Grassie menghembuskan napasnya dengan berat setelah membaca sebuah novel, kisah percintaan di dalam buku terkadang berjalan mulus sangat berbeda dengan dirinya yang masih tetap sama hanya bisa menatap Pria itu dari sini. Seharusnya Grassie menyadarinya dari awal bahwa Jaehyun tidak pernah melihatnya sebagai Wanita, Jaehyun mencintainya layaknya Grassie seorang adik kecil.
Selama beberapa minggu terakhir, Jaehyun terlalu sibuk dengan urusan Istana dan tidak pernah memperhatikan Grassie, apapun yang Grassie inginkan dan butuhkan Jaehyun tidak pernah memenuhinya lagi bahkan untuk menemani Grassie makan saja akhir-akhir ini Jaehyun tidak bisa menemaninya. Grassie benci itu, ia tidak suka di diamkan seperti ini, Grassi sudah kehilangan Ayahnya bahkan Ibunya pun sekarang telah sibuk dengan urusannya sendiri. Grassie benar-benar sendirian sekarang.
"Sudah jam makan siang, Puteri." Yuta membungkukan badannya sesaat lalu tersenyum, "Apa kau masih ingin tetap di sini?"
Grassie hanya melirik Yuta, sang prajurit istana dan kembali memandang Jaehyun yang tengah sibuk berlatih panah.
"Kau tahu? Jaehyun akan marah jika tahu kau melewatkan jam makan siangmu, nanti akan aku beri tahu padanya jika kau tidak makan." Ucapan Yuta semakin membuat Grassie menghembuskan napasnya dengan kesal, sang Puteri berdiri dari posisi duduknya dan berjalan begitu saja melewati Yuta.
Dan sang Puteri sempat berbisik kepada Yuta, "Orang yang aku benci setelah Jaehyun adalah kau, kau tahu?" Grassie menatap tajam Yuta lalu menghentakan kakinya dengan kesal meninggalkan Yuta yang tersenyum mendengar ucapan sang Puteri.
"Berhenti menyuruh diriku melakukan sesuatu, aku tidak suka!" Grassie menutup pintu itu dengan kencang, membuat Yuta sedikit terkejut dan beberapa pengawal serta dayang dayang menengok ke arahnya bahkan latihan Jaehyun pun terhenti karena suara tersebut.
"Benar-benar keras kepala." Ucap Yuta sambil menggelengkan kepalanya bingung dengan sikap sang Puteri.
"Ada apa?" Tanya Jaehyun bingung melihat Yuta yang menggelengkan kepalanya.
Yuta menggidikan bahunya.
"Apakah Grassie berbuat sesuatu lagi?"
"Dia butuh perhatianmu." Kata Yuta sambil membereskan barang-barang latihan panahnya, "Sudah aku bilang berapa kali padamu kalau kau harus peka terhadap perasaannya?"
"Oh, ayolah..." Jaehyun menghembuskan napasnya dengan kesal, karena sudah kesekian kali mereka membahas hal ini terus.
"Kau memintanya untuk tidak pergi kemana pun, tetapi kau sendiri yang memilih pergi."
"Aku tidak kemana-mana."
"Bukan itu maksudku,"
"Aku tidak bisa mencintainya dalam tahap lebih, perasaanku hanya sebatas ini."
Yuta tersenyum miring. "Jika hanya sebatas itu perasaanmu pada Tuan Puteri, lalu apakah aku boleh melebihkan perasaanku padanya?"
Wajah Jaehyun tiba-tiba berubah pias mendengar ucapan dari Yuta, tidak menyangka kata-kata itu akan keluar dari mulut temannya sendiri.
"Jika kau terus membuatnya sedih, aku akan mengambil alih tugasmu untuk menjaganya." Ujar Yuta dengan tegas, berjalan meninggalkan Jaehyun yang masih terdiam karena ucapan Yuta yang terlalu tiba-tiba.
🌱🌱🌱
Puteri Grassie hanya memandang makanannya dengan kesal, akhir-akhir ini nafsu makannya benar-benar berkurang karena tidak ada yang menemaninya makan, bahkan dayang-dayang pun khawatir karena Puteri Grassie hanya mengaduk-ngaduk makanannya saja tanpa menyentuhnya.
"Tuan Puteri, apa kau ingin makan sesuatu?" Salah satu dayang-dayang datang menghampirinya karena sudah hampir lima belas menit sang Puteri tidak menyentuh makannya.
Sang Puteri hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, padahal di meja makan yang sangat mewah itu terdapat beberapa makanan yang terlihat lezat dan juga enak, hanya saja kursi makan yang ada sepuluh hanya terisi satu yaitu Sang Puteri. Bahkan hidangan kesukaan sang Puteri tidak tersentuh sama sekali olehnya. Dayang-dayang itu memundurkan langkahnya setelah menerima gelengan dari Puteri Grassie.
"Tuan Puteri," Yuta membuka pintu ruang makan memanggil sang Tuan Puteri, "Aku membawakanmu sesuatu."
Grassie menatap bingung ke arah Yuta, melihat pria itu membawa beberapa tas di tangannya. Sebelum tas itu tiba di meja makan, beberapa pengawal dari Istana mengeceknya dan memastikannya bahwa apa yang ada di dalam tas tersebut aman hingga tiba di meja makan.
"Aku tahu kau merindukan makanan ini." Kata Yuta yang semakin membuat Grassie bingung. "Beef Burguignon, aku pesankan khusus untukmu." Yuta menyajikannya di meja makan. Masakan khas negara Perancis yang berbahan daging sapi yang dibumbui dengan beragam bumbu-bumbu. Salah satu yang membuatnya unik adalah tambahan anggur merah atau wine dalam campuran bumbunya.
Makanan ini berhasil membuat Grassie merindukan mendiang Ayahnya yang telah tiada. Makanan yang tersaji di atas mejanya merupakan makanan kesukaan Ayahnya juga, Grassie mengusap air mata yang tiba tiba menetes jatuh ke pipinya dan itu membuat Yuta khawatir.
"Tuan Puteri? Apakah aku telah melalukan kesalahan?" Bisik Yuta dengan pelan, ia menatap bingung karena Sang Puteri menangis.
"Kau seharusnya tidak menyajikan makanan seperti ini di hadapannya,"
Suara Jaehyun terdengar keras membuat perhatian Grassie dan Yuta teralihkan menatap Jaehyun yang baru saja masuk ke dalam ruang makan dan berjalan ke arah mereka. Dengan gerakan cepat Jaehyun langsung mencoba memasukan makanan ke dalam tas kembali yang telah Yuta sajikan di meja makan, tetapi gerakan tangannya di hentikan oleh Grassie.
"Aku ingin makan," Kata Grassie tanpa menatap Jaehyun yang tengah memandangnya, "Kau tidak berhak membereskannya."
Jaehyun melirik ke arah Yuta yang tengah memandang keduanya bingung, lalu kembali menatap Sang Puteri. "Perasaanmu akan memburuk jika kau makan makanan ini."
Grassie tersenyum miring, lalu menatap Jaehyun dengan tajam. "Kau tidak tahu apapun soal perasaanku, jadi berhenti untuk tahu soal perasaanku. Memburuk atau tidak, itu bukan urusanmu."
"Aku sudah katakan berapa kali padamu untuk bersikap layaknya seorang Puteri?"
"Jaehyun," Yuta berusaha mencegah pertengkaraan yang sering terjadi di antara keduanya.
"Kau mencoba memerintahku?" Ujar Grassie dengan suara penuh penekanan.
Jaehyun menarik napasnya dalam, "Aku tidak memerintahmu, aku mencoba untuk mengajarkanmu cara bersikap yang baik, Tuan Puteri."
"Apakah sikapmu sudah baik?" Grassie benar-benar benci situasi ini, ia benci karena Jaehyun bersikap labil, yang terkadang benar-benar baik atau bahkan benar-benar buruk seperti sekarang. "Sebelum kau mengatur diriku, coba kau lihat dirimu, apakah kau lebih baik dari padaku, Pengawal? Bahkan kau tidak pernah menepati janjimu, jadi hentikan omong kosongmu yang seolah-olah tahu semua tentang diriku." Ujar Grassie penuh dengan penakanan di akhir kalimat dan dengan rasa kesal ia bangkit dari kursi makannya, tidak peduli sebutan pengawal akan menyakiti hati Jaehyun atau tidak, Grassie benar-benar muak dengan Jaehyun.
"Puteri!" Jaehyun berteriak memanggilnya namun Puteri Grassie tidak menoleh sama sekali dan memilih untuk pergi dari ruang makan. "Ya Tuhan! Gadis itu benar-benar..." Jaehyun mengusap kedua wajahnya dengan frustasi.
"Kau sangat labil Jaehyun." Yuta mengeluarkan suaranya, "Tadi seolah kau tidak benar-benar peduli, sekarang kau mengatakan bahwa kau tahu tentang perasaannya?"
Jaehyun menatap Yuta tajam, "Tidak usah ikut campur."
"Aku tidak pernah ikut campur urusanmu, tetapi jika itu menyangkut Tuan Puteri, itu akan menjadi urusanku sekarang. Ingat hal yang aku katakan tadi?"
Kedua tangan Jaehyun mengepal di kedua sisi, memandang wajah Yuta yang kini sedang tersenyum ke arahnya. "Jika kau tidak bisa menjaganya, maka biarlah aku yang menggantikannya."
🌱🌱🌱

KAMU SEDANG MEMBACA
THE BODYGUARD
Fanfiction"Aku benci kau." "Aku tahu." "Tapi aku mencintaimu!" "Bisakah kau diam?"