kejutan

6 2 0
                                    

kaget???"

"Kak Rio??!"
"Haii"
"Kapan datangnya??? Ih sumpah ni orang dateng nya ga pernah waras pasti ngagetin gini"
"Iya dong"
Itu kak Rio. Sepupuku.
Dia sangat mirip dengan Tante Lusi, kakak papa ku.
Sikapnya, mukanya, apapun. Benar benar mirip.
Yaa walau dia cowo tapi mereka seperti copy paste.
"Kapan sampenya?" Tanyaku sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
"Jam 5 tadi"
"Oohh"
Kak Rio memeluk ku dari belakang.
"Kangen bangeett" katanya.
"Sama" kemudian membalas pelukan nya.
"Haaii lexa sayaaangg"
"Tante Lusi di sini jugaa?"
"Iya dong.. kangen banget tau ga si" katanya kemudian mencubit pipiku.
"Eh iya barusan Tante sama bibi udah masak, makan dulu yuk"
"Aku mandi dulu deh Tan, lengket hehe"
"Yaudah jangan lama-lama ya"

Tak lama setelah mandi aku turun kebawah untuk makan malam.

"Indri ga ikut?" Tanyaku
"Dia mau ikut tapi ya harus sekolah" jawab kak Rio.
"Ooh"
"Lexa! Papa kamu mana?"
"Paling masi di kantor"
"Eemm"
Kemudian kami hanya melanjutkan dengan percakapan ringan di meja makan.

Keluarga Tante Lusi menetap di Bandung.
"Xa! Udah pernah keliling Bandung?" Tanya kak Rio.
Aku yang sedang menonton di sofa menoleh padanya yang duduk di dekat ku.
"Belum sih"
"Naaahhh keliling yuk! Bosen juga kan"
"Boleh deh"
"Mama titip martabak ya Rio" kata Tante Lusi pada anaknya.
"Iyaa"
Aku mengambil Hoodie ku kemudian langsung menyusul kak Rio yang sudah di mobil.

"Suka Bandung, Bali, atau Jakarta?"
"Aku si Bali, tapi Bandung juga seru"
"Enakan Bandung juga.. banyak cecan sama cogan"
"Yeu si kakak"
"Kita makan apa nih" tanya kak Rio.
"Up to you"
"Dasar cewe, bakso aja kali ya"
"Kita baru siap makan kak.. jangan yang berat berat makannya"
"Tadi katanya up to you"
"Ya jangan bakso juga"
"Yaudah cilok noh"
"Boleh deh"
"Astagaa.. yaudah"
~
"Nih cilok nya"
Kemudian kami hanya duduk di taman.
Menikmati langit malam Bandung.
Banyak orang lalu lalang, ya ini malam Minggu sudah pasti ramai.
Tak jauh dari tempat duduk ku, aku mendengar suara tertawaan yang tidak asing. Gerald and the Genk.
"Kak, bentar ya mau samperin temen"
"Yaudah"

"Ge!"
"Ca? Sama siapa?"
"Kak Rio, sepupu gue"
"Oohh, sini sini duduk"
"Eem"
"Pacar lu rald?" Tanya sala satu teman Gerald. Aku belum pernah melihatnya.
"Bukaan.. ini anak baru di kelas lu"
"Oohh"
"Oiya ca, ini Angga, dia anak kelas lu. Itu loh yang gue bilang dia di Singapura"
"Oohh.. jadi kursi pojok dekat jendela itu tempat lo"
"Iya" jawabnya singkat.
Kami hanya mengobrol santai, mendengar ocehan Revan yang selalu ribut dengan Gerald. Ah vino, dia sangat menyebalkan. Dia selalu dekat dekat dengan ku, itu membuat ku risih.
Aku melirik jam tanganku. Pukul 21.09
Aku pamit pulang pada mereka. Dan kembali dengan kak Rio yang sudah lumayan lama ku tinggal.
Saat kembali ke tempat awal, aku tidak menemukan kak Rio di sana. Aku sedikit panik. Aku mencoba melihat sekeliling, tidak ada.
Aku mencoba menelfon nya, tapi..

"Hp gue mana?" Ucapku pada diri sendiri.
Aku kehilangan handphone ku.
Masih berusaha mencari di setiap saku. Tetap tidak ada.
"Cari ini?"
"Ah hp gue"
"Makanya jangan sembarang, untung gue yang nemu"
"Iya iya makasi"
Syukurlah. Vino menemukan nya.
"Mau pulang?" Tanya nya.
"Iya"
"Sama?"
"Sepupu gue, tapi gatau dia dimana"
"Yaudah bareng gue aja kalo gitu"
"Ga,makasih"
"Gue telfon dia aja, ah itu dia"
Akhirnya aku bertemu kak Rio.
"Kemana aja kak?"
"Ini beliin martabak titipan mama"
"Oohh"
"Pacar mu?"
"Bu-"
"Iya kak! Kenalin vino" potong vino.
"Punya pacar ternyata hm"
"Engga kak!! Ngarang ni anak! Udah ah pulang yuk kak"
"Loh bukan?? Gimana sih Vin? Iya atau bukan?"
"Iya"
"Bukan"
Jawab kami bersamaan.
"Ah udah ayok balik.."
"Yaudah iya, balik duluan ya Vin"
"Oh iya kak"

"Ganteng loh padahal, kok ga mau jadi pacarnya?"
"Dih ganteng??? Ga!"
"Ya emang masih gantengan kakak sih"
"Cekalee"
~
Author:

Di taman Gerald dan teman temannya masih berbincang.
"Bro, mama lo gimana?" Tanya Revan pada Angga.
"Kata dokter udah lumayan mendingan sih, makanya gue bisa pulang"
"Syukur deh"
"Eh si vino kemana?" Tanya Gerald.
"Kejar lexa"
"Si bontot sa ae"
"Eh tu dia! Gimana Vin?"
"Gila sih susah banget dapetin tu anak" ngeluh vino.
"Lo kira dia kaya cewe cewe cabe yang nempel Ama Lo? Ha? Beda men!" Tegas Gerald.
"Lo kan kenal dia udah lama tuh, comblangin gue kek"
"Ogah gue! Ga bakal mau dia"
"Jahat beud"
"Yaudah lah pulang aja kita kuy"
"Kuy"
~

.
~

"Tantee!! Aku pulang" kataku setengah teriak.
"Eh udah pulang, mana martabak tante? Udah nungguin loh ini"
"Ini tan"
"Ca, buatin papa kopi ya sayang" papa datang kemudian mengelus rambut ku lembut.
"Iya"
"Hebat kamu, bisa besarin Alexa sendiri sampai sekarang, tumbuh dengan baik.. cantik lagi"
"Iya dong mba"
Sekilas begitu yang ku dengar.
Hebat ya papa.
Sandiwara nya.
Tante Lusi tak tau apa saja yang ku alami.

"Ini pa kopinya"
"Makasi sayang"
Aku hanya membalas dengan senyuman.
"Aku pamit ke kamar dulu"

Aku kangen mama.

Ting!

Gege😒:
Caaa!!!

Me:
Naon

Gege😒:
Udh sampe rmh?!

Me:
Udh

Gege😒:
Oke, bobo ya!😡💓

Me:
Alay

Gege😒:
Ih bobo!

Me:
Iya

Read

Gege dengan keanehan nya di setiap malam.

Mataku terasa sangat berat.
Tapi otak ku memaksa ku untuk tetap terjaga.
Entah untuk apa.
Hanya ingin terjaga.

Aku berjalan menuju jendela, menyibakkan tirai dan atap kompleks perumahan dengan background langit malam terpampang luas.

Aku menelusuri setiap ujung kompleks dengan mata ku. Hanya beberapa selang rumah yang dapat ku lihat.
Tapi....

Siapa itu?
                               ***

AnggastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang