Bruuukkk
"Heh punya mata ga si!!!" Bentak cewe itu yang ntah siapa namanya.
"Maaf kak ga sengaja" kataku.
"Cepet lap sepatu gue, udah kotor gara gara lu!" Lanjutnya
"Tapi kan aku udah minta maaf kak lagian juga ga sengaja" kataku tidak terima.
"Berani beraninya lu lawan gua ha!! Cepet lap atau.."
"Karina!!!!" Bentak cowo yg tiba tiba datang memotong omongan cewe itu yang kini ku tau namanya, Karina.
"Hedeeh si ketua OSIS nyebelin dateng" kata Karina
"Udah berapa kali saya bilang jangan ganggu siswa lain!" Lanjut si ketua OSIS.
Karina pergi meninggalkan ku bersama 2 org temannya yg ntah siapa nama mereka.
Si ketua OSIS melirik ku.
"Kamu murid baru itu ya?"
Ya aku murid baru, karena itu aku ga tau nama mereka, bahkan sangat asing bagi ku.
"Iya kak"
"Kenalin namaku Bintang, ketua OSIS" katanya memperkenalkan diri.
"Ooh, aku Alexa" lanjutku.
"Salam kenal ya, saya pergi dulu, hati hati banyak penindas di sekolah ini" kata Bintang sambil memberikan senyum yg ramah.
Hati hati dengan penindas? Aaah ayolah aku sudah terbiasa dengan penindasan di sekolah ku dulu, tapi jangan salah paham aku bukan penindas juga bukan yg tertindas.
Aku melanjutkan perjalanan ku mengitari sekolah baru ku ini.
Bandung, lokasi sekolah baruku.
Yaa walau sudah lama tidak ke Bandung suasana sejuk Bandung tidak pernah berubah menurut ku.
Aku pernah ke sini sekitar 10 tahun lalu, saat aku kecil.
Sedang asik menikmati suasana ini aku mendengar suara gaduh di koridor, kemudian banyak gerombolan menuju ke arah ku aku terbawa arus gerombolan itu. Saat berhenti aku menyadari mereka sedang menonton seseorang yang tertindas. Anak itu di pukuli, sesekali di tendang, tak ada yang menolong nya bahkan mereka menyoraki si penindas.
"Iya terus"
"Hajar"
"Terus Vin!"
"Jangan kasi ampun!"
Vin? Kevin? Apakah itu namanya?
Yg jelas hanya Vin yang ku tau.
Itu nama si penindas.
Lalu tanpa peringatan kepala sekolah muncul dari balik siswa yang berkumpul
"VINO BASTIAN IKUT SAYA KE KANTOR KEPALA SEKOLAH" marah pak Prasetyo, kepala sekolah.
Ah namanya Vino.
Kulihat sosok yang tak asing di balik pak Pras, Bintang, si ketua OSIS. Pasti dia yang melapor, ku yakin itu. Kerumunan yang tadinya riuh sekarang senyap tak bersuara dan mulai meninggalkan mereka.
Ku lihat Bintang membantu anak yang di siksa Vino tadi sepertinya anak itu sering di siksa, karna kulihat dia bahkan tidak menangis.
Ah semua sekolah sama saja, sedikit lemah akan jadi bahan bully-an.
***
Jam pelajaran pertama, b.inggris. Itu jelas tidak susah sama sekali karena sekolah ku dulu menuntut siswanya untuk berbicara menggunakan bahasa Inggris. Pak Hendru menerangkan pelajaran, ah sangat membosankan, kulihat bahkan hampir 100% siswa di kelas ku tidak memperdulikan guru itu.
Lia, kawan sebangku ku. Dia tampak serius memperhatikan pelajaran,bahkan dahinya berkerut.
"Gausa serius amat lah" goda ku.
"Eh? Hehehe pelajaran ini menurut ku susah tapi aku pengen bisa lancar jadi agak serius hehe" jelasnya lalu kembali memperhatikan.
Tampaknya pak Hendru sudah pasrah dengan kelas ini, dia bahkan tidak memerahi mereka yg ribut.
Ah iya aku kelas XI.
~
Akhirnya sekarang jam istirahat pertama, aku dan Lia menuju kantin.
Aku hanya membeli roti dan kopi kaleng, ya..karena tidak begitu lapar. Lia membeli somay. Saat aku sedang menikmati makanan ku "hai Alexa" suara yang tak asing menyapa ku.
"Gerald??!!!" Kaget ku.
"Kok kaget gitu? Kalem kalem" lanjutnya.
"Ga nyangka aja ketemu di sini"
"Ya apalagi gue, lebih"
Dia Gerald, tetangga lama ku di Jakarta. Dulu aku sering bermain dengannya, berangkat sekolah bareng, pulang bareng, ya itu dulu saat aku masi SMP. Saat masuk SMA aku pindah ke Bali dan kini aku pindah lagi ke Bandung, jelas saja aku kaget ketemu dia.
"Kok bisa di sini?" Tanyaku.
"Lah elu kenapa bisa di sini?" Tanya nya balik.
"Ya biasa.."
"Hahaha gue ikut papa" jelasnya.
ikut papa? Mamanya?
"Nanti gue cerita" sambung nya, ya dia membaca mimik wajah ku yg tampak bingung. "Okee, oiya.. Lia! Kenalin ini temen SMP ku dulu di Jakarta" jelasku pada Lia. Aku bingung Lia memandang Gerald tidak suka lalu memalingkan wajahnya. "Gue kenal dia kok hahaha" kata Gerald. "Eh xa bagi Line kali" sambungnya. "Oiya ya. Nah!" Kataku sambil menunjukkan nomor line ku padanya. " Yaudah xa gue cabut dulu ya kalo ada apa apa chat aja" katanya lalu pergi begitu saja. Aku hanya tersenyum. "Lia.. kok lu gitu banget liatin Gerald?" Tanyaku penasaran. " Ga gapapa. Tapi kalo dia apa apain lu langsung bilang ke aku ya" kata Lia dan itu membuatku semakin bingung. Memangnya kenapa dengan Gerald?tentu dia tidak akan melukai ku kan, dia teman ku dari dulu.
***
"Lia kawanin gue ke perpus yu.." pinta ku. "Ngapain?" Tanya nya.
"Berenang,, ya pinjem buku lah astaga" cerewet ku. "Hihihi yaudah ayok!"
Ah iya perpustakaan adalah tempat favorit ku, aku suka aroma buku dan kesunyian.
"Gue tunggu di sini aja deh, males ketemu penjaga perpus hehe" kata Lia.
"Ada buku yang lu hilangin kah" tebak ku. "Iya hehe"
Sudah ku duga.
Aku memasuki perpustakaan yang tidak terlalu luas itu. Bahkan ini lebih kecil dari kelas ku. Aku memilih buku, ya seperti biasa, buku tentang cinta cinta an. Yeah i like this.
Setelah memilih buku yang ku suka aku berniat untuk segera ke meja penjaga agar tidak membuat Lia menunggu lama.Bruuukkk
Ah sial kenapa aku selalu menabrak orang.. batin ku.
"Hey... Kok gue ga pernah liat lu si, anak baru ya?" Tanya nya pada ku
"Iya kak" jawabku tanpa memandanginya.
"Kalo ngomong tatap muka nya dong ga sopan banget si" lanjutnya.
"Maaf kak" kemudian aku langsung menatap nya. Ah sepertinya aku pernah lihat dia, tapi dimana ya?
"Lu cantik juga. Jadi pacar gue ya!"
Mataku melotot mendengar itu. Hey! Kau kira aku wanita seperti apaa? Aku bahkan tidak mengenal mu.
"Aku duluan kak" kataku, lalu melewati nya begitu saja."Alexa!!!!! Lu lama banget siiii! Pegel kaki gue tau!!" Marah Lia.
"Hehe sorry"
"Dih malah cengengesan".
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Anggasta
Teen Fiction"jangan membuat ku merasa kehilangan lagi" "Setiap orang memang memiliki topeng nya masing masing"