Blair Castle in Perthshire, Skotlandia
6 Tahun Kemudian.
Jaehyun menarik napas sambil masuk ke dalam Istana besar yang ada di hadapannya. Istana itu adalah puri yang menjadi milik keluarga, Keluarga Salvatore, salah satu keluarga bangsawan paling bertanggung jawab di Skotlandia.
Ia diundang oleh Taeyong Salvatore yang merupakan mantan pejabat tinggi di kerajaan, dan sekarang telah menjadi seorang perdana mentri. Pria itu mendesah sambil melangkahkan kakinya yang terbalut sepatu boot berdebu menyusuri halaman besar Istana dan sejumlah pelayan yang membungkuk sambil menyapanya dengan penuh hormat.
Mengapa ia di hormati padahal ia hanya seorang Prajurit.
Dulu, memang ia hanya seorang Prajurit. Tetapi siapa sangka setelah kejadian beberapa tahun yang lalu, ia di angkat menjadi kepala Prajurit di Uchisar Castle in Nevşehir, Turki.
Bagi orang biasa, mungkin kehidupan seperti ini akan sangat nyaman dan mewakili kehidupan yang diidam-idamkan, namun bagi Jaehyun, semua ini sama sekali tidak mendukung bahagia. Dia selalu mendapatkan sesuatu yang kosong, dan tidak punya sesuatu untuk mengisinya. Tetapi ia punya tugas sangat penting sekarang.
"Yang mulia," Jaehyun mendudukan badannya ketika melihat Taeyong Salvatore berjalan menuju ke arahnya.
"Bisakah kau berhenti memanggilku dengan sebutan Yang Mulia?" Kata Taeyong dengan nada kesal. Ia mengenakan pakaian khas kerjaan Blair. Rambut abu-abunya yang agak keputihan itu masih setia menghiasi kepalanya dari dulu hingga sekarang. "Cepat bangun atau kau akan bertarung denganku sekarang!"
Jaehyun terkekeh geli lalu bangkit dari posisinya. "Kau tidak bisa melawanku, Yang Mulia."
Taeyong membesarkan bola matanya. "Sial! Kau berani denganku?"
"Tentu saja."
Dengan cepat Taeyong langsung mengeluarkan pedang panjang miliknya yang selalu ia bawa di pinggangnya, begitupun dengan Jaehyun, ia juga ikut mengeluarkan pedang yang selalu menemaninya kemanapun. Mereka langsung menyerang satu sama lain di halaman besar milik Istana.
Pertarungan antara Taeyong dan Jaehyun, menjadi tontonan para penghuni Istana. Ini sudah menjadi khas bagi mereka ketika Jaehyun berkunjung ke sini, mereka berdua akan melakukan pertarungan seperti ini. Teruntuk di luar sana yang tidak mengenal Taeyong dan Jaehyun mungkin akan menganggap mereka akan saling bunuh, tetapi nyatanya tidak mereka malah menikmati dan tertawa bersama. Siapa sangka, Taeyong dan Jaehyun merupakan teman kecil hingga sekarang, keluarga mereka berteman sangat baik.
"Cukup! Aku lelah!" Teriak Taeyong, ia melempar pedang miliknya ke atas halaman Istana lalu ikut menjatuhkan tubuhnya.
Jaehyun tertawa, ia ikut menjatuhkan tubunya di samping Taeyong. "Dasar kau baru begitu saja sudah lelah."
"Hei! Tentu saja aku lelah, sekarang aku tidak lagi latihan setiap hari seperti kau, sekarang aku telah di sibukkan oleh tugas-tugas sekertaris Istana yang mulai di limpahkan kepadaku sekarang." Curhat Taeyong. "Bagaimana kabar Sang Putri, aku sudah tidak lama mendengar kabarnya?"
Jaehyun menoleh, kedua alisnya terangkat. "Puteri siapa yang kau tanya? Grassie Annastasya atau Kathrine Alice?" Ia sengaja menekankan nama pada Puteri Kathrine Alice, yang merupakan mantan kekasih dari Taeyong Salvatore.
Taeyong langsung memukul pundak Jaehyun dengan kencang membuat Jaehyun meringis sakit lalu terkekeh. "Sialan kau!"
🌱🌱🌱
Uchisar Castle in Nevşehir, Turki
Sosok gadis berusia duapuluh dua tahun itu berlari melintasi koridor Istana dengan cepat, tanpa khawatir sedikitpun kalau dia akan terjatuh karena tersandung gaun berat yang sedang dikenakannya, sementara di belakangnya, dayang-dayang istana yang menjaganya tampak kewalahan untuk bisa mengimbangi langkahnya. Gadis itu tertawa riang, masih terus berlari ketika mendadak langkahnya terhenti saat tubuhnya menubruk tubuh seorang pria. Gadis itu langsung jatuh dengan siku terlebih dahulu menghantam lantai marmer istana yang keras dan dingin, membuatnya langsung mengerang kesakitan.
"Whoa, kau harus berhati-hati, Tuan Puteri," Sebuah suara yang terdengar begitu merdu menyapa kedua indera pendengarannya, membuat gadis itu mengangkat wajah. "Aku sudah katakan padamu untuk tidak berlari di Istana."
"Dari mana saja kau?" Tanya sang Puteri berganti menjadi ekspresi jengkel.
Jaehyun terkekeh geli. "Butuh bantuan berdiri?" Tanyanya sembari mengulurkan tangannya, yang langsung ditampik dengan tegas oleh sang Puteri.
"Aku bisa sendiri!" Gadis itu bangkit dengan usahanya sendiri sembari menatapi laki-laki di depannya dengan pandangan menyelidik. "Dari mana kau? Kau belum menjawab pertanyaanku!"
"Aku menghadiri undangan dari kerajaan Blair," Ucap Jaehyun dengan jujur.
Gadis itu memutar matanya dengan arogan, namun ekspresi arogannya langsung hilang saat terdengar suara derap langkah yang tergesa dibarengi seruan seorang wanita dari ujung koridor. Grassie menatap ke arah koridor sambil menggigit jarinya, dan tanpa berpikir apapun lagi, ia langsung meraih tangan Jaehyun dan menariknya untuk ikut berlari bersamanya.
"Apa yang telah kau lakukan, Tuan Puteri?" Dahi Jaehyun menyerengit, ia tahu bahwa gadis ini telah berulah.
Puteri Grassie Annastasya memang dikenal dengan di kerajaan dengan tingkah lakunya yang nakal, tetapi Jaehyun sudah terbiasa dengan itu semua, Jaehyun telah menjaga puteri cantik itu selama enam tahun.
Mereka berdua terus berlari, dengan kedua tangan saling bertautan hingga akhirnya keduanya tiba di muka pintu sebuah ruangan. Grassie mengernyit dan memutuskan meraih kenop pintu, membuka pintu untuk selanjutnya bersembunyi di dalamnya.
Mereka berdua saling diam, hingga suara derap langkah dayang-dayang menjauh dari tempat bersembunyi Jaehyun baru mengeluarkan suaranya.
"Pasti kau melakukan sesuatu bukan?" Jaehyun menundukan kepalanya sedikit agar bisa melihat dengan jelas wajah Grassie.
Grassie memajukan kedua bibirnya dengan kesal. "Aku tidak melakukan apapun, aku hanya menyuruh dayang-dayangku untuk bermain bersamaku."
Jaehyun hampir saja tertawa jika tatapan Sang Puteri berhasil menusuknya.
"Aku tidak suka kau meninggalkanku sendiri," Ujar Grassie sambil memainkan gaun panjangnya. Ia menundukan kepalanya.
"Aku tidak pernah meninggalkanmu, tuan Puteri."
"Tetapi tadi kau pergi meninggalkanku!"
"Aku menitipkanmu pada ibumu," Kata Jaehyun. "Dayang-dayang tidak ada waktu untuk bermain bersamamu, mereka punya tugas sendiri, Grassie."
Mendengar Jaehyun menyebutkan namanya dan tidak memanggilnya dengan sebutan tuan Puteri membuat hati Grassie menghangat.
"Kau mau ikut denganku?"
"Kemana?"
"Ke kota, membeli sesuatu untuk Istana."
Mata Grassie mengerjap lucu, "Apakah boleh jika aku keluar dari Istana?"
Jaehyun mengelus surai rambut cokelat milik Puteri Grassie. "Tentu saja boleh jika tidak ketahuan." Ia tersenyum hangat.
Tanpa berpikir dua kali Grassie mengangguk dengan penuh semangat. "Aku ikut." Ini kesempatannya untuk keluar dari Istana, ia tidak pernah sama sekali menginjakan kakinya keluar dari Istana ini.
"Tetapi jangan berbuat macam-macam di luar sana, itu akan membahayakan nyawamu sendiri."
"Aku mengerti."
Jaehyun tersenyum lalu mentautkan kedua jemari mereka dan keluar dari ruangan tempat persembunyian mereka.
Setelah kejadian beberapa tahun yang lalu, Ibunda dari puteri Grassie melarikan diri ke Istana Uchisar dan menjadi selir raja di sana.
Atas perintah Raja mereka dahulu, Jaehyun dan Grassie ikut bersama. Dan Jaehyun memutuskan untuk menjaga puteri itu hingga ia sekarang telah di angkat menjadi kepala Prajurit.
🌱🌱🌱

KAMU SEDANG MEMBACA
THE BODYGUARD
Fiksi Penggemar"Aku benci kau." "Aku tahu." "Tapi aku mencintaimu!" "Bisakah kau diam?"