Grassie berjalan memindik menuruni anak tangga istana. Entah sudah berapa anak tangga yang ia pijak namun dirinya juga belum berhasil untuk sampai ruang bawah tanah dimana tempat para tahanan berada. Jantungnya berdegup cepat ketika melewati beberapa sel yang sangat gelap di iringi dengan suara teriakan meminta tolong, beberapa tangan keluar dari sela-sela besi mencoba untuk meminta tolong padanya semakin membuat hawa tempat ini semakin buruk. Grassie bersumpah ia tidak ingin lagi menginjakan kakinya di sini kembali jika tidak dalam keadaan yang penting seperti sekarang, menolong Doyoung, pria yang telah membantunya semalam dan membawanya kembali selamat ke Istana.
"Tolong!"
"Keluarkan aku!"
"Kumohon!"
Teriakan dari para tahanan terus menggema ke dalam indra pendengaran putri Grassie, tetapi ia mencoba sekuat tenaga untuk tidak mendengarnya, mengabaikan untuk saat ini adalah pilihan yang tepat.
Setelah berhasil mencapai anak tangga terkahir Grassie menghembuskan napasnya dengan lega dan melihat sekitar memastikan para penjaga tidak ada. Kakinya melangkah pelan menuju sel penjara paling ujung yang dimana ia yakini bahwa Doyoung berada di situ karena menurut peraturan Istana, kejahataan terbesar berada di penjara paling bawah dan membawa kabut Puteri Istana merupakan kejahatan besar dalam protokol Istana.
"Puteri?"
Bola mata Grassie membesar ketika berhasil menemukan Doyoung. "Akhirnya!" Grassie bertepuk tangan senang ketika kembali melihat pria itu.
"Kenapa kau bisa ada di bawah sini?" Doyoung mendekat, tangannya menggenggam jeruji besi yang menghalanginya.
Grassie memutar bola matanya, "Tentu saja menyelamatkan kau, bodoh!"
"Hentikan ucapan kasarmu, kau seorang Puteri." Doyoung melebarkan kedua matanya, menatap galak Puteri Grassie.
"Seriuskah? Kau ingin berdebat denganku? Di sini?" Grassie menyilangkan kedua tangannya di dada, menantang perdebatan keduanya.
"Keluarkan aku dari sini lebih dulu," Perintah Doyoung, "Baru aku akan berdebat denganmu."
"Hei! Kau memerintah seorang Puteri!"
Doyoung berdecak. "Puteri macam apa yang membiarkan rakyatnya yang tidak bersalah ada di dalam sel penjara?"
"Hei--" Ucapan Grassie terhenti ketika mendengar derap langkah kaki, ia langsung berlari lalu bersembunyi di balik tiang besar perantara dua ruangan. Grassie mengintip dan melihat beberapa para penjaga sedang memberikan makanan untuk para tahanan, mata Grassie melirik ke arah Doyoung dan melihat pria itu menunjuk sesuatu dengan matanya dan Grassie dapat menangkap arti itu.
Kunci sel itu berada di ujung pintu tempat dimana para pengawal sedang berdiri berjaga dan sisanya sedang membagikan makanan, otak Grassie mencoba untuk berpikir mencari cara bagimana kunci sel itu bisa berada di tangannya. Tetapi sebelum Grassie memikirkan sesuatu hal, pria itu sudah berteriak-teriak tidak jelas membuat Grassie terkejut karena sekarang para pengawal mendatangi sel milik Doyoung.
Grassi rasanya ingin meneriaki Doyoung bahwa pria itu sangat bodoh karena membuat para penjaga datang ke arahnya, tetapi ini bagus untuk Grassie karena sekarang tempat dimana kunci sel itu berada tidak ada yang menjaganya, jadi dengan setengah berlari dan mengangkat gaunnya Grassie berusaha mengambil kunci itu dan setelah berhasil tiba-tiba saja seseorang menutup mulutnya membuat Grassie hampir mengigit tangan orang itu jika saja tidak memberi tahu siapa dirinya.
"Ini aku!" Jaehyun berbisik tepat di samping telinga Grassie, membuatnya berhasil menghembuskan napasnya dengan lega. "Beraninya seorang Puteri masuk ke ruang bawah tanah, eh?"
"Jaehyun aku-"
"Ssst!"
Para penjaga berlari melewati mereka tanpa terlihat yang berdiri di antara pilar, mereka mulai meninggalkan ruang bawah tanah. Jaehyun dapat menghembuskan napasnya dengan tenang karena rencananya telah berhasil.
"Apa kau merencanakan sesuatu?" Tanya Puteri Grassie ketika melihat para pengawal itu telah pergi.
Jaehyun mengangkat bahunya acuh, "Hanya rencana kecil. Ayo kita tolong temanmu." Jemari tangan Jaehyun langsung tertaut diantara jemari tangan Grassie membuat jantung Grassie begedup cepat karena itu.
"Kenapa kalian bermesraan?"
Grassie dan Jaehyun menatap kesal ke arah Doyoung yang sedang memperhatikan kedua tangan mereka yang tertaut. "Kau ini kenapa menyebalkan sekali sih? Aku sudah membantu! Seharusnya kau mengucapkan kalimat terimakasih!" Seru Grassie kesal.
Doyoung terkekeh. "Ah, baiklah. Terimakasih Puteri Grassie."
"Seperti itu lebih enak untuk di dengar."
Jaehyun menginsyaratkan keduanya untuk diam, karena ia merasa sekarang para penjaga sudah mulai kembali. "Aku titip Puteri Grassie padamu, aku akan menangani ini," Ujar Jaehyun kepada Doyoung.
Doyoung mengangguk paham lalu mulai mejaga Puteri Grassie, entah apa yang di lakukan Jaehyun tetapi berhasil membuat para penjaga itu berbicara dengannya dan jalan untuk kembali ke Istana sudah kosong tidak ada yang menjaganya, dengan kesempatan itu Doyoung dan Grassie segera berlari dan menaiki anak tangga untuk kembali ke atas. Grassie sedikit kesulitan untuk berlari karena gaunnya yang panjang dan itu membuat Doyoung harus mengangkat gaunnya agar Puteri itu dapat berlari.
Perjuangan mereka belum selesai sampai di situ, setelah mereka berhasil untuk naik ke atas Puteri Grassie harus segera mengeluarkan Doyoung dari Istana agar pria itu bisa kembali ke rumahnya.
"Aku akan membunyikan alarm waspada di dalam kamarku agar semua pengawal datang, dan saat aku membunyikan alarm waspada kau harus segera berlari keluar dari Istana, kau paham?" Tanya Grassie pada Doyoung yang saat itu terlihat bingung. "Aku tidak punya waktu untuk penjelasan lebih banyak, jika kesempatan ini kau lewatkan, kau akan kembali masuk ke dalam sel tahanan."
Doyoung menggaruk rambutnya yang tidak gatal karena merasa bingung, di satu sisi ia merindukan keluarganya, merindukan suasana luar tetapi ia juga tidak bisa meninggalkan Grassie di sini. Puteri itu pasti merasa tersiksa karena berada di tempat yang sama sekali tidak di inginkan olehnya.
"Kau tidak ingin ikut denganku?"
"Maksudmu?"
"Aku yakin kau tidak bahagia tinggal di sini, benarkan Puteri?"
Grassie terdiam mendengar ucapan Doyoung, memang benar adanya. Walaupun tidak bahagia setidaknya Grassie masih bisa tersenyum karena ada Ibu dan juga Jaehyun yang akan selalu membuatnya tersenyum. Grassie percaya itu.
"Aku bahagia,"
"Jika kau bahagia kau tidak mungkin pergi meninggalkan Istana ke pusat kota-"
"Doyoung, berhenti untuk tahu segalanya tentangku. Aku Puteri kerajaan, aku bahagia di Istanaku. Jadi berhenti bertingkah seolah kau sangat mengenalku. Kita baru bertemu semalam dan kau tidak tahu apa-apa tentangku," Bola mata Grassie menatap tajam ke arah Doyoung sedangkan pria itu hanya dapat menghembuskan napasnya dengan berat. Grassie melanjutkan kalimatnya. "Aku akan masuk ke dalam kamarku dan kau harus cepat berlari meninggalkan Istana setelah aku membunyikan alarm."
Doyoung menganggukan kepalanya, saat Grassie ingin berlari masuk ke dalam Istana, Doyoung menarik tangan gadis itu. "Aku senang bertemu denganmu, Puteri."
Grassie tersenyum. "Aku juga, Doyoung."
"Kau bisa datang ke pusat kota dan temui aku jika sesuatu terjadi padamu," Doyoung mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya. "Kau bisa datang ke sini, jika membutuhkanku."
Grassie mengambilnya lalu menyimpannya di balik gaun miliknya. "Terimakasih." Ia langsung kembali masuk ke dalam Istana untuk membunyikan alarm waspada.
Setelah alarm itu berbunyi Doyoung menggunakan kesempatan ini untuk berlari meninggalkan Istana. Setidaknya Doyoung tidak menyesali masuk ke dalam penjara karena menolong sang Puteri.
Doyoung berharap setelah ia keluar dari sini, Grassie akan menjalani kehidupan bahagia layaknya seorang Puteri di dalam cerita. Bukan seperti apa yang di lihatnya kemarin.
Kehidupan yang sama sekali tidak di harapkan oleh siapapun.
🌱🌱🌱
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BODYGUARD
Fanfiction"Aku benci kau." "Aku tahu." "Tapi aku mencintaimu!" "Bisakah kau diam?"