laki itu secara paksa untuk keluar mobil. Tubuhnya langsung berlutut tepat di hadapan Grassie. Lalu mereka mulai menarik pelatuk pistol mereka bersiap untuk menembak Doyoung.

"Hentikan! Dia temanku," Kata Grassie. "Cepat bangun!" Dia langsung menyuruh Doyoung untuk segera berdiri. Namun ketika dia ingin berdiri suara seseorang berhasil menginstrupsinya untuk tidak bangun dari posisinya.

"Anak-ku!"

Grassie memutar tubuhnya dan melihat Ibunya berlari ke arahnya, lalu dalam hitungan detik dia telah berada di dalam pelukan sang Ratu.

"Kau pergi kemana? Mengapa kau kabur dari Istana? Jangan membuat khawatir!" Ratu Everance, Ibunda Grassie memberi ceramah kepada sang anak. "Semua orang di Istana mencarimu, kau satu-satunya penerus!"

"Bisakah kau mentaati aturan Istana Tuan Puteri?" Sang Raja menampakkan raut wajah marah. "Kau tidak bisa seenaknya keluar masuk Istana! Jika kau terus melakukan ini silakan kau angkat kaki dari Istana!" Raja Tarrence membentak sang Puteri di hadapan seluruh penghuni Istana, wajah sang Raja sudah tampak sangat merah karena menahan kekesalan pada sang Puteri.

"Tidak, Raja!" Teriak Ratu Everance. Tiba-tiba dia menangis karena sang Raja menyuruh Puterinya untuk keluar dari Istana. Dia langsung kembali membawa Grassie ke dalam pelukannya.

Semua penghuni Istana melebarkan matanya tidak percaya karena secara tidak langsung sang Raja mengusir anaknya untuk segera pergi. Memang Puteri Grassie telah melakukan banyak kesalahan di Istana, tetapi sang Puteri sangat baik, mereka akan merasa kehilangan jika Puteri pergi dari Istana. Walaupun terkadang sang Puteri sangat menyebalkan dalam beberapa saat atau terkadang menjadi sangat baik, para penghuni Istana menyayanginya. Sang Puteri terlalu baik untuk mereka.

Grassie mendesah pelan, dia melepaskan rangkulan sang Ratu. "Apa itu yang kau inginkan, Yang Mulia?" Tanya Grassie dengan nada sarkastik.

"Aku adalah Ayahmu! Hormati aku! Panggil aku dengan sebutan Ayah!" Sang Raja berjalan mendekat lalu menarik Grassie untuk menjauh dari Sang Ratu. "Jika kau tidak bisa menghormatiku silakan kau angkat kaki dari Istana!"

Tidak ada yang berani melakukan apapun untuk menolong Tuan Puteri, para pengawal, Prajurit, serta dayang-dayang hanya berani menundukan kepalanya ketika Sang Raja menarik Grassie menuju gerbang Istana bahkan Sang Ratu hanya bisa menangis melihat anaknya yang terlihat meringis kesakitan ketika di tarik secara paksa.

"Baiklah jika itu yang kau inginkan aku akan segera keluar dari Istana, satu hal yang kau harus tahu... kau tidak pernah menjadi Ayah untukku, Yang mulia." Grassie tersenyum lemah lalu menarik tangannya dari cengkraman Ayah tirinya. "Kau hanya seorang Raja yang terkenal dengan keangkuhanmu! Kau hanya seorang Raja yang hanya menyakiti rakyatmu, kau tidak pernah berhasil menjadi seorang Raja! Terlebih menggantikan Ayahku... kau tidak pernah berhasil."

THE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang